Ada sesuatu yang menarik dari sosok Reshat Mati, petinju muda asal New York yang dijuluki “The Albanian Bear.” Wajahnya kalem, senyumnya santai, tapi begitu bel dibunyikan, ia berubah menjadi petarung agresif dengan naluri menyerang yang luar biasa. Banyak penggemar menilai Reshat punya aura bintang besar yang belum sepenuhnya bersinar—seolah masih menunggu waktu untuk benar-benar meledak di panggung utama dunia tinju.

Yang membuatnya semakin menarik, Reshat bukan sekadar petinju biasa. Ia tumbuh dalam keluarga imigran Albania di Staten Island, dan sejak remaja sudah mengenal dunia bela diri. Beberapa foto masa kecil yang tersebar di media sosial menunjukkan dirinya memegang berbagai sabuk dan trofi di kamar—tanda betapa besar kecintaannya terhadap olahraga tarung sejak dini. Ada yang bilang, sabuk-sabuk itu hasil dari turnamen lokal kickboxing dan tinju amatir yang diikutinya. Meski belum semua klaim bisa diverifikasi, satu hal pasti: semangat bertarung Reshat sudah tertanam kuat bahkan sebelum ia memasuki ring profesional.
Kini, di usia pertengahan dua puluhan, Reshat Mati sudah mengumpulkan rekor tak terkalahkan di dunia tinju profesional. Dengan gaya bertarung orthodox yang agresif namun efisien, ia kerap memadukan kecepatan tangan dengan insting mematikan yang membuat banyak lawan frustrasi. Tidak heran bila banyak analis tinju menyebutnya sebagai salah satu prospek muda paling menjanjikan dari kawasan New York.
Namun perjalanan menuju pengakuan dunia tidak selalu mulus. Reshat sempat absen lama dari ring—lebih dari satu tahun—dan sempat memicu spekulasi tentang masa depannya. Tapi setiap kali kembali, ia tampil lebih matang, lebih sabar, dan lebih tajam. Seolah-olah setiap jeda menjadi bahan bakar untuk pembuktian berikutnya.
Sebelum memasuki panggung besar sebagai profesional, perjalanan Reshat di dunia amatir dan bela diri menjadi fondasi penting yang membentuk karakter serta teknik bertarungnya. Dari sinilah kisah panjang “Beruang Albania” itu bermula.
1.Karier Amatir.

Sebelum dikenal sebagai petinju profesional tak terkalahkan, Reshat Mati lebih dulu meniti jalan panjang di dunia amatir. Sejak usia belasan tahun, anak muda asal Staten Island ini sudah terbiasa berlatih di berbagai disiplin bela diri. Tinju, kickboxing, bahkan jiu-jitsu sempat ia tekuni hampir bersamaan — seolah tubuhnya diciptakan untuk bertarung di arena mana pun.
Lahir dari keluarga imigran berdarah Albania, Reshat tumbuh dengan mental juang yang keras. Ia mulai masuk ke dunia bela diri di usia sekitar sembilan tahun, berlatih disiplin dan kerja keras di gym lokal New York. Tak butuh waktu lama sampai bakatnya mencuat ke permukaan. Ia dikenal sebagai anak yang berani menantang siapa saja, lebih suka bertarung melawan lawan yang lebih tua atau lebih besar darinya.
Nama Reshat mulai benar-benar terdengar ketika ia menjuarai turnamen Golden Gloves wilayah New York Metro, salah satu kompetisi paling bergengsi di tingkat amatir Amerika Serikat. Catatan resmi turnamen itu mencantumkan Reshat sebagai pemenang di kelas 152 pon (welterweight) — sebuah pencapaian yang jadi batu loncatan menuju karier profesional. Kemenangan itu juga menegaskan bahwa ia bukan sekadar sensasi media sosial, tetapi benar-benar memiliki kualitas teknis yang diakui secara nasional.
Selain tinju, Reshat juga punya latar belakang kuat di dunia kickboxing dan Muay Thai. Beberapa laporan lama dari media diaspora Albania menyebut ia pernah menjuarai beberapa turnamen kickboxing junior, bahkan disebut-sebut pernah meraih sabuk juara di ajang yang diakui International Kickboxing Federation (IKF). Meskipun sebagian klaim itu belum seluruhnya didukung dokumen federasi resmi, berbagai foto dan arsip video memperlihatkan ia tampil di berbagai kejuaraan remaja — mengenakan sabuk kemenangan dan bendera Albania di pundaknya.
Kombinasi antara tinju dan bela diri lain itu membuat gaya bertarungnya unik. Dari kickboxing, ia membawa disiplin kaki yang gesit dan kemampuan menjaga jarak. Dari tinju, ia mengasah kecepatan tangan serta refleks defensif. Para pelatih lokal di Staten Island menyebut bahwa Reshat memiliki “insting alami untuk menyerang,” sesuatu yang jarang dimiliki petarung amatir seusianya.
Dalam beberapa wawancara, Reshat juga mengaku pernah menghadapi nama-nama besar saat masih amatir. Ia menyebut sempat berduel dengan Teofimo Lopez dan Ryan Garcia, dua petinju muda yang kini menjadi bintang dunia. Ia bahkan mengklaim sempat mengalahkan Vergil Ortiz Jr. dalam salah satu ajang nasional junior — meski belum ada arsip turnamen resmi yang bisa membuktikan pertemuan itu. Namun yang jelas, Reshat tumbuh di era keemasan tinju amatir Amerika, bertemu banyak lawan tangguh, dan perlahan membangun reputasinya di antara pelatih-pelatih top New York.
Tak heran bila saat promotor besar seperti Matchroom Boxing dan DAZN mulai menyoroti nama-nama prospek muda, Reshat Mati langsung masuk radar. Catatan Golden Gloves yang solid, teknik dasar kuat, serta daya tarik etnis Albania-Amerika membuatnya mudah dipromosikan. Para pelatih menyebut bahwa Reshat sudah siap menjadi profesional bahkan sebelum usianya menginjak dua puluh tahun.
Sebagai petinju muda, fondasi amatir ini menjadi modal besar. Ia belajar bagaimana menjaga jarak, membaca ritme lawan, dan tetap tenang di bawah tekanan. Dan di balik semua trofi serta sabuk yang sering ia pajang di kamarnya, tersimpan kisah kerja keras bertahun-tahun—berpeluh di gym, jatuh bangun di ring kecil New York, hingga akhirnya dikenal publik sebagai “The Albanian Bear” yang haus kemenangan.
Baca juga: George liddard calon juara masa depan
2.Karier Profesional.

Setelah menorehkan catatan cemerlang di level amatir, Reshat Mati akhirnya melangkah ke dunia profesional pada 6 Oktober 2018. Debutnya berlangsung di Wintrust Arena, Chicago, sebuah venue besar yang kala itu juga menggelar partai utama promotor besar Matchroom Boxing. Lawannya adalah petinju asal Meksiko, Adan Ahumada, yang dikenal ulet dan berani adu pukulan jarak dekat.
Meski baru pertama kali bertarung tanpa pelindung kepala dan dengan sarung tinju pro, Reshat tampil sangat percaya diri. Ia langsung menunjukkan kecepatan tangan serta insting menyerang yang sudah terbentuk sejak masa kickboxing. Sejak ronde pertama, kombinasi jab kanan dan hook kirinya menekan Ahumada tanpa ampun.
Pada ronde ketiga, sebuah pukulan kanan lurus mengenai dagu lawan dengan sempurna. Ahumada jatuh telentang, dan wasit langsung menghentikan pertandingan. Reshat Mati menang KO di ronde ketiga — debut yang ideal untuk seorang prospek muda berusia 20 tahun.

Kemenangan itu membuka pintu besar bagi kariernya. Promotor Eddie Hearn dari Matchroom Boxing langsung melihat potensi komersial dalam diri Reshat: penampilan bersih, asal-usul Albania-Amerika yang eksotis, dan gaya bertarung agresif tapi cerdas. Sejak saat itu, ia mulai rutin tampil di undercard besar — termasuk event-event besar DAZN di Amerika Serikat.
Beberapa bulan setelah debut, ia kembali naik ring melawan Juan Carlos Sepulveda di New York dan menang lewat keputusan bulat (UD). Pertarungan itu membuktikan bahwa Reshat tak hanya bergantung pada kekuatan pukulan, tetapi juga punya kemampuan menjaga jarak dan disiplin bertahan.
3.Duel Brutal Reshat Mati vs Rakim Johnson.

Salah satu pertunjukan paling eksplosif dalam perjalanan awal karier profesional Reshat Mati terjadi pada 20 Desember 2019. Saat itu, ia menjalani duel ke-6 menghadapi Rakim Johnson di New York — partai yang di atas kertas dianggap sebagai ujian ringan menjelang naik kelas kompetisi. Namun kenyataannya, malam itu berubah jadi ajang unjuk kekuatan mutlak dari petinju muda berjuluk The Albanian Bear tersebut.
Begitu bel ronde pertama dibunyikan, Reshat langsung menguasai tempo. Ia tak membuang waktu membaca pola, melainkan langsung menekan lawan dengan jab keras diikuti kombinasi kanan-kiri cepat. Rakim Johnson, yang punya gaya slugger dan sering mengandalkan adu pukul terbuka, tampak kesulitan mengimbangi kecepatan tangan Reshat. Setiap kali mencoba membalas, pukulannya dibalas dua atau tiga kali lipat lebih cepat.
Memasuki ronde kedua, Reshat benar-benar melepaskan naluri pembunuhnya di ring. Sebuah hook kiri tajam mengenai pelipis Johnson dan membuatnya terjatuh untuk pertama kalinya. Johnson bangkit, tapi langkahnya mulai goyah. Tak lama, kombinasi uppercut kanan dan overhand kiri kembali mendarat bersih — jatuh kedua.
Wasit mulai memperhatikan dengan cermat, tapi Reshat belum selesai. Ia menutup celah, mengatur jarak, lalu menembakkan jab kanan keras ke tubuh diikuti cross kiri ke rahang — membuat Rakim kembali mencium kanvas untuk ketiga kalinya. Penonton bersorak, sebagian bahkan berdiri karena tahu kemenangan tinggal menunggu waktu.
Hanya beberapa detik berselang, serangan beruntun dari Reshat menghentikan semua perlawanan. Rakim Johnson tumbang untuk keempat kalinya di ronde yang sama, dan wasit segera menghentikan pertarungan tanpa hitungan tambahan. Reshat Mati menang TKO ronde kedua — sebuah kemenangan yang mengguncang arena dan langsung viral di media sosial.
Pertunjukan itu jadi bukti bahwa Reshat tak hanya mengandalkan kecepatan, tetapi juga punya timing luar biasa dan insting predator di saat melihat lawan terluka. Banyak analis menilai bahwa duel ini menandai peralihan Reshat dari sekadar “prospek muda” menjadi petarung serius yang siap menantang nama-nama besar di kelas welter.
Setelah duel, Reshat mengatakan dalam wawancara singkat,
“Saya hanya melakukan apa yang sudah kami latih setiap hari. Begitu melihat celah, saya tahu itu saatnya menutup pertarungan.”
Kemenangan brutal atas Rakim Johnson menambah rekor Reshat menjadi 6-0 (4 KO) dan memperkuat reputasinya sebagai petinju muda paling menjanjikan dari kamp pelatih Andre Rozier. Banyak yang menilai, pada titik inilah publik mulai benar-benar memperhatikan nama Reshat Mati — bukan hanya karena promosi Matchroom Boxing, tapi karena penampilannya di atas ring yang benar-benar menghibur dan mematikan.
4.Pertarungan Terakhir: Reshat Mati vs Irving De Jesus Macias (15 Maret 2024)
Setelah beberapa tahun menjaga rekor sempurna, Reshat Mati kembali tampil di salah satu panggung paling bergengsi di dunia tinju — Madison Square Garden, New York. Pada 15 Maret 2024, ia berhadapan dengan petinju berpengalaman asal Puerto Riko, Irving De Jesus Macias, dalam duel delapan ronde yang menjadi ujian mental sekaligus stamina bagi sang “Albanian Bear”.
Pertarungan ini bukan sekadar laga rutin. Bagi Reshat, tampil di Madison Square Garden ibarat pulang ke rumah kedua, tempat di mana kariernya tumbuh dari amatir hingga profesional. Arena legendaris itu juga menjadi simbol pengakuan — hanya petinju yang benar-benar punya nilai jual dan kemampuan solid yang bisa mendapat kesempatan naik ring di sana.
Sejak ronde pertama, Reshat tampil sangat disiplin. Ia tak terburu-buru mencari KO seperti di awal kariernya, melainkan memilih bermain rapi, menekan lawan dengan jab panjang, dan mengontrol jarak menggunakan footwork yang lincah. Irving De Jesus mencoba menahan serangan balik lewat kombinasi hook pendek, tapi refleks Reshat terlalu cepat untuk dibaca.
Memasuki ronde keempat hingga keenam, tempo pertarungan meningkat. Reshat mulai menyalakan agresi khasnya, mendaratkan beberapa kombinasi bersih ke arah kepala dan tubuh lawan. Namun Macias menunjukkan ketangguhan luar biasa, menolak jatuh meski menerima beberapa pukulan keras di rahang kanan.
Di dua ronde terakhir, Reshat menunjukkan kematangan seorang petinju yang sedang menuju level elite. Ia tetap tenang, tidak kehilangan fokus, dan menjaga ritme dengan sangat profesional. Setiap kali Macias mencoba menekan, Reshat menutup jarak dengan langkah mundur cepat dan membalas dengan jab tajam. Ketika bel akhir berbunyi, para juri sepakat memberi kemenangan unanimous decision (UD) kepada Reshat Mati.
Dengan hasil ini, Reshat memperpanjang rekor tak terkalahkannya menjadi 15 kemenangan tanpa kalah (8 KO). Kemenangan di Madison Square Garden juga menjadi simbol penting: ia kini bukan lagi sekadar “prospek muda” yang menjanjikan, tetapi telah menjelma menjadi petinju matang yang siap menembus peringkat dunia.
Usai pertarungan, Reshat menyampaikan rasa syukurnya kepada publik:
“Saya ingin berterima kasih kepada semua penggemar Albania dan New York. Setiap kali naik ring di sini, saya merasa membawa dua bendera — Amerika dan Albania. Saya belum selesai. Ini baru permulaan.”
Kalimat itu menggambarkan ambisinya yang belum padam. Banyak pengamat menilai, kemenangan atas Macias menjadi langkah terakhir sebelum Reshat menargetkan gelar regional seperti WBA Continental Americas atau WBC Silver, yang bisa membuka jalan menuju perebutan sabuk dunia dalam beberapa tahun ke depan.
Kini, di usia pertengahan dua puluhan, Reshat berdiri sebagai salah satu prospek paling solid di kelas welter muda. Dengan kombinasi teknik tinggi, refleks cepat, dan etos kerja keras, masa depan tinju Albania-Amerika tampak cerah di tangan Reshat Mati.
5.Gaya Bertarung Reshat Mati — Campuran Tinju Klasik dan Kickboxing Modern.

Jika melihat cara bertarung Reshat Mati, satu hal yang langsung terlihat adalah perpaduan unik antara gaya tinju klasik Amerika dan teknik dasar kickboxing. Meski kini ia sepenuhnya fokus pada tinju profesional, jejak masa lalunya di dunia bela diri campuran masih sangat terasa — terutama dalam cara ia menjaga jarak, bergerak, dan mengatur ritme serangan.
1. Footwork Gesit ala Kickboxer.
Berbeda dari banyak petinju muda yang cenderung kaku, Reshat punya footwork ringan dan gesit, mirip dengan petarung Muay Thai yang selalu siap melompat ke berbagai arah. Ia sering bergerak ke samping kiri-kanan sambil melempar jab ringan untuk membuka celah, lalu masuk cepat dengan kombinasi dua atau tiga pukulan.
Gaya ini membuatnya sulit dipukul bersih. Banyak lawan mengeluh sulit menebak arah serangannya karena Reshat sering berpindah posisi setelah melepaskan kombinasi. Gerakannya tidak hanya indah, tapi juga efisien — nyaris tanpa langkah sia-sia di atas ring.
2. Kecepatan Tangan dan Kombinasi Tajam.
Ciri khas Reshat adalah kecepatan tangan di atas rata-rata. Ia mampu menembakkan empat hingga lima pukulan beruntun dalam waktu singkat, sering dimulai dengan jab kanan lalu diakhiri hook kiri ke tubuh atau dagu lawan. Pola ini mengingatkan pada kombinasi cepat petinju-petinju seperti Amir Khan atau Teofimo Lopez.
Dalam beberapa pertarungan, terutama melawan Rakim Johnson dan Jonathan Steele, Reshat menunjukkan kemampuan “menutup jarak dalam sekejap” — langkah maju setengah meter disertai pukulan kanan keras yang sering jadi pembuka KO. Ini memperlihatkan sense of timing yang sangat baik untuk petinju seusianya.
3. Pertahanan Fleksibel dan Refleks Tinggi.
Meskipun dikenal agresif, Reshat bukan tipe petinju yang membabi buta. Ia punya pertahanan cukup baik, sering menggunakan shoulder roll ringan dan gerakan kepala (head movement) untuk menghindari serangan. Hal ini membuatnya jarang menerima pukulan bersih di wajah, meskipun berada dalam jarak tembak.
Pelatihnya pernah mengatakan bahwa Reshat “tidak hanya cepat, tapi juga cerdas”. Ia tahu kapan harus menekan dan kapan harus mundur. Refleksnya yang cepat sering membuat lawan frustrasi, terutama ketika pukulan mereka meleset dan langsung dibalas dengan counter yang tajam.
4. Disiplin Strategi dan Kematangan.
Seiring bertambahnya pengalaman, Reshat mulai menunjukkan kematangan strategi. Dalam pertarungan terakhirnya melawan Irving De Jesus Macias, ia tidak tergoda mencari KO cepat. Sebaliknya, ia bermain aman dengan mengandalkan jab dan kontrol jarak. Ini menandakan bahwa Reshat kini berpikir seperti petinju elite — memprioritaskan kemenangan bersih daripada risiko terbuka.
Pelatih Rozier menilai bahwa “Reshat kini bertinju dengan otak, bukan hanya dengan tenaga.” Ini menunjukkan perkembangan signifikan dari gaya awalnya yang lebih liar dan spontan di masa amatir.
6.Kelebihan Reshat Mati.
- Kecepatan tangan luar biasa — mampu mengombinasikan pukulan cepat dengan akurasi tinggi.
- Footwork lincah dan mobilitas tinggi, membuatnya sulit dijangkau lawan.
- Pertahanan reflektif — mengandalkan gerakan kepala dan bahu untuk menghindari pukulan.
- Disiplin dan cerdas di atas ring — tahu kapan harus menyerang dan kapan bermain aman.
- Mental juang tinggi — tampil tenang di bawah tekanan dan jarang kehilangan fokus.
- Basis teknik luas — pengaruh dari kickboxing membuatnya lebih adaptif terhadap berbagai gaya lawan.
7.Kelemahan yang Masih Terlihat.
- Power belum sepenuhnya maksimal. Meski mencatat 8 KO dari 15 kemenangan, sebagian besar lawan tumbang karena akumulasi pukulan, bukan satu pukulan maut.
- Terkadang terlalu percaya diri. Dalam beberapa duel, ia sempat menurunkan guard terlalu lama saat unggul, memberi peluang counter kepada lawan.
- Belum benar-benar diuji oleh lawan papan atas. Sampai 2024, Reshat belum bertemu petinju ranking top 30 dunia, sehingga daya tahannya di level elite masih jadi tanda tanya.
- Stamina menurun di ronde akhir. Terlihat dalam beberapa laga 8 ronde, tempo pukulannya sedikit melambat setelah ronde keenam.
Meski begitu, kelebihan Reshat jelas jauh lebih dominan dibanding kekurangannya. Ia adalah paket lengkap petinju modern: cepat, cerdas, disiplin, dan punya citra positif di luar ring. Jika pengembangan power dan stamina terus dilakukan, banyak yang percaya Reshat bisa menembus puncak ranking dunia dalam dua atau tiga tahun ke depan.
Dengan rekor sempurna dan gaya bertarung yang semakin matang, tak heran jika nama Reshat Mati kini mulai diperbincangkan di kalangan pelatih dan analis tinju Amerika. Banyak yang menilai bahwa petinju muda asal Staten Island ini bukan sekadar prospek biasa, melainkan calon bintang yang punya daya tarik komersial sekaligus kemampuan teknis tinggi.
Meski baru mengumpulkan 15 kemenangan, Reshat sudah menunjukkan kedewasaan di atas ring — tahu kapan harus menyerang, kapan menahan diri, dan kapan mengubah tempo. Para pelatih dan pengamat menyebut bahwa kombinasi antara kecepatan, kecerdasan taktik, serta latar belakang bela diri campuran menjadikannya petarung yang sulit ditebak dan berbahaya untuk siapa pun di kelas welter.
Karier Reshat Mati memang masih muda, tapi arah langkahnya terlihat jelas.
Sejak pertama kali naik ring profesional pada tahun 2018 di Wintrust Arena, petinju yang dijuluki The Albanian Bear ini terus menunjukkan kematangan luar biasa di setiap penampilan.
Dari satu laga ke laga berikutnya, Reshat bukan hanya berkembang sebagai petinju, tetapi juga sebagai pribadi yang menginspirasi banyak anak muda Albania-Amerika di New York dan sekitarnya.
Di usia yang belum genap 27 tahun, ia sudah mengoleksi rekor 15 kemenangan tanpa kekalahan (8 KO) — catatan yang membuktikan konsistensi dan determinasi tinggi.
Namun, di balik angka-angka itu, ada kerja keras yang tidak pernah terekam kamera: sesi sparring panjang di pagi hari, latihan kaki di bawah hujan Brooklyn, dan disiplin menjaga berat badan di tengah jadwal promosi yang padat.
Reshat paham bahwa dunia tinju modern bukan hanya soal siapa yang lebih kuat, tapi siapa yang bisa membangun cerita dan koneksi dengan penggemar.
Ia aktif di media sosial, kerap membagikan cuplikan latihan dan pesan motivasi kepada ribuan pengikutnya.
Namun, berbeda dari kebanyakan bintang muda yang cepat puas dengan sorotan kamera, Reshat masih terlihat fokus pada satu hal: menjadi juara dunia sejati.
Sejumlah promotor mulai melirik, dan beberapa analis bahkan memprediksi ia akan segera menembus jajaran top-15 ranking WBA atau IBF jika terus mempertahankan performanya.
Dengan kombinasi kekuatan, kecepatan, dan karakter rendah hati, Reshat Mati tampak seperti potret sempurna dari generasi baru petinju modern—menggabungkan teknik klasik dengan jiwa digital era baru.
Apakah Reshat Mati akan mencapai sabuk juara dunia?
Hanya waktu yang bisa menjawab. Tapi satu hal pasti: semangat, disiplin, dan kecintaannya pada olahraga ini membuatnya pantas diperhitungkan di masa depan.
#ReshatMati #PetinjuMuda #TinjuDunia #BoxingNews #TheAlbanianBear #PetinjuAlbania #BoxingLife #PetinjuTakTerkalahkan #KarierTinju #BeritaTinjuTerbaru










Pingback: Hasil tinju 17 oktober 2025: george liddard vs kieron conway
Pingback: Ezra Taylor Hentikan Kristaps Bulmeistars dalam 24 Detik!