BERITATINJUTERBARU.COM
PROFIL LENGKAP LARRY HOLMES – “THE EASTON ASSASSIN”, RAJA JAB YANG PERNAH MENGHANTUI KELAS BERAT
Dalam sejarah tinju kelas berat, nama Larry Holmes sering dibayangi oleh tokoh-tokoh besar seperti Muhammad Ali, Mike Tyson, dan George Foreman. Tapi bagi para pecinta sejati olahraga ini, Holmes adalah salah satu juara terhebat yang pernah menguasai divisi kelas berat. Dengan jab paling tajam dalam sejarah, stamina luar biasa, dan mental baja, ia menjadi raja tak tergoyahkan selama tujuh tahun.
Awal Kehidupan dan Karier Amatir
Larry Holmes lahir pada 3 November 1949 di Cuthbert, Georgia, Amerika Serikat, sebagai anak keempat dari dua belas bersaudara. Keluarganya pindah ke Easton, Pennsylvania, tempat yang kemudian memberinya julukan: “The Easton Assassin”.
Holmes tumbuh dalam kemiskinan dan harus bekerja keras sejak muda, mulai dari mencuci mobil, jadi buruh bangunan, hingga bekerja di pabrik. Ia baru mulai bertinju di usia 18 tahun, dan menorehkan rekor amatir 11-3. Meski singkat, karier amatirnya cukup untuk menarik perhatian pelatih dan promotor.
Sparing Partner Muhammad Ali
Holmes dikenal luas di awal kariernya bukan karena pertarungan profesional, melainkan karena menjadi sparing partner legendaris Muhammad Ali selama beberapa tahun. Ali pernah berkata:
“Kalau dia bukan sparing partnerku, dia bisa jadi lawanku.”
Dalam sesi latihan, Holmes dikenal tangguh, cepat, dan pintar membaca gerakan lawan. Ia belajar banyak dari Ali – mulai dari footwork, mental bertarung, hingga menghadapi tekanan media dan penggemar.
Karier Profesional: Mendaki Tangga Kejayaan
Holmes memulai karier profesionalnya pada 1973. Ia meraih 27 kemenangan beruntun sebelum akhirnya mendapat kesempatan emas melawan juara dunia WBC saat itu, Ken Norton, pada 9 Juni 1978.
Pertarungan itu menjadi salah satu duel terbaik dalam sejarah tinju kelas berat. Setelah 15 ronde brutal dan sangat seimbang, Holmes menang split decision, dan dinobatkan sebagai juara dunia kelas berat WBC.
Dominasi Sebagai Juara Dunia
Holmes mempertahankan gelarnya 20 kali berturut-turut dari 1978 hingga 1985 – sebuah rekor luar biasa di era penuh petinju berbahaya.
Beberapa lawan yang dikalahkan Holmes antara lain:
-
Earnie Shavers (dua kali) – pukulannya dianggap paling keras dalam sejarah
-
Gerry Cooney – pertarungan yang penuh muatan rasial di tahun 1982
-
Tim Witherspoon – duel ketat yang nyaris membuatnya kehilangan gelar
-
Trevor Berbick, Marvis Frazier, dan banyak lagi
Holmes dikenal dengan jab kiri-nya yang luar biasa akurat, pertahanan rapat, dan kondisi fisik yang selalu prima. Ia tak memiliki gaya flamboyan seperti Ali, tapi ia adalah mesin kemenangan.
Holmes vs Muhammad Ali – Mengalahkan Sang Mentor
Pada 2 Oktober 1980, Holmes menghadapi Muhammad Ali dalam pertarungan yang tragis dan emosional.
Ali sudah tua dan lambat, sementara Holmes berada di puncak kejayaannya. Hasilnya:
-
Holmes menghajar Ali tanpa belas kasihan selama 10 ronde
-
Ali tak mampu membalas
-
Pelatih Ali, Angelo Dundee, akhirnya menghentikan pertarungan
-
Ali kalah TKO pertama dan satu-satunya dalam kariernya
Holmes terlihat menangis di ruang ganti setelah pertandingan. Ia menghormati Ali sebagai mentor, dan tak ingin kemenangan itu datang dengan harga emosional yang begitu mahal.
Kekalahan Pertama dan Keputusan Kontroversial
Pada 21 September 1985, Holmes menghadapi Michael Spinks, juara kelas berat ringan yang naik kelas. Dalam laga itu, Holmes kalah unanimous decision yang sangat kontroversial.
Dalam rematch tahun berikutnya, Holmes kembali kalah split decision. Setelah dua kekalahan itu, ia pensiun untuk sementara.
Episode Emosional: Tyson, Holmes, dan Misi Balas Dendam untuk Ali
Pertemuan antara Larry Holmes dan Mike Tyson bukan sekadar pertarungan dua generasi. Ada kisah emosional yang tersembunyi di baliknya – kisah balas dendam Tyson untuk sang idola sejati, Muhammad Ali.
Pada tahun 1980, Holmes mengalahkan Ali dengan sangat dominan. Tapi bagi banyak penggemar dan juga bagi Mike Tyson yang kala itu masih remaja, pertarungan itu meninggalkan luka emosional. Tyson menyaksikan idolanya dipukuli tanpa daya. Dan rasa hormatnya terhadap Ali menjadikannya punya tekad tersembunyi sejak saat itu: suatu hari ia akan membalas kekalahan sang legenda.
Delapan tahun berlalu, dan Tyson pun naik sebagai juara dunia kelas berat tak terbantahkan. Ketika Holmes memutuskan keluar dari masa pensiun dan menantangnya, Ali secara simbolik “menyerahkan tongkat” kepada Tyson.
Dalam momen ikonik sebelum pertarungan, Ali berdiri di sudut Tyson. Sang legenda bahkan berbisik kepada Mike:
“Get him for me.”
(“Balaskan dendamku.”)
Tyson menjawab dengan satu kalimat legendaris:
“When I’m done with him, I’ll be champion and you’ll be proud of me.”
Itu bukan sekadar pertarungan tinju. Itu adalah misi suci bagi Tyson, untuk menegakkan kehormatan mentornya. Saat Tyson naik ring menghadapi Holmes, ia bukan hanya petinju muda yang lapar kemenangan, tapi juga seorang murid yang membawa amarah dan kehormatan Ali dalam tinjunya.
Larry Holmes vs Mike Tyson – Duel Dua Generasi
Tahun 1988, Holmes kembali naik ring, dan langsung menantang Mike Tyson, juara tak terbantahkan saat itu.
Pertarungan berlangsung pada 22 Januari 1988, dan hasilnya tragis bagi Holmes:
-
Tyson terlalu muda, cepat, dan brutal
-
Holmes dijatuhkan tiga kali di ronde 4, dan kalah KO
-
Ini pertama kalinya Holmes kalah KO dalam kariernya
Pertarungan itu seolah menjadi pengalihan tongkat estafet, dari era Holmes ke era Tyson.
Karier Setelah Tyson dan Masa Pensiun
Meski kalah dari Tyson, Holmes tetap bertarung hingga usia 52 tahun! Ia sempat menantang Evander Holyfield (kalah keputusan), dan Brian Nielsen, sebelum benar-benar pensiun tahun 2002.
Rekor akhirnya adalah:
-
75 pertarungan
-
69 menang (44 KO)
-
6 kalah
Gaya Bertarung dan Warisan
Holmes dikenal dengan:
-
Jab terbaik sepanjang masa
-
Footwork rapi dan sabar
-
Bertahan cerdas dan tidak mudah terpancing
Warisannya kerap diremehkan karena ia muncul setelah era Ali dan sebelum era Tyson. Tapi dalam banyak daftar, ia masuk Top 10 petinju kelas berat terbaik sepanjang masa.
Kehidupan Pribadi
Holmes adalah pengusaha sukses di Easton, Pennsylvania. Ia memiliki properti, bisnis real estat, dan bahkan membangun Larry Holmes Drive di kota kelahirannya.
Larry Holmes bukan hanya seorang juara, tapi simbol konsistensi dan kerja keras. Ia bukan petarung glamor, tapi petarung efisien dan mematikan. Dalam sejarah tinju, Holmes adalah raja di antara dua legenda, dan namanya patut dikenang dengan hormat.