Kejadian ini bermula di mulai dari absen nya Lamont Roach di divisi 130 lbs.
Roach dua kali naik kelas untuk bertarung di 135 dan 140. sementara sabuk nya tetap dia genggam seperti benda yang tak ingin di lepaskan.
Badan tinju mana pun pasti punya batas kesabaran, dan WBA akhir nya memutuskan sudah cukup. Roach di copot. Sabuk itu kosong di situlah jalan Jazza terbuka.
Ketika nama James Jazza Dickens di umumkan sebagai juara dunia WBA kelas super bulu versi penuh. banyak orang mungkin hanya mengangkat alis dan berpikir ini hanya formalitas administratif.
Tapi bagi Jazza sendiri. pengumuman itu seperti nemu uang di jalan setelah menunggu berbulan bulan.
Ada rasa bangga, sekaligus sadar diri bahwa gelar itu datang dengan harga yang sangat mahal.
dia harus langsung menjaga nya dari ancaman salah satu prospek paling berbahaya yang di miliki Jepang saat ini, Hayato Tsutsumi.
Saya pribadi selalu menaruh rasa hormat pada petinju yang menang lewat jalur interim..lalu sabar menunggu promosi resmi nya.
Tidak semua orang memahami betapa menegangkan nya berada di posisi menunggu keputusan badan tinju. meski sudah di janjikan sejak lama. Jazza mengalami itu semua.
sekarang, babak baru dalam karir nya di mulai.
Bulan Juli lalu.. Dickens menaklukkan Albert Batyrgaziev dengan TKO ronde 4 dalam salah satu performa paling garang yang pernah dia tampilkan.
Saat itu ia menyabet gelar interim WBA. Biasa nya, kalau seorang juara absen terlalu lama dari kelas nya, pemegang interim otomatis naik menjadi juara penuh.
Begitu juga yang terjadi pada Dickens. Hanya saja proses nya memakan waktu lima bulan. lebih lama dari pada masa tunggu pengiriman barang saat musim libur.
Namun akhir nya kabar itu datang. WBA mengumumkan Dickens sebagai juara resmi. Tanpa seremoni besar. Hanya sebuah pengesahan tapi makna nya dalam sekali.
Kalau Jazza berharap bisa menikmati beberapa bulan sebagai juara dunia baru, hidup berkata lain.
Karena di ujung jalan ada nama besar yang sudah beredar di jagat tinju Jepang sejak masa amatir yakni Hayato Tsutsumi.
Nama Tsutsumi mungkin terdengar baru untuk sebagian penggemar awam. tapi bagi yang mengikuti tinju amatir. pria berusia 26 tahun ini sudah lama di gadang gadang sebagai calon megastar.
Ketika dia memutuskan jadi petinju profesional pada 2022. promotor Jepang menjadikan nya proyek istimewa, bahkan boleh di bilang anak emas.
inilah yang membuat pertarungan ini menarik…
Tsutsumi baru punya 8 kemenangan, tapi sudah duduk di peringkat #3 WBA. Laju karir nya sangat cepat bahkan tak masuk logika bagi sebagian orang. tapi kalau kita melihat gaya bertarung nya, alasan itu jelas terlihat.
Seri jab nya cepat seperti tusukan jarum, footwork nya licin, dan dia punya keberanian khas petinju Jepang yang jarang mundur.
Namun tetap saja, ini akan jadi ujian terbesar bagi nya.
Selama ini dia hanya bertemu lawan lawan veteran yang usia nya sudah jauh melewati masa emas. Jazza Dickens jelas level yang beda.
Ketika seseorang di angkat menjadi juara tanpa perebutan sabuk secara langsung, sebutan email champion pasti muncul.
Istilah yang sebenar nya agak kejam. karena seakan akan gelar itu tidak sah, hanya hadiah yang di kirim lewat email oleh badan tinju. jazza mendengar semua itu. dia bahkan menertawakan sindiran tersebut.
Orang bilang itu juara email. Tapi kamu tidak dapat bayaran dari jadi juara email.. ujarnya.
saya pribadi suka cara Jazza menyampaikan nya. dia tidak merasa di perlakukan tidak adil. dia hanya menekankan bahwa sebelum naik status. dia sudah memenangkan gelar interim dalam pertarungan nyata bukan hadiah.
Apapun status administratif nya, Jazza tetap bertarung untuk gelar nya.
Ibarat menunggu keputusan sidang yang sudah jelas arah putusan nya. dia hanya menunggu stempel final.
jazza juga mengingatkan bahwa Roach sudah 18 bulan tidak bertarung di divisi tersebut dan dua kali naik kelas.
Secara teknis, WBA memang sudah seharus nya melakukan apa yang akhir nya mereka lakukan.
Yang membuat saya menghargai Jazza adalah sikap nya. Bukan nya membusungkan dada setelah di angkat jadi juara penuh. dia malah berkata bahwa bersyukur bisa berada di posisi ini. Kerendahan hati semacam ini jarang terlihat.
Pertarungan 27 Desember 2025 di Mohammed Abdo Arena Riyadh bukan cuma pertarungan biasa.
Ini adalah duel generasi… petinju senior yang merasa waktu nya sudah tiba, melawan petarung muda yang ingin mempercepat takdir.
Tsutsumi memang baru delapan kali naik ring, tapi jangan tertipu. Hampir semua hasil kemenangan nya menunjukkan bahwa petinju ini bukan cuma prospek biasa.
Dia punya filing yang tajam. membaca gerakan lawan dengan cepat, dan serangan nya selalu tepat sasaran. Tanpa banyak pukulan mubazir.
Tapi jujur saja, gaya seperti ini kadang rapuh ketika bertemu petinju seperti Jazza. Dickens bukan petinju yang bersandar pada bakat alami. dia membangun karir dengan kerja keras, teknik bertahan yang cukup baik.
Dia juga punya pengalaman bertarung di level dunia yang tidak di miliki Tsutsumi.
Jika duel ini berlangsung dalam jarak dekat, Tsutsumi akan masuk ke wilayah berbahaya. Tapi kalau petinju Jepang itu berhasil menjaga jarak dan memanfaatkan kecepatan nya, itu bisa jadi malam panjang bagi Dickens.
bagi dickens apakah dia bisa membuktikan bahwa gelar baru nya bukan hanya warisan administratif?
Kalau dia berhasil mengalahkan prospek panas seperti Tsutsumi. tidak akan ada yang berani meremehkan nya lagi. Kemenangan itu akan menjadi stempel sahih bahwa dia memang layak menjadi raja baru di kelas super bulu.
kemudian untuk tsutsumi…Bisakah dia membuktikan kata prospek yang melekat pada nya sejak amatir bukan cuma promosi belaka???
Banyak prospek Jepang sukses. tapi tidak sedikit juga yang terpeleset ketika menghadapi petinju Eropa yang lintang pukang pengalaman nya.
Yang menarik..pelatih dan lingkungan Jazza sebenar nya senang dia mendapat gelar penuh. tapi sebagian dari mereka mungkin juga tahu bahwa promosi ini datang di momen yang agak kurang nyaman.
Ideal nya setelah resmi jadi juara. petinju mendapat satu laga pertahanan ringan untuk menguji diri.
Tapi karena tinju modern sudah sangat di pengaruhi politik promotor, broadcaster, dan jadwal event besar seperti Riyadh Season. Jazza tidak punya kemewahan itu.
Sebalik nya dia harus menandai era baru nya dengan menghadapi petinju yang sedang naik daun dan punya modal besar dari Jepang.
Secara bisnis Tsutsumi adalah produk yang sedang ingin di dorong oleh banyak pihak.
Jika Dickens gagal media akan berkata… Ini hanya juara email yang akhir nya dikalahkan petinju muda.
Kalau dia menang, narasi nya akan berbalik drastis…Jazza mematahkan top prospek terbesar Jepang.
saya pribadi berharap duel ini bukan keputusan wasit cepat. bukan pertarungan yang berakhir karena cidera. bukan juga hasil kontroversial. Kedua nya layak menunjukkan kemampuan terbaik mereka.
Tsutsumi punya keunggulan usia, kecepatan, serta reputasi sebagai teknisi jitu.
Tapi Dickens punya modal mental, power, dan pengalaman menghadapi petinju dengan bermacam gaya.
Kalau harus jujur.. saya melihat laga ini cenderung berjalan ketat.
Tsutsumi akan mengambil ronde2 awal dengan volume jab dan footwork nya. tapi Dickens akan mulai masuk di pertengahan laga. Jika duel berlanjut sampai ronde 10 ke atas pengalaman Dickens bisa menjadi pemenang.
Tapi tetap saja ini duel 50:50. Yang menang adalah yang bisa mengeksekusi rencana dengan lebih disiplin.
Kemenangan salah satu dari mereka akan langsung mengguncang peringkat WBA.
Pemenang duel ini bisa saja di arahkan ke pertarungan unifikasi atau pertarungan besar lain nya di Arab Saudi. mengingat Riyadh kini menjadi pusat baru tinju dunia.
Jika Jazza menang cerita underdog akan semakin kuat.
Jika Tsutsumi menang..Jepang akan punya bintang baru yang bisa di pasarkan secara global.
Bagaimana menurut pendapat kalian sodara???
#Jazzadickens #WBA #lamontroach #Hayatotsutsumi










Pingback: Kebangkitan Tim Tszyu Usai Tiga Kekalahan Beruntun