Kalau ngomongin Xander Zayas, saya selalu merasa menarik untuk diceritakan. Umurnya baru 22 tahun, tapi namanya udah sering muncul di berita tinju. Rekornya? 21 kemenangan tanpa kalah, 13 KO.
Angka-angka itu bikin orang langsung bersemangat, tapi kalau kita lihat lebih dalam, yang bikin dia menarik bukan cuma rekor. Ini soal cara dia berkembang, cara dia menghadapi tekanan, cara dia bertarung di ring.
Zayas lahir di San Juan, Puerto Riko, tapi besar di Amerika. Kombinasi itu bikin dia punya ciri sendiri.
Kamu bisa lihat semangat Puerto Riko di tiap pukulannya, tapi tetap ada kedisiplinan Amerika yang bikin dia fokus. Kalau nonton dia bertanding, keliatan dia bukan tipe asal pukul.
Dia tahu kapan harus menyerang, kapan menunggu, kapan bertahan. Ada rasa tenang yang alami, tapi tetap ada agresi saat dibutuhkan.
Di Puerto Riko, tinju itu bukan olahraga biasa. Ini soal kebanggaan. Setiap petinju muda yang muncul pasti dibanding-bandingin sama legenda.
Jadi wajar kalau waktu Zayas muncul, ekspektasi langsung tinggi. Bahkan waktu dia masih remaja, sudah teken kontrak sama Top Rank,
orang-orang langsung bilang, “Ini calon Cotto berikutnya!” Padahal waktu itu, Zayas masih belajar. Masih nyari gaya sendiri, masih ngerti ritme pertarungan profesional.
Jika kita melihat kembali ke masa kecilnya, cerita yang saya dengar dari pelatihnya cukup menarik. Zayas sudah latihan keras sejak remaja, kadang sampai larut malam.
dia dikenal disiplin tinggi, selalu datang latihan tepat waktu, dan tidak pernah malas. Menurut saya, kebiasaan ini membentuk mentalnya sekarang. Banyak petinju muda hari ini lebih fokus pada hasil cepat, tapi Zayas jelas menikmati proses panjang membangun karier.
semua orang kadang nggak sabar. Popularitas datang lebih cepat daripada pengalaman. Banyak petinju muda yang terseret ekspektasi sebelum mereka siap.
Tapi Zayas, sejauh ini, keliatan nggak terburu-buru. Dia masih menikmati proses. Dia latihan, dia fokus, dia bertanding, tanpa harus terus mengejar sorotan media. Dan itu sesuatu yang jarang dimiliki petinju muda saat ini.
Simak juga: usyk tumbangkan dubois di duel rematch TKO!!
Kalau soal teknik, ada banyak hal yang menarik. Jab-nya bersih, kombinasi pukulannya efektif, footwork-nya halus. Dia sering bermain di jarak menengah, atur tempo, tetap fokus.
Kadang kalau nonton, saya merasa melihat versi muda Cotto, tapi tetap punya ciri khas sendiri. Tapi tentu saja, dia belum sempurna. Kadang terlalu hati-hati, kadang kehilangan insting agresif saat dibutuhkan. Tapi itu wajar. Masih manusia, masih berkembang.
Satu hal yang selalu saya perhatikan adalah ekspresinya sebelum ronde pertama.
Wajahnya datar, tapi matanya fokus. Tidak ada senyum berlebihan, tidak ada gaya sok berani. Dia kayak bilang, “Saya siap, tapi saya tahu ini ujian baru.” Dan itu membuatnya terasa nyata.
Saya rasa banyak orang suka dia bukan karena flamboyan, tapi karena apa adanya. Zayas itu Zayas, bukan tiruan siapa pun.
Tapi jadi diri sendiri saja nggak cukup. Promotor, media, dan fans sering menginginkan cerita besar. Mereka ingin ada drama, ada narasi “bintang muda Puerto Riko berikutnya”.
Kedengarannya manis, tapi juga berisiko. Begitu diberi label, semua langkahnya, setiap kemenangan, bahkan cara bicara di kamera akan selalu dinilai. Itu tekanan tambahan yang harus dia hadapi.
Kadang saya berpikir, berat sekali pasti rasanya berada di posisinya. Masih muda, tapi setiap langkah diperhatikan banyak orang.
Setiap pertarungan menjadi ajang pembuktian. Jika kalah, bukan cuma dia kecewa, tapi seluruh komunitas di Puerto Riko ikut merasa sedih. Tapi ada sesuatu di dirinya yang membuat saya percaya dia bisa menanggungnya.
Aura tenang itu tidak dibuat-buat. Dia bukan tipe yang banyak bicara, tapi menunjukkan melalui kerja keras.
Masa depan Zayas sebenarnya terlihat menjanjikan. Dengan rekor 21-0 dan perkembangan yang konsisten, dalam 3–4 tahun ke depan dia bisa menjadi salah satu nama besar.
Tapi semuanya tergantung bagaimana dia menahan tekanan mental. Setiap kemenangan meningkatkan ekspektasi, setiap kesalahan kecil bisa menjadi headline negatif.
Dunia tinju memang keras: hari ini publik bisa mencintaimu, besok bisa melupakan.
Tantangan terbesar bukan lawan di ring, tapi sorotan di luar ring. Dari sisi kemampuan, dia punya semua: kekuatan, teknik, mental. Tapi yang akan menentukan kariernya bukan cuma bakat.
Konsistensi, ketenangan, dan keputusan yang tepat di setiap pertarungan akan menentukan.
Kadang saya membayangkan, bagaimana rasanya jadi dia sekarang.
Masih muda, tapi harapan besar ada di pundak. Setiap langkah diperhatikan, setiap kemenangan dan kekalahan dirasakan banyak orang. Tekanan berat, tapi saya melihat dia punya cara sendiri menghadapi semuanya. Tidak terburu-buru, tetap fokus, dan menikmati proses.
Dia juga rendah hati. Itu yang membuatnya berbeda. Banyak petinju muda terlalu cepat ingin terkenal, ingin uang, ingin sorotan.
Zayas terlihat lebih sabar. Dia tahu jalan menuju kejayaan panjang dan melelahkan. Dan itu membuat orang ingin terus mengikuti perjalanan kariernya.
Kalau kita lihat lagi, saya pikir Zayas punya kualitas yang jarang dimiliki petinju muda. Fokus, disiplin, mental kuat, tapi tetap bisa menikmati proses.
Tidak terburu-buru menjadi legenda, tapi juga tidak mau sekadar jadi “bintang muda yang cepat redup”. Dia tahu waktunya akan datang, dan dia bersabar menunggu.
Puerto Riko butuh sosok seperti Zayas. Bukan hanya menang di ring, tapi juga menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Jika terus berkembang seperti sekarang,
lima tahun lagi kita tidak lagi membicarakan dia sebagai “harapan baru”, tapi sebagai juara sejati.
Tinju memang butuh petarung seperti ini. Bukan hanya kuat fisik, tapi juga punya karakter. Zayas masih muda, tapi matang dalam berpikir.
Masih berkembang, tapi tahu arah. Dunia tinju kadang kejam untuk mereka yang naik terlalu cepat, tapi saya percaya Zayas cukup bijak belajar dari sejarah.
Mungkin dia tidak akan jadi Cotto kedua. Tapi siapa bilang harus jadi Cotto? Mungkin dia akan jadi Zayas pertama—dan itu sudah lebih dari cukup.
#xanderzayas #tinjudunia2025 #profilpetinju #tinjuhariini #Beritatinjuterbaru #tinju2025










Pingback: josh taylor pensiun di usia 34 tahun pada juli 2025
Pingback: Usyk Tumbangkan Dubois Lagi, Malam Tanpa Ampun di Vegas