Kenapa sih sabuk IBO sering terasa kurang di anggap di banding empat sabuk lain yang sudah akrab di telinga para fans tinju seperti WBA, WBC, IBF, dan WBO???
Saya sering mikir soal ini. tiap kali nonton pertarungan besar.
Soalnya. setiap sabuk kan punya cerita nya sendiri. tapi posisi IBO selalu kayak nanggung.
Ada..tapi kok kayak tidak di anggap ada.??
Padahal secara tampilan. sabuk IBO sama sekali nggak jelek. Keren malah.
Ukiran globe. finishing jempolan dan terlihat berkelas. Banyak juara besar pernah membawa sabuk ini dengan bangga.
Tapi entah kenapa. saat pembawa acara menyebut JUARA DUNIA sabuk IBO sering lewat begitu saja tanpa di sebut.
Contoh paling jelas ada pada Gennadiy Golovkin.
Di masa itu. hampir semua sabuk kelas menengah dia pegang termasuk IBO. Sabuk itu selalu tampil di ring bersama yang lain.
Tapi komentator jarang menyebut nya. Rasa nya kayak dia punya koleksi lima sabuk. tapi satu sabuk duduk di kursi paling pinggir.
Anthony Joshua juga sama….
Saat dia merebut sabuk-sabuk besar di Wembley. IBO juga ada di pundak nya. Tapi begitu headline keluar di media. yang tercetak hanya empat singkatan besar yang sudah familiar.
IBO lagi-lagi harus pasrah berada di baris belakang.
Padahal kan dari sisi petinju. perjuangan nya tetap sama. Mereka tetap berdarah. tetap latihan keras dan Harus menang untuk mendapatkan sabuk itu.
Tapi di sini. nilai sabuk bukan cuma di tentukan dari pertarungan.
tapi juga dari seberapa besar pengakuan yang diberikan pada sabuk tersebut.
Di sinilah masalah pertama IBO.. pengakuan besar itu belum sepenuh nya mereka dapatkan.
IBO sebenar nya punya niat baik saat berdiri di awal 90 an.
Mereka mencoba jadi organisasi yang netral. tidak terikat politik promotor. dan tidak ikut permainan SIAPA LEBIH DEKAT SI ANU untuk menentukan peringkat.
Ranking di tentukan dari statistik dan performa menggunakan sistem komputer.
Ide dasar nya simpel…biarkan kualitas petinju yang berbicara. bukan permainan uang.
Sayang nya. tinju bukan olahraga yang sepenuh nya murni. Ada bisnis besar di dalam nya.
Empat sabuk besar sudah lebih dulu menguasai panggung.
punya sejarah panjang. jaringan televisi besar. dan fasilitas promosi yang membuat pertandingan perebutan sabuk mereka terasa seperti acara besar dunia.
IBO belum punya modal sebesar itu.
Ibarat datang ke pesta ketika kursi sudah penuh. itulah posisi IBO sejak awal muncul.
Begitu coba masuk. ruang utama sudah di kuasai oleh WBA, WBC, IBF, dan WBO. Keempat sabuk itu sudah terlanjur di anggap sebagai standar resmi JUARA DUNIA.
Tapi meskipun begitu IBO tetap berjalan. bikin pertandingan. memberi sabuk. tetap berusaha masuk ke lingkaran yang lebih besar.
Mereka memang bukan organisasi yang paling berpengaruh. tapi mereka bertahan dengan cara nya sendiri.
Menarik nya.. buat sebagian petinju sabuk IBO justru punya fungsi penting.
Untuk mereka yang masih naik kelas. sabuk IBO sering jadi batu loncatan yang realistis. Saat belum cukup besar untuk menantang juara WBC atau IBF. memenangkan sabuk IBO bisa jadi kartu nama yang bagus.
Banyak petinju yang menjadikan sabuk ini sebagai pembuktian awal bahwa mereka pantas tampil di panggung dunia.
Kenyataan nya. banyak nama besar pernah memegang sabuk IBO. Floyd Mayweather, Lennox Lewis. Ricky Hatton. Klitschko. Golovkin. Joshua… daftar nya lumayan panjang.
Artinya, sabuk ini bukan abal-abal. Beda nya. hampir semua nama tadi memegang IBO bersamaan dengan sabuk besar lain.
Jadi tetap saja IBO terlihat sebagai SAMPINGAN bukan sorotan utama.
Faktor lain yang membuat IBO kurang menonjol adalah eksposur.
Dalam tinju modern. kamera dan liputan itu memegang peran besar.
Pertandingan perebutan WBC. IBF. WBO. dan WBA hampir selalu di siarkan luas. bahkan sampai dokumenter. promosi besar-besaran, dan berita global.
IBO tidak sering mendapat kesempatan itu. Akibat nya nilai komersial lebih rendah. Promotor juga akhir nya lebih memilih sabuk yang bisa menjual tiket dan rating TV lebih tinggi.
Dari sini…muncul lagi satu masalah soal pengakuan antar organisasi.
Empat sabuk besar saling mengakui. Ketika seorang petinju berhasil menyatukan semua nya. gelar disebutUNDISPUTED CHAMPION. Tapi IBO tidak masuk dalam daftar pengakuan itu.
Misal nya Usyk. ketika dia menyatukan empat sabuk utama.
status nya dihitung lengkap tanpa menyebut sabuk IBO meski dia pernah memegangnya juga. Jadi nya IBO seperti berdiri sendiri.
Padahal..kalau kita mundur ke belakang. WBO dulu juga mengalami nasib serupa.
Di akhir 80-an. WBO dianggap sabuk kelas dua. Banyak media tidak mau mengakui gelar WBO sebagai JUARA DUNIA.
Butuh waktu panjang sebelum akhir nya WBO masuk ke meja utama bersama tiga lain nya.
Dari sejarah itu… saya pribadi merasa peluang IBO masih tetap ada. Tinggal nunggu momen besar atau petinju fenomenal yang benar-benar menjadikan sabuk IBO sebagai sabuk utama bukan pelengkap.
Di mata fans. perdebatan soal IBO juga nggak pernah selesai.
Ada yang bilang ini sabuk paling jujur karena sistem peringkatnya objektif.
Tapi ada juga yang menilai BOHONG aja objektif kalau pengaruhnya kecil.
Jadi antara idealisme versus realitas bisnis. IBO memang lebih idealis. sementara empat besar lebih kuat di sisi industri.
Menarik nya…, belakangan cukup banyak fans yang mulai jenuh dengan politik tinju. Mereka melihat IBO membawa nuansa baru karena nggak ikut permainan jaringan.
Ukuran nya hasil pertarungan, bukan lobi. Jadi walau kecil. IBO punya penggemar setia.
Sekarang IBO juga mulai bergerak mengikuti zaman. Mereka lebih aktif di platform digital. menjalin hubungan promotor baru dan mencoba masuk ke media streaming.
Dalam era ini reputasi bisa berubah cepat. Satu pertandingan viral saja bisa mengubah cara dunia memandang sebuah sabuk.
Akhir nya.. ketika bel berbunyi semua sabuk sebenar nya tetap sama…cuma logam dan kulit yang tergeletak di sudut ring.
Yang membuat sabuk bernilai adalah siapa yang bertarung untuk mendapatkan nya.
Kalau seorang petinju mati-matian memenangkan sabuk IBO. keringat dan rasa sakit nya tetap nyata. Tidak ada yang bisa meremehkan itu.
IBO mungkin belum sejajar dengan empat besar. tapi bukan berarti tidak punya tempat. IBO menjalani jalan nya sendiri.
Tidak meniru. menjilat, dan tidak menukar prinsip hanya demi popularitas. Justru itu yang membuat IBO menarik.
Tinju yang sekarang penuh politik. suara besar. promotor dominan, dan kepentingan sana-sini. mereka tetap konsisten berjalan di jalur yang mereka anggap benar.
Kalau nanti IBO akhir nya berhasil naik kelas seperti WBO dulu…
saya rasa itu bukan kejutan besar. Tapi kalau pun tidak. IBO tetap bakal punya TEMPAT SENDIRI.
Mereka akan di kenang sebagai sabuk yang coba membawa keadilan di dunia yang sudah sesak oleh pengaruh.
Dan toh.. dalam hidup maupun tinju. kemenangan tidak harus selalu diakui seluruh dunia untuk tetap berarti.
Yang penting tetap berjuang. fokus, dan punya pendirian. IBO sudah membuktikan itu sejak awal berdiri nya.
Sekarang kita kan sudah tau. kenapa IBO tidak di anggap.
Rasa nya kurang MANTEP jika tidak kita bahas juga para pendiri nya.
Baca juga: Hasil tinju dunia 24 oktober 2025 di purtoriko
Siapa Sebenarnya Pendiri IBO???
banyak orang baru sadar kalau badan tinju ini bukan muncul dari KOMITE BESAR seperti WBA atau WBC.
IBO justru lahir berkat satu sosok utama yang punya visi berbeda soal dunia tinju…
John W. Daddono. seorang tokoh tinju Amerika yang masih hidup sampai sekarang.
Nama Daddono mungkin tidak terlalu sering di bahas medi. tapi kontribusi nya pada tinju modern besar banget.
Dia melihat bahwa ranking petinju sering kali jadi permainan voting. politik atau KEDEKATAN tertentu.
Dan menurut banyak orang. dia nggak salah. tinju memang lama sekali hidup dalam gosip itu. maka nya gelar juara kadang di pertanyakan kredibilitas nya.
Daddono sendiri mulai membangun IBO sekitar tahun 1988. lalu organisasi ini secara resmi berdiri dan terdaftar di Illinois, Amerika Serikat pada 1992.
Di masa awal ini. IBO masih kecil berdiri di luar bayang-bayang organisasi raksasa seperti WBA, WBC, IBF, atau WBO.
Tapi justru di situ unik nya…. Daddono tidak ingin IBO ikut arus yang sama.
Sekitar akhir 90 an.. kantor pusat IBO kemudian dipindahkan ke Coral Gables, Florida sebagai bagian dari langkah memperluas operasi dan memperkenalkan brand IBO secara internasional.
Pergeseran ini juga mengiringi perkembangan IBO yang mulai mendapatkan tempat di berbagai promotor besar.
Kalau melihat latar belakang dan perjalanan nya. Daddono bukan orang yang suka bicara besar di depan kamera.
Dia lebih mirip ORANG KERJA. punya prinsip. punya visi, dan membangun sesuatu secara bertahap tanpa banyak drama.
Di beberapa wawancara lama. dia sering menekankan bahwa….
..Tinju harus punya peringkat juara yang transparan bukan berdasarkan politik.”
Sederhana kan??? tapi kalau kamu sudah lama mengikuti tinju. kamu pasti paham kenapa kalimat itu terasa menyentil.
Karena isu ranking dan gelar memang sering jadi perdebatan panjang sejak dulu.
Perjalanan panjang organisasi ini tidak lepas dari kehadiran sosok penting lain yakni Ed Levine.
Levine bukan pendiri awal. tapi dia masuk sebagai orang yang kemudian memperkuat fondasi sistem IBO.
Sampai sekarang pun namanya masih sering di sebut sebagai presiden IBO yang aktif membangun badan tinju ini menjadi semakin kredibel.
Kalau Daddono adalah bapaknya IBO. maka Levine bisa dibilang ARSITEK sistem modern nya.
Salah satu gebrakan yang membuat IBO terlihat beda dari organisasi lain adalah penggunaan ranking berbasis komputer. bukan sekadar polling internal.
IBO jadi satu-satu nya badan tinju besar yang mengklaim ranking nya..
Tidak di manipulasi promotor.
Tidak bisa di pengaruhi voting internal.
Tidak ikut jaringan politik tinju.
Hasil peringkat keluar murni dari data pertarunga. rekor, lawan, kemenangan, statistik, dan faktor-faktor objektif lain nya.
Banyak promotor dan petinju akhir nya merasa ranking seperti ini jauh lebih fair. terutama ketika gelar-gelar lain cenderung BERPUTAR di dalam lingkaran politik tertentu.
Sekarang sudah jelas kan brooo?? kalo begitu saya pamit undur diri dulu. sampai jumpa…
#SabukIBO #TinjuDunia #BeritaTinju #JuaraDunia #WBC #WBA #IBF #WBO #ArtikelTinju #SejarahTinju #GelarJuaraTinju









