Kalau melihat pertarungan Sebastian Fundora melawan Keith Thurman. rasanya seperti dua masa tinju yang saling berpapasan di satu titik. Fundora datang dengan tubuh jangkungnya yang hampir seperti fenomena alam di kelas 154 pon. tinggi menjulang, agresif, dan punya volume pukulan yang bisa bikin siapa pun tenggelam.
Sedangkan Thurman. meski sudah melewati masa puncaknya, tetap membawa aura petarung sejati yang lahir dari era penuh darah dan strategi.
Kalau kita tarik sedikit ke belakang. perjalanan dua petinju ini sebenarnya menarik banget untuk dilihat dari sisi mental. Fundora misalnya, petinju muda asal California ini pernah dicap terlalu aneh buat ukuran kelas menengah ringan. Banyak yang bilang, dia terlalu kurus, terlalu rapuh dan terlalu mudah dipukul. Tapi justru di situlah letak keunikannya. Fundora membalikkan semua keraguan itu jadi energi.
Sejak debut profesionalnya tahun 2016. fundora tidak pernah berhenti menghibur. Hampir semua laganya berubah jadi perang jarak dekat. Tak ada yang elegan dari gaya bertarungnya. tidak seindah Lomachenko, tidak setaktis Crawford. tapi ada semacam kegigihan brutal yang membuat penonton sulit berpaling.
Dia maju terus, meski wajahnya berdarah, meski pipinya lebam.
Di tinju modern yang kadang terlalu steril. Fundora membawa aura lama, aura petarung jalanan yang tidak takut terluka asal bisa membuat lawannya mundur.
Namun, momen yang benar-benar mengubah kariernya tentu kekalahan dari Brian Mendoza pada April 2023. Saat itu, Fundora sudah unggul jauh di kartu nilai. Tapi dalam sekejap. satu pukulan kiri Mendoza mengubah segalanya. Fundora jatuh, bangkit, lalu kembali tumbang.
Para pecinta tinju terdiam tak percaya. Petinju muda yang sedang naik daun. roboh di tengah sorakan publiknya sendiri.
Banyak yang memprediksi kariernya akan tamati. Tapi anehnya, kekalahan itu justru mematangkannya.
Ketika dia kembali naik ring melawan Tim Tszyu di awal 2024. hampir semua analis menulis hal yang sama: “Fundora tidak akan bertahan lama.” Tapi apa yang terjadi? Fundora malah tampil lebih tenang. lebih terukur. dan akhirnya menang angka tipis dalam salah satu duel paling berdarah tahun itu.
Dari situ, semua orang sadar. bocah kurus jangkung itu bukan sekadar sensasi. dia belajar dari rasa sakit. dari kekalahan yang sempat membuat banyak orang mengira game over.
Sementara itu. Keith Thurman punya jalan cerita yang berbeda. dia bukan sosok yang sedang menanjak. melainkan legenda kecil yang berusaha menolak pudar. Dulu, nama “One Time” adalah jaminan aksi spektakuler di kelas welter. Cepat, dan punya kepercayaan diri tinggi.
Tahun 2016. saat dia mengalahkan Shawn Porter. semua pengamat sempat menobatkannya sebagai calon penerus Floyd Mayweather.
Tahun berikutnya. dia kalahkan Danny Garcia dan jadi juara unifikasi WBA dan WBC.
Sayangnya. cidera dan waktu mulai menggerogoti. Thurman harus operasi siku. lalu pergelangan tangan. dan sempat absen hampir dua tahun penuh. Ketika akhirnya kembali. performanya sudah menurun.
Kekalahan dari Manny Pacquiao pada 2019 menandai titik balik. dia bukan lagi “One Time” yang dulu. Tapi seperti semua petarung sejati. Thurman tidak pernah benar-benar menyerah. dia masih rutin berlatih,.masih menjaga kondisi, dan selalu mengatakan pada media bahwa dirinya “belum selesai.”
Saya pribadi melihat ini bukan hanya duel perebutan sabuk. tapi ujian mental bagi keduanya. Fundora sedang berada di jalur pembuktian. bahwa comeback-nya setelah kekalahan dari Brian Mendoza bukan kebetulan.
Dia ingin membuktikan kalau dirinya benar-benar pantas disebut penguasa sejati di kelas super welter. Thurman di sisi lain datang membawa misi kebangkitan. Sudah lama dia tak merasakan panggung sebesar ini. dan tentu saja banyak yang meragukan. apakah refleks dan kecepatannya masih seperti dulu saat mengalahkan Danny Garcia atau berduel sengit melawan Pacquiao.
Kalau bicara gaya bertarung. keduanya benar-benar kontras. Fundora selalu ingin maju. menekan tanpa henti. seolah tidak peduli berapa banyak pukulan yang diterima. asalkan bisa memberi lebih banyak balasan.
Thurman lebih sabar. memilih waktu dan menunggu momen untuk mendaratkan pukulan kanan kerasnya yang dijuluki “One Time”.
Tapi masalahnya. bagaimana cara Thurman menembus dinding pukulan dari Fundora yang tak henti mengalir seperti hujan??
Baca juga: Fantasy fight, Evander holyfield vs Oleksandr usyk,siapa yang akan menang??
Kalau membayangkan suasananya nanti di arena. lampu, sorakan, dan tensi yang tegang di udara. saya yakin ronde pertama akan berjalan hati-hati. Thurman mungkin meluncurkan satu dua kombinasi cepat, lalu mundur. Tapi begitu ronde ketiga tiba, Fundora pasti mulai menekan. Tubuh panjangnya akan bergerak seperti jangkar. maju tanpa banyak variasi. tapi dengan tekanan yang luar biasa. dia tidak peduli berapa kali kena counter. asalkan lawannya mundur
Namun, waktu mungkin tidak sepenuhnya di pihak Thurman. Di usia yang sudah 36 tahun lebih. stamina dan refleks tidak akan secepat dulu.
Kalau pertarungan ini berlangsung lebih dari enam ronde dan tempo tetap tinggi. saya rasa Fundora akan mulai mengambil alih. Dia punya kemampuan menekan lawan dari berbagai sudut dan tetap stabil di ronde-ronde akhir.
Thurman bisa saja mencuri beberapa ronde pertama. tapi mempertahankan pergerakan nya melawan petinju muda dengan tenaga sebesar Fundora jelas bukan perkara mudah.
Satu hal menarik. banyak penggemar yang masih percaya Thurman bisa “menyulap” momen. Dan memang. dia pernah melakukannya. Lawan seperti Diego Chaves dan Danny Garcia dulu juga sempat menekan. tapi Thurman selalu punya satu pukulan pembeda.
Bedanya, kali ini dia akan menghadapi lawan dengan tubuh yang menjulang. lebih muda hampir satu dekade. dan lebih aktif secara fisik.
Kalau ditanya siapa yang lebih mungkin membuat kejutan. saya tidak akan menutup kemungkinan Thurman. Dia punya IQ bertarung tinggi. tahu kapan harus menyerang. dan tahu kapan harus menahan diri.
Tapi kalau bicara kemungkinan besar. saya rasa Fundora akan mengubah duel ini menjadi perang fisik. Dari ronde ke ronde. tekanan itu akan terasa, terutama saat Thurman sudah mulai melambat.
Saya melihat. kemungkinan duel ini akan jadi semacam adu ketahanan antara generasi. Thurman mengandalkan pengalaman dan timing. Fundora mengandalkan tenaga muda dan keberanian. Kalau dua kekuatan itu bertemu di satu titik, hasilnya bisa liar. Tidak mustahil Fundora juga bisa terpancing dan membuka celah besar di pertahanan.
Ingat, dia masih punya kebiasaan buruk: terlalu suka bertukar pukulan di jarak yang tidak aman. Dan Thurman. kalau menemukan ruang kosong. bisa menutup laga dalam satu pukulan saja.
Menurut pengamatan pribadi. skenarionya akan seperti itu. Thurman bisa tampil apik di awal. mungkin mencuri dua atau tiga ronde dengan kombinasi cepat dan gerak kaki licin. Tapi ketika laga sudah melewati pertengahan. Fundora akan mulai mengambil kendali. dan menutup semua arah gerak Thurman.
Jika wasit tidak menghentikan pertarungan lebih dulu. saya rasa corner Thurman mungkin akan melambaikan tangan lebih cepat. bukan karena menyerah, tapi karena realistis.
Kalau Fundora menang lagi. ini akan jadi momen penting dalam kariernya. Kemenangan atas Thurman. yang notabene mantan juara unifikasi. akan memperkuat posisinya sebagai salah satu wajah baru tinju di kelas ini.
Tapi kalau Thurman mampu mematahkan semua prediksi dan menang. itu akan jadi cerita hebat lain dalam sejarah. petinju veteran yang menolak pensiun sebelum benar-benar tuntas.
Jadi kalau harus memprediksi dengan jujur. saya condong ke Fundora. Bukan karena Thurman tak layak. tapi karena waktu dan ritme sudah tidak di pihaknya.
Dengan gaya tekan tanpa henti dan stamina full power. Fundora sepertinya akan menyelesaikan pertarungan ini sebelum ronde ke-10.
Saya melihat. peluang besar Fundora menang TKO di ronde 8 atau 9. setelah tekanan demi tekanan membuat Thurman tidak lagi mampu menahan serangan.
Tapi apa pun hasilnya. ini tetap duel yang layak ditunggu. duel antara masa lalu dan masa depan tinju dunia.
#SebastianFundora #KeithThurman #FundoraVsThurman #WBCSuperWelterweight #TinjuDunia #Boxing2025 #OneTime #ToweringInferno #BoxingPrediction #FightNight










Pingback: Canelo alvarez rusak rekor 11 petinju tak terkalahkan