Di umur yang tak lagi muda untuk standar petinju kelas menengah. Luis arias mulai menjejakkan satu kaki nya keluar dari tinju—tapi tidak sepenuh nya pergi.
Di satu sisi. dia masih mengenakan sarung tangan. memukul samsak, dan mempersiapkan tubuh nya untuk 10 ronde keras.
setelah selesai latihan. dia duduk di depan laptop.
membuka dokumen kredit rumah. membantu orang mencari pembiayaan untuk masa depan mereka.
Pertarungan berikut nya di gelar di Pechanga Resort Casino Temecula California. Lawan nya bernama Lazaro Francisco Lorenzana. petinju tak terkalahkan.
Bagi Arias duel ini serasa seperti dua pilihan..
apakah diri nya masih layak berdiri sebagai petarung elit. atau sudah waktu nya fokus penuh ke jalur baru yang dia bangun perlahan. dunia perumahan dan kredit.
Nama Arias mungkin lebih akrab terdengar sebagai prospek berbakat yang dulu di himpun Mayweather Promotions.
Tapi siapa nyangka. di balik gaya bicara ceplas-ceplos dan keberanian nya menghadapi petarung besar. dia ternyata menyimpan minat yang cukup serius pada properti dan pembiayaan rumah.
Cerita nya begini..seorang teman dekat nya masuk dunia mortgage. sukses, dan kehidupan nya stabil.
Dari situlah Arias sadar bahwa hidup tak selama nya soal gebrakan satu malam atau KO dramatis.
dia pernah kuliah di Marquette University cukup lama. sekitar tiga setengah tahun. tapi tidak sampai meraih gelar.
Setelah sekian lama fokus penuh pada tinju. dia memutuskan kembali belajar. Bukan untuk gelar. tapi untuk lisensi mortgage. Tidak ada kampus fisik. tidak ada kelas kuliah dengan papan tulis dan dosen.
Yang ada hanyalah kelas online. ujian, dan tumpukan materi tentang bunga pinjaman. hal-hal yang tentu tidak di ajarkan oleh Floyd Mayweather.
Sekarang hidup nya terbagi dua. Pagi dia nge-gym. sore masuk Zoom meeting.
Kadang setelah sesi sparring berat. dia masih duduk depan laptop mengurus berkas orang yang ingin membeli rumah pertama.
Arias membantu mereka memahami jenis pinjaman. proses persetujuan. sampai trik melunasi rumah lebih cepat dari yang mereka perkirakan.
Menurut nya.. itu bagian paling memuaskan. bisa membuka mata banyak orang yang sebenar nya bisa mendapatkan pembiayaan lebih baik. tapi tidak tahu cara nya.
Rencana Cadangan, atau Justru Masa Depan?
Tak ada yang berani bilang Arias sudah selesai sebagai petinju. dia sendiri enggan mengucapkan itu.
Bagi nya… tinju seperti panggilan jiwa. suara yang selalu muncul setiap kali dia mencoba berhenti.
..Saya masih di gym tiap minggu. Telepon masih berbunyi. Selama masih ada yang menawarkan pertarungan. saya selalu siap kata nya..
Kata itu menggambarkan di lema yang di alami banyak petinju veteran. Tidak bisa pergi. tapi tidak bisa bertahan selama nya.
Tinju hanya memberi dua..kejayaan atau luka.
Yang sering hilang dari pembicaraan adalah masa depan. tagihan yang harus di bayar dan kehidupan setelah pensiun.
Arias memilih cara yang jarang diambil petarung lain. dia menyiapkan masa depan sebelum masa itu tiba.
Motivasi Arias untuk duel melawan Lorenzana bukan hanya soal mempertahankan karier. Ada luka kecil yang ingin dia tutup.
Pada Mei lalu. dia kalah angka dari Eric Priest. Kekalahan itu bukan hanya soal angka 10-9 atau 117-111. Arias merasa dia sebenar nya punya peluang besar di ronde-ronde akhir, tapi tidak dia maksimalkan.
Sensasi…harusnya gue bisa lebih itulah yang mengganggu dan mendorong nya untuk kembali ke ring.
Kekalahan terakhir itu seperti alarm. dia tahu usian ya tidak lagi muda untuk level kompetitif tertinggi.
para petinju muda sedang berdatangan, penuh tenaga. Lorenzana adalah contoh paling jelas. Rekor 18-0 (13 KO) sedang menapaki panggung profesional lebih tinggi.
Untuk Lorenzana. nama Arias adalah batu loncatan. Untuk Arias. Lorenzana adalah kesempatan menunjukkan bahwa dia masih punya sesuatu yang bisa di tawarkan.
“Sekarang saya yang lebih tua. Harus nya dia yang banyak bicara untuk promosi. tapi ternyata dia belum pernah berada di panggung ini ucap arias..
Ucapan Arias bukan provokasi. Itu pengalaman berbicara.
Dia pernah bertarung di panggung besar, melawan lawan yang lebih berbahaya dari Lorenzana.
dia tahu tekanan mental sebelum laga. dia tahu di saksikan ribuan penonton dan menghadapi ekspektasi.
Bagi banyak orang. ini terlihat seperti duel biasa..prospek muda vs petinju senior.
Jika arias menang. dia akan mendapat satu lagi kesempatan. mungkin tampil di kartu besar atau menghadapi petinju dengan masuk ranking 10.
Jika kalah. dia mungkin mulai memindahkan perhatian sepenuh nya ke dunia mortgage.
Cerita Arias adalah kisah banyak petarung yang jarang kita dengar.
tinju sering menampilkan sisi glamor nya.. KO brutal. kemenangan dramatis, dan sorakan penonton.
Tapi di balik itu semua. ada ketidakpastian hidup. Tidak semua petinju punya uang seperti Mayweather.
Tidak semua punya sponsor besar atau kontrak jangka panjang. Banyak dari mereka hidup dari satu pertarungan ke pertarungan lain.
Arias melihat kenyataan itu lebih cepat dari banyak petinju lain. dia memutuskan untuk belajar. justru itulah yang membuat kisah nya menarik. dia sedang membangun sesuatu yang stabil dan bisa di andalkan.
Baca juga: Sejarah di mana sang juara WBO di patahkan hidung nya oleh Ray mercer
Pertarungan mereka bukan event biasa. ini adalah bagian dari acara yang digelar langsung oleh Manny Pacquiao Promotion.
Bagi penggemar tinju. nama Pacquiao tidak butuh di jelaskan lagi.
Namun yang membuat acara di Temecula kali ini makin spesial bukan hanya nama besar Manny. melainkan sosok muda yang ikut bertarung… Jimuel Pacquiao putra sang legenda. yang akhir nya menjalani debut profesional nya.
Kehebohan mengenai debut Jimuel sudah mengudara sejak lama.
Banyak yang bertanya-tanya…
apakah darah tinju sang ayah menurun?? Apakah dia akan membawa gaya agresif khas Pacquiao??
entahlahh…saya sendiri sedang menunggu gaya jimuel ini.
Bagi publik Filipina. debut ini seperti perayaan kecil. Jimuel bukan hanya anak dari seorang legenda..dia membawa nama besar yang melekat kuat dalam identitas bangsa mereka.
Setiap gerakan nya di ring akan di bandingkan dengan sang ayah.
Di sesi latihan terbuka. Jimuel tanpak berbeda di banding petinju muda kebanyakan. dia tidak gelisah. Justru ada ketenangan.
yaaa.. ga tau lagi nanti kalo sudah bertarung beneran..
Mungkin karena sejak kecil dia sudah hidup di gym. melihat ayah nya latihan. menghadiri konferensi pers. Bagi nya… tinju bukan hal baru. hanya panggung nya saja yang berubah.
Tetapi Jimuel juga mulai membangun identitas nya sendiri.
Dia tidak memaksa meniru gaya Manny sepenuh nya. karena dia sadar setiap petinju harus menemukan bahasa tubuh sendiri di ring.
Pacquiao senior pun terlihat selalu mendampingi. Sesekali memberi nasihat. memperbaiki posisi tangan. tapi lebih sering membiarkan Jimuel merasakan proses nya sendiri.
Banyak yang mengira Pacquiao membangun promotor nya hanya untuk membuka jalan bagi Jimuel.
Anggapan itu keliru. Manny membangun divisi promosi karena dia ingin memberi platform bagi petinju Asia dan Amerika yang sering terpinggirkan oleh promotor besar.
Dia ingin menciptakan rumah bagi petarung yang punya potensi tapi tidak punya jalur.
Tapi memang benar. keberadaan Jimuel memberi warna ekstra. Manny tahu panggung ini tidak hanya milik anak nya. tapi milik semua petinju yang tampil malam itu.
Namun tidak bisa dipungkiri. debut Jimuel adalah salah satu penarik utama acara.
Setelah debut ini. masa depan Jimuel bisa bergerak ke banyak arah.
Bila dia tampil meyakinkan. karir nya bisa mendapat dorongan besar sejak dini. Pacquiao sendiri bukan orang yang tergesagesa mendorong anak nya naik kelas.
dia sering mengatakan bahwa tinju adalah perjalanan panjang bukan sprint.
Jimuel tanpak nya memahami itu. dia tidak datang dengan gaya sok hebat atau klaim ingin menjadi juara dunia dalam waktu dekat. dia hanya ingin membuktikan bahwa dia pantas bertarung.
walaupun bisa di katakan telat masuk ke pro yang ssat ini usia nya sudah 24 tahun.
Acara di Temecula ini pada akhir nya menjadi panggung dua generasi tinju. Manny Pacquiao ada di luar ring. memantau dan membangun. jimuel Pacquiao ada di dalam ring.
Bagi fans tinju.. ini bukan cuma debut. Ini sejarah kecil.
yang nantinya akan sering di sebut saat karir Jimuel berkembang. atau bahkan bila dia memilih jalan berbeda di masa depan.
LuisArias #TinjuDunia #KonsultanKPR #BeritaTinju #jimuelpacquiao










Pingback: Carlos Canizales Gagal Terbang, Duel WBC Kandas
Pingback: Fabrice Tiozzo Hancurkan Terry Ray Hanya 1 Menit