Pendahuluan: Ketika Mistik Voodoo Bertemu Tinju Modern
Dalam dunia tinju profesional, nama Regis Prograis bukan hanya dikenal karena gaya bertarungnya yang agresif dan eksplosif, tetapi juga karena kepribadiannya yang penuh warna. Dijuluki “Rougarou“, sosok makhluk mistis dari legenda Louisiana, Prograis mencerminkan daya tarik khas petinju asal New Orleans: kuat, cepat, penuh semangat, dan sulit dikendalikan.
Dengan rekor profesional 29-3 (24 KO), Prograis telah menjadi salah satu petinju paling menonjol di divisi super lightweight (kelas ringan super / junior welterweight). Ia pernah menyandang gelar juara dunia WBA (interim), WBC, dan WBO serta menjuarai turnamen World Boxing Super Series (WBSS). Walau sempat tergelincir dalam dua kekalahan yang kontroversial, karier Prograis tetap bersinar dan ia terus menjadi ancaman bagi siapa pun di divisi 140 pon.
Masa Kecil dan Asal Usul “Rougarou”
Regis Prograis lahir pada 24 Januari 1989 di New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat. Ia tumbuh di lingkungan yang penuh tantangan sosial dan ekonomi. Namun, semangat bertarungnya sudah terlihat sejak dini. Ketika Prograis berusia 16 tahun, kota New Orleans dilanda badai Katrina, bencana yang mengubah jalan hidup banyak penduduk — termasuk Regis.
Setelah evakuasi, keluarganya pindah ke Houston, Texas. Di sinilah ia mulai mengenal dan menekuni dunia tinju secara serius. Ia berlatih di Savannah Boxing Club, tempat yang juga pernah mencetak juara dunia seperti Evander Holyfield dan Pernell Whitaker.
Julukan “Rougarou” sendiri diambil dari legenda manusia serigala dalam budaya Louisiana — simbol kekuatan dan ketakutan. Julukan ini melekat padanya karena karakter bertarungnya yang liar, agresif, dan tak kenal mundur.
Karier Amatir: Fondasi Teknik dan Mental Baja
Meski tidak berlatar belakang tim nasional AS, karier amatir Prograis cukup solid. Ia memiliki rekor amatir 87-7, dan pernah bertanding di ajang nasional seperti Golden Gloves. Namun, Prograis sadar bahwa gaya bertarungnya lebih cocok untuk ring profesional.
Alih-alih mengejar Olimpiade, ia memilih beralih ke profesional pada tahun 2012, dengan modal teknik dasar yang kuat, insting tajam, dan semangat membara.
Awal Karier Profesional: KO Beruntun dan Nama yang Makin Dikenal
Debut profesional Prograis terjadi pada 2012, dan ia langsung mencuri perhatian. Dalam 10 pertarungan pertamanya, Prograis mencatatkan 10 kemenangan KO. Gaya bertarungnya menggabungkan kecepatan tangan, agresivitas, serta kombinasi pukulan tajam ke tubuh dan kepala.
Namanya mulai melejit saat tampil di beberapa undercard besar di Amerika. Ia bukan hanya petinju hebat di atas ring, tapi juga memiliki daya tarik promosi — karismatik, enerjik, dan berani bicara.
Pada tahun 2017, ia tampil di acara utama ShoBox dan menghancurkan Joel Diaz Jr dalam dua ronde. Kemenangan itu menempatkannya sebagai salah satu prospek paling berbahaya di kelas ringan super.
Juara Dunia Interim WBA dan Keikutsertaan di WBSS
Puncak karier Prograis dimulai saat ia menghancurkan Julius Indongo (eks juara IBF dan IBO) pada Maret 2018 untuk merebut gelar interim WBC. Ia lalu mempertahankan sabuk itu melawan Juan Jose Velasco sebelum bergabung dalam ajang World Boxing Super Series (WBSS), turnamen bergengsi dengan sistem eliminasi.
Di semifinal WBSS, Prograis menghadapi Kiryl Relikh, juara dunia WBA asal Belarus. Dalam duel itu, Prograis tampil luar biasa dan menang TKO di ronde 6, menjadi juara dunia WBA.
Final WBSS vs Josh Taylor: Duel Klasik Dua Raja Muda
Final WBSS mempertemukan dua petinju muda tak terkalahkan: Regis Prograis (24-0) melawan Josh Taylor (15-0) asal Skotlandia, yang saat itu memegang sabuk IBF. Pertarungan ini berlangsung di O2 Arena London pada Oktober 2019.
Laga berlangsung sangat ketat dan berimbang. Prograis tampil agresif dan bertenaga, sementara Taylor lebih efektif secara teknis dan defensif. Setelah 12 ronde penuh drama, Taylor menang tipis lewat split decision, hasil yang diperdebatkan oleh banyak pengamat.
Meskipun kalah, Prograis mendapat respek besar karena menampilkan salah satu performa terbaik kariernya. Kekalahan itu tak membuatnya jatuh — justru menjadi bahan bakar kebangkitan.
Membangun Kembali Reputasi dan Kemenangan Spektakuler
Usai kekalahan dari Taylor, Prograis kembali ke Amerika dan mencetak dua kemenangan KO impresif: melawan Juan Heraldez (2020) dan Ivan Redkach (2021).
Penampilannya kembali ganas: agresif, cepat, dan mematikan. Banyak pihak mendesak agar Prograis diberi kesempatan lagi merebut sabuk juara dunia.
Juara Dunia WBC: Kemenangan atas Jose Zepeda
Pada November 2022, Regis Prograis mendapatkan kesempatan merebut sabuk WBC kelas super ringan yang lowong melawan petinju Meksiko-Amerika, Jose Zepeda.
Duel berlangsung panas dan keras. Prograis menampilkan totalitas: bertahan cerdas, menyerang agresif, dan konsisten membongkar pertahanan Zepeda. Pada ronde ke-11, ia mendaratkan kombinasi telak yang membuat wasit menghentikan laga. Prograis menang TKO dan resmi menjadi juara dunia dua kali!
Pertarungan Melawan Devin Haney: Kontroversi dan Titik Balik
Pada 9 Desember 2023, Prograis menghadapi petinju muda sensasional, Devin Haney, dalam duel mempertahankan gelar WBC. Pertarungan ini berlangsung di San Francisco dan disiarkan luas oleh DAZN PPV.
Sayangnya, Prograis tak mampu menampilkan performa terbaiknya. Haney mendominasi sejak awal dengan jab, pergerakan kaki, dan counter-punching yang akurat. Prograis kesulitan mendekat dan hanya bisa mendaratkan beberapa pukulan keras. Ia kalah mutlak lewat unanimous decision dan kehilangan gelar.
Namun, ia tetap mendapat simpati karena berani naik ring menghadapi petinju elite, dan tetap rendah hati usai kekalahan.
Kekalahan Ketiga: vs Jack Catterall (Oktober 2024)
Setelah kekalahan dari Haney, Prograis sempat berencana comeback. Namun, pada Oktober 2024, ia menghadapi Jack Catterall, salah satu petinju teknikal terbaik di Inggris. Duel berlangsung di Manchester Arena.
Pertarungan itu berjalan dengan tempo lambat tapi penuh taktik. Catterall tampil sangat disiplin dengan jab dan footwork yang konsisten menjaga jarak. Prograis mencoba memotong ring dan menekan, namun kerap masuk ke perangkap.
Skor akhir: kemenangan angka mutlak untuk Catterall. Kekalahan ini menjadi kekalahan ketiga bagi Regis Prograis, dan semakin memperkuat anggapan bahwa masa kejayaannya mulai meredup.
tonton disini video Highligtnya yang di siarkan oleh DAZN:
Gaya Bertinju Regis Prograis
Prograis adalah tipikal petinju agresif dengan kekuatan besar di kedua tangan. Ia bertarung dengan kombinasi pukulan menyudutkan, tekanan bertubi-tubi, dan mentalitas pemburu.
Ciri khasnya:
- Pukulan hook kiri yang tajam ke tubuh.
- Kemampuan memotong ring lawan.
- Kepala selalu bergerak (head movement).
- Tahan pukul dan jarang mundur.
Namun, dalam beberapa laga, kelemahannya dalam menghadapi petinju teknikal seperti Josh Taylor dan Devin Haney menjadi catatan penting.
Statistik dan Prestasi
- Nama Lengkap: Regis Prograis
- Julukan: Rougarou
- Lahir: 24 Januari 1989, New Orleans, Louisiana
- Tinggi: 173 cm
- Jangkauan: 170 cm
- Rekor: 29 Menang (24 KO) – 2 Kalah
- Gelar:
- Juara dunia WBA (interim)
- Juara dunia WBC (2022–2023)
- Juara turnamen World Boxing Super Series semifinalis
- Penantang gelar WBO dan IBF
Kehidupan Pribadi dan Identitas Budaya
Regis sangat bangga dengan akar budaya Louisiana-nya. Ia bahkan menggunakan topeng “Rougarou” saat naik ring. Di luar ring, ia dikenal sebagai sosok yang hangat, disiplin, dan family-man.
Ia juga sering membagikan momen latihan, motivasi, dan interaksi dengan penggemar di media sosial — mencerminkan kepribadian autentik dan menginspirasi.
Misi Selanjutnya: Bangkit Kembali dan Mencari Gelar Ketiga
Walaupun kini tanpa sabuk, Prograis belum selesai. Ia masih berambisi menjadi juara dunia tiga kali di kelas 140 pon. Beberapa nama seperti Teofimo Lopez, Subriel Matias, dan Rolando Romero berada dalam radar pertarungannya.
Di usia 36 tahun, Prograis masih punya daya ledak dan pengalaman untuk kembali ke puncak.
Kesimpulan: Rougarou yang Tak Pernah Mati
Regis Prograis adalah petinju sejati yang telah membuktikan bahwa jatuh bukanlah akhir. Ia mungkin kalah dua kali, tapi ia tidak pernah habis. Dengan kombinasi kekuatan, karakter, dan mental baja, Prograis tetap menjadi figur penting dalam dunia tinju modern.
Legenda “Rougarou” bukan sekadar nama — itu adalah simbol dari jiwa pejuang sejati yang tak pernah menyerah.
Meski telah menderita tiga kekalahan, Regis Prograis tetap menjadi salah satu nama paling dihormati di divisi super ringan. Ia membawa karakter unik: gaya bertinju eksplosif, mental petarung sejati, dan sikap respek terhadap olahraga.
Prograis juga memiliki karisma di luar ring, sering hadir dalam acara podcast, talk show, dan aktif menyuarakan pesan positif bagi komunitasnya di New Orleans dan Houston. Ia dikenal rendah hati, namun tetap berjiwa kompetitif.
Apakah ia akan kembali mengejar gelar dunia di usia mendekati 36 tahun? Hanya waktu yang bisa menjawab. Tapi satu hal yang pasti, Regis Prograis telah meninggalkan jejak kuat dalam dunia tinju profesional.
#RegisPrograis #TinjuDunia #ProfilPetinju #JuaraDunia #Rougarou #BoxingNews #WBCChampion