Jai Opetaia, Menuju Unifikasi Cruiserweight dan Drama Tak Pernah selesai.

Jai Opetaia dan Drama Besar Menuju Unifikasi Cruiserweight

Setiap kali mengamati kelas cruiserweight. ada satu nama yang selalu membuat situasi jadi rumit sekaligus menarik yaitu Jai Opetaia.

Bagi saya.. karier Opetaia di tiga tahun terakhir terasa seperti seseorang yang mengunci diri dalam satu misi besar. menyatukan semua sabuk.

sementara para pemegang gelar lain justru sibuk mencari pintu keluar.

posisi Jai Opetaia saat ini…juara tak terkalahkan memegang sabuk IBF dan The Ring. namun tetap harus menghadapi kenyataan bahwa mimpi nya menyatukan sabuk kelas cruiserweight. tidak sesederhana menghancurkan lawan di atas ring.

Opetaia mungkin terlihat tenang di depan kamera.

Namun di balik semua itu. tersimpan ketegangan perlahan yang sudah menumpuk bertahun-tahun.

Bukan karena dia takut kalah. melainkan LELAH MENUNGGU para juara lain untuk berhenti berputar-putar. dan akhir nya berkata….Ayo bertarung.

menurut saya….keputusan itu bukan hanya soal bisnis. Ada aroma mengulur waktu.

Itu sebab nya. Opetaia belakangan ini terasa seperti perjalanan seorang juara yang harus mengejar juara lain agar mereka mau duduk satu meja.

itulah kenyataan nya sekarang. kekuatan pukulan tidak selalu sebanding dengan kekuatan negosiasi.

Ketika seseorang terlalu kuat di atas ring. sering kali lawan justru menjauh. Opetaia berada persis dalam posisi itu.

Dua penampilan pada 2025 tak hanya membuatnya naik menjadi 28-0. tetapi juga siap melawan siapa pun yang berdiri di depan nya.

kemungkinan besar akan pulang dengan memori buruk dan wajah rusak.

Dan semakin sering dia menang dengan cara seperti itu. peluang sempit pula jalur menuju unifikasi.

Bukan nya para juara lain bersemangat. mereka malah sibuk mencari jalan memutar. Entah jadwal tarung yang tiba-tiba muncul. rematch yang di anggap perlu. atau alasan pemulihan cidera yang di perpanjang.

Di sinilah rasa kebosanan mulai terasa.

Opetaia bukan orang yang suka bicara kosong. dia hanya ingin lawan yang setimpal.

Tapi para pemegang sabuk lain tanpak nya memainkan dan memutar kalender.

Pada 6 Desember. dia harus menjalani pertarungan wajib melawan Huseyin Cinkara.

Banyak yang melihat laga ini sebagai langkah administratif. Namun dalam tinju. setiap petarung yang belum pernah kalah dan punya rekor bersih tetap berbahaya.

Cinkara membawa 23-0. Angka itu tidak bisa di abaikan begitu saja. walaupun sang penantang sudah bisa di bilang kakek2 berusia 40 tahun.

Kalo saya boleh berpendapat..hancur karir opetaia jika kalah dengan selisih usia 10 tahun lebih muda.

Yang membuat situasi sedikit MENJENGKELKAN bukan kualitas Cinkara.

tetapi kenyataan bahwa Opetaia ingin hal yang lebih besar yaitu unifikasi. namun terjebak dalam kewajiban yang sebenar nya bisa saja tidak perlu jika sabuk lain terbuka lebih cepat.

Namun dia tetap menjalankan tugas nya. Tidak mengeluh dan tidak menghindar.

justru di situlah sisi kuat seorang juara terlihat. kesabaran yang tetap berdiri tegak meski ada rasa ingin melompat ke babak berikut nya.

Baca juga: Vanes matirosyan meninggal karena kanker

Nama Gilberto “Zurdo” Ramirez menjadi potongan game paling besar.

Dua sabuk ada di tangan pria Meksiko itu WBO dan WBA. Secara logika… dialah lawan paling ideal dan duel itu seharus nya menjadi pertandingan cruiserweight terbesar tahun ini.

Tapi yang terjadi berbeda…

Ramirez memutuskan. bahwa dia akan comeback setelah cidera bahu dengan menghadapi David Benavidez pada Mei 2026.

Tentu saja..pertandingan itu menghasilkan uang besar dan nama besar.

Namun dari sudut pandang seorang juara yang sedang mengejar sabuk lain. pilihan Ramirez sama saja seperti menutup pintu rapat-rapat. memberi tanda OJO GANGGU YOOO… lalu pergi liburan dengan damai.

Dan siapa korban dari keputusan itu??Opetaia laaah bang.

Sementara Ramirez menata jadwal yang sesuai kenyamanan nya. Opetaia tidak punya pilihan selain tetap berjaga dalam rutinitas wajib nya.

Itulah salah satu faktor kenapa unifikasi ini makin terasa seperti sebuah ujian mental.

Jika Ramirez masih sibuk mengatur jalan lengkung nya. Badou Jack justru berjalan di jalur lain yang tidak kalah membingungkan.

Jack pemegang sabuk WBC. memilih untuk menjalani rematch melawan Noel Mikaelian.

dan yang lebih menarik. duel itu di jadwalkan pada hari yang sama dengan pertarungan Opetaia vs Cinkara.

Seolah-olah semesta sedang bermain-main dengan para juara ini.

Saat satu sabuk di jaga di Australia. sabuk lain di pertaruhkan di Los Angeles. Jalur mereka seperti dua kereta yang berjalan berdampingan tapi tidak masuk stasiun yang sama.

Namun ada sesuatu yang berbeda dalam kasus Jack. dia bukan petinju yang menghindar.

Tapi juga bukan orang yang ingin di kejar. karena itu.langkah berikut nya menjadi penting.

Inilah titik yang paling seru dalam cerita terbaru Opetaia.

Begitu pertarungan melawan Cinkara selesai dengan asumsi dia menang. promotor Mick Francis sudah menyiapkan rencana…. terbang langsung ke Los Angeles untuk menunggu hasil dari Jack vs Mikaelian.

Ini bukan cuma kunjungan bisnis. Ini gerakan langsung. perjalanan seorang juara yang lelah menunggu tetapi tidak mau mengemis.

Ada perbedaan besar antara mendekati lawan dan merendahkan diri.

Opetaia sendiri sempat bilang bahwa dia merasa situasi nya konyol. Harus terbang jauh hanya untuk meminta seseorang melawan diri nya. itu adalah ironi yang menggambarkan kondisi tinju modern.

Namun dia tetap akan melakukan nya. Bukan demi perhatian. demi kamera.
Tetapi karena dia tahu. bahwa para pemegang sabuk lain tidak akan bergerak jika dia tidak mengambil kendali.

Pandangan saya… tekad semacam ini adalah alasan kenapa dia tetap berbahaya.

Ada petinju yang ingin uang cepat. Ada petinju yang ingin nama besar. Tapi Opetaia ini orang yang mengejar prosesi. bukan cuma kemenangan.

Satu fakta yang membuat kisah ini makin menegangkan adalah keinginan Opetaia untuk naik ke kelas berat.

Dia ingin menjadi juara multi-divisi. bukan hanya legenda satu kelas.

Namun dia menahan ambisi itu dengan disiplin yang jarang terlihat hari ini.

dia tidak mau naik kelas sebelum semua sabuk cruiserweight di kumpulkan.
Tidak peduli berapa lama waktu yang di butuhkan.
dan berapa banyak prosedur wajib yang harus dia jalani.

Komitmen ini adalah cermin dari seseorang yang tidak hanya ingin menang. tapi mau menyelesaikan sesuatu.

Bahkan ketika banyak petinju memilih jalur cepat..naik kelas, turun kelas, ambil peluang besar, lari dari risiko besar.

Opetaia tetap berdiri di satu titik, menyelesaikan apa yang dia mulai.

Pertarungan pada 6 Desember bukan hanya tentang memperkuat dominasi Opetaia. Acara itu sendiri menjadi tonggak industri tinju Australia.

Stan Sports bergabung dalam proyek pay-per-view terbesar mereka.

bersaing dengan Main Event dan DAZN yang sudah lama menguasai pasar.

Di kartu yang sama tampil..

Jason Moloney. Justis Huni. Teremoana Jr. Max McIntyre. Ben Mahoney. Paul Fleming dan Jake Wyllie.

Ini seperti parade kekuatan tinju Australia yang mencoba menunjukkan bahwa mereka siap bersaing di panggung global.

Opetaia dan Huni adalah dua nama yang menjadi fondasi proyek besar ini sejak 2017.

sekarang….. mereka bukan lagi petarung yang di coba-coba. Mereka adalah wajah utama.

Jika semua berjalan sesuai skenario. maka perjalanan setelah 6 Desember benar-benar berada di tangan dua orang.

pemenang Ramirez vs Benavidez. dan pemenang Jack vs Mikaelian.

Opetaia tidak bisa mengontrol hasil pertandingan itu. Yang bisa dia lakukan hanyalah memastikan dirin ya tetap menang dan tetap berada di posisi moral tertinggi.

Seorang juara yang selalu siap…..

Namun di lapangan punya sesuatu yang bikin pusing. promotor. jaringan televisi. sponsor, kontrak eksklusif, kebijakan federasi, dan urusan politik lain yang tidak ada hubungan nya dengan kualitas bertarung.

di tengah semua itu. Opetaia mencoba tetap menjadi petarung sejati.

Apakah usaha RUWET ini pada akhir nya di hargai??? ga tau juga..


Ataukah dia akan menjadi contoh lain petinju hebat yang terhalang politik tinju???

Itu yang membuat berikut nya menjadi penting.

Jika ada satu hal yang paling kuat dari cerita Opetaia saat ini. itu adalah kenyataan bahwa dia tidak menunggu dunia mengakui diri nya. dia bergerak. mengejar. tetap bertarung melawan siapa pun yang ada di depan.

itu membuat perjalanan nya bukan hanya tentang tinju. Tetapi tentang tekad.

Apakah dia akan berhasil menyatukan semua sabuk??
Tidak ada jawaban pasti.

Namun perjalanan menuju kesana. dengan drama. ambisi dan keberanian untuk datang langsung ke pintu lawan. sudah cukup untuk menjadikan nya salah satu figur paling menarik di kelas cruiserweight.

Jika unifikasi ini akhir nya terjadi. itu bukan karena para juara lain ingin.

Melainkan karena Opetaia memaksa dunia tinju untuk berhenti melarikan diri.

#JaiOpetaia #Cruiserweight #UnifikasiTinju #OpetaiaVsCinkara #BadouJack

1 komentar untuk “Jai Opetaia, Menuju Unifikasi Cruiserweight dan Drama Tak Pernah selesai.”

  1. Pingback: Ray mercer patahkan hidung sang juara WBO

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top