BERITATINJUTERBARU.COM
SEJARAH PANJANG DAN PERJUANGAN TINJU WANITA
Tinju wanita, seperti banyak cabang olahraga lain, telah melalui jalan panjang yang penuh tantangan menuju pengakuan dan prestise. Dari era di mana perempuan dilarang keras naik ring, hingga kini di mana para petinju wanita bisa tampil di laga utama dan menjadi juara dunia, sejarah tinju wanita mencerminkan perjuangan emansipasi dalam olahraga secara luas. Dalam artikel ini, www.beritatinjuterbaru.com menyajikan ulasan mendalam tentang bagaimana tinju wanita berkembang, siapa tokoh-tokoh pentingnya, dan bagaimana tantangan masih terus berlangsung.
AWAL MULA TINJU WANITA: DARI PERTUNJUKAN SIRKUS HINGGA LARANGAN
Jejak awal tinju wanita bisa ditelusuri kembali ke abad ke-18 di Inggris. Catatan pertama tentang pertarungan tinju wanita terjadi pada 1720-an, ketika dua wanita bernama Elizabeth Wilkinson dan Hannah Hyfield bertarung di hadapan publik di London. Kala itu, pertarungan lebih merupakan pertunjukan hiburan ketimbang olahraga profesional. Wilkinson bahkan disebut sebagai pelopor, karena ia mengiklankan dirinya sebagai petinju dan menantang siapa pun untuk bertarung.
Namun, seiring berkembangnya moralitas dan norma sosial di abad ke-19, tinju wanita mulai dilarang di banyak tempat. Pandangan patriarkal menganggap bahwa olahraga sekeras tinju tidak pantas untuk wanita, dan banyak otoritas menutup pintu ring bagi mereka.
ABAD 20: DARI PELARANGAN MENUJU PERJUANGAN
Pada awal abad ke-20, tinju wanita masih sulit diterima secara sosial. Di Amerika Serikat, pada 1920-an dan 30-an, beberapa wanita sempat melakukan pertarungan eksibisi, tetapi sangat dibatasi. Bahkan di negara maju seperti AS dan Inggris, banyak negara bagian atau kota yang melarang tinju wanita secara hukum.
Namun, semangat para pionir tak padam. Salah satu sosok penting adalah Barbara Buttrick dari Inggris, yang mulai bertinju secara profesional pada akhir 1940-an dan dikenal sebagai “Mighty Atom of the Ring.” Dengan tinggi hanya 150 cm, ia menjadi petinju wanita pertama yang diakui secara internasional dan berkeliling Amerika untuk bertanding. Buttrick membuka jalan bagi generasi setelahnya dan menjadi simbol perjuangan.
TINJU WANITA MODERN: ERA LISENSI DAN LEGALISASI
Perkembangan signifikan terjadi pada akhir abad ke-20. Pada 1975, Komisi Atletik Negara Bagian New York menolak memberi lisensi kepada wanita bernama Cathy “Cat” Davis. Namun, tekanan dari aktivis dan masyarakat membuat perubahan perlahan terjadi.
Salah satu tonggak penting terjadi pada 1993, ketika Komisi Atletik New York akhirnya memberikan lisensi tinju kepada wanita. Tahun yang sama, pertandingan tinju wanita mulai disiarkan televisi secara luas.
Di sisi lain, di Eropa, Christy Martin dari AS menjadi sensasi setelah pertarungannya ditampilkan dalam undercard acara besar Mike Tyson pada tahun 1996. Dengan gaya bertarung agresif dan kepribadian yang kuat, Martin mempopulerkan tinju wanita dan membuka jalan bagi pengakuan lebih luas.
ERA JUARA DUNIA: KETIKA WANITA MENGUASAI RING
Tahun 2000-an menjadi era kebangkitan tinju wanita. Beberapa organisasi tinju besar mulai mengakui sabuk juara wanita dan membuka divisi khusus untuk mereka. Nama-nama besar mulai bermunculan:
-
Laila Ali: Putri dari legenda Muhammad Ali ini menjadi ikon global. Dengan rekor 24-0 (21 KO), ia tak terkalahkan sepanjang karier dan membawa perhatian dunia ke tinju wanita.
-
Ann Wolfe: Dikenal sebagai salah satu petinju wanita paling ditakuti, Ann Wolfe memegang gelar di empat divisi berbeda dan dikenal dengan KO brutalnya terhadap Vonda Ward yang viral.
-
Lucia Rijker: Dijuluki “The Most Dangerous Woman in the World,” petinju asal Belanda ini tak pernah kalah dan juga dikenal dalam film “Million Dollar Baby.”
Organisasi seperti WBC, WBA, IBF, dan WBO mulai memberikan sabuk resmi bagi petinju wanita di berbagai kelas berat, meski belum sebanyak pria.
ERA KEEMASAN: KETIKA TINJU WANITA MASUK PANGGUNG UTAMA
Pada dekade 2010-an hingga sekarang, tinju wanita benar-benar memasuki masa keemasan. Beberapa momen penting menjadi bukti:
-
Katie Taylor vs Amanda Serrano (2022): Pertarungan ini menjadi laga utama di Madison Square Garden, sebuah pencapaian luar biasa. Duel penuh teknik dan semangat itu menyedot perhatian jutaan penonton dan menjadi salah satu pertarungan terbaik tahun itu.
-
Claressa Shields: Juara dunia di tiga divisi dan peraih dua medali emas Olimpiade. Shields sering menyebut dirinya “GWOAT” (Greatest Woman of All Time) dan aktif memperjuangkan kesetaraan bayaran dalam olahraga.
-
Seniesa Estrada, Mikaela Mayer, Savannah Marshall: Mereka adalah bagian dari generasi baru petinju wanita yang bukan hanya jago di ring, tapi juga berani bersuara di luar ring.
TINJU WANITA DI OLIMPIADE: LEGITIMASI SEBAGAI CABANG RESMI
Tinju wanita baru menjadi cabang resmi Olimpiade pada tahun 2012 di London. Sebelumnya, tinju hanya terbuka untuk pria. Tiga kelas berat dipertandingkan pada debut itu: kelas terbang, ringan, dan menengah.
Katie Taylor dari Irlandia, Nicola Adams dari Inggris, dan Claressa Shields dari AS menjadi juara dunia pertama dalam sejarah tinju wanita Olimpiade. Keikutsertaan di Olimpiade membuka peluang besar dan legitimasi bagi petinju wanita muda dari berbagai negara.
TANTANGAN YANG MASIH ADA
Meski telah mengalami kemajuan besar, tinju wanita masih menghadapi tantangan:
-
Kesetaraan bayaran: Banyak petinju wanita mengeluhkan perbedaan bayaran yang ekstrem dibanding pria, bahkan di laga dengan eksposur tinggi.
-
Durasi pertarungan: Petinju wanita masih bertarung dalam ronde 2 menit (bukan 3 menit seperti pria), dan hanya 10 ronde untuk laga gelar. Banyak yang menuntut kesetaraan durasi.
-
Eksposur media: Masih banyak laga hebat tinju wanita yang luput dari liputan media besar.
MASA DEPAN TINJU WANITA: MENUJU KESETARAAN
Dengan semakin banyaknya promotor besar seperti Top Rank, Matchroom Boxing, dan Golden Boy Promotions yang mengontrak petinju wanita, masa depan tampak cerah. Platform streaming seperti DAZN dan ESPN+ juga mulai rutin menayangkan laga wanita.
Perjuangan belum selesai, tetapi setiap pukulan di ring membawa perubahan. Tinju wanita kini bukan hanya tentang kekuatan fisik, tapi juga simbol perjuangan akan kesetaraan dan pengakuan.
Dari pertarungan ilegal di gang-gang London abad ke-18 hingga duel megabintang di Madison Square Garden, sejarah tinju wanita adalah kisah tentang keberanian, perjuangan, dan tekad yang tak tergoyahkan. Mereka bukan hanya petinju, tetapi pelopor, pejuang, dan inspirasi.
Tetap ikuti perkembangan dunia tinju, termasuk kisah para petinju wanita, hanya di www.beritatinjuterbaru.com!
#tinjuwanita #sejarahtinju #claressashields #katietaylor #tinjuolimpiade #boxinghistory #beritatinju #beritatinjuterbaru