konflik terbesar justru muncul dari hal yang paling sederhana, angka di timbangan.
Itulah yang menimpa Stephen Fulton menjelang duel yang seharus nya menjadi kesempatan mengubah jalan karir nya.
Alih alih berburu gelar di divisi baru. dia terjebak dalam masalah yang membuat seluruh rencana runtuh hanya dalam hitungan menit.
Sebagai seorang juara yang sedang mencoba membangun kembali. Fulton datang ke laga melawan O’Shaquie Foster dengan ambisi besar. dia mencari sejarah menjadi petinju Philadelphia pertama yang merebut gelar dunia di tiga divisi berbeda.
Namun sebelum bel ronde pertama sempat berbunyi. misi nya sudah kandas.
Penyebab nya bukan lawan yang terlalu kuat. bukan cedera, bukan sabotase. Hanya angka 132 lbs, dua pon lebih berat dari batas divisi.
Di sini..dua pon bukan cuma angka. Itu bisa menjadi perbedaan antara peluang dan hukuman. antara gelar dan rasa malu juga sorakan penggemar dan hujan kritik. Fulton kini harus menanggung semua nya.
Proses timbang harus nya menjadi formalitas. Petarung serius biasa nya sudah menjaga bobot berhari-hari. berminggu2. Tetapi justru di panggung itu Fulton tersandung.
dia di beri kesempatan kedua. yang biasanya sangat menentukan nasib petinju.
Namun setelah mencoba kembali. hasil nya tetap sama yaitu132 lbs. Tidak ada diskusi panjang. NO banding. Aturan tetap aturan.
efek nya
Fulton tidak bisa lagi merebut gelar 130 lbs milik Foster. dia di wajibkan membayar denda.
Gelar pertarungan tetap berjalan. tetapi status nya hanya berlaku untuk Foster.
Arti nya.. meskipun nanti nya Fulton menang, dia tidak akan keluar sebagai juara dunia. Tidak ada sabuk hanya kemenangan biasa.
Bagi seorang petinju yang sedang mencoba membangun kembali nama besar hukuman ini berat. Mungkin lebih berat dari pukulan mana pun yang akan dia terima dari Foster di atas ring.
ibarat nya beli sebungkus makanan. dapat nasi nya lauk nya ga ada.
Ketika seorang juara gagal timbang. efek nya bukan hanyakehilangan sabuk. Ada reputasi, kepercayaan promotor, rencana laga besar, bahkan posisi di peringkat yang ikut berantakan. dalam kasus Fulton, masalah nya bahkan lebih kompleks.
Fulton sebenarnya masih memegang gelar WBC 126 lbs. Namun ia belum bertarung sejak merebut sabuk itu dari Brandon Figueroa di awal tahun.
Dia juga tidak pernah memberikan kepastian. apakah akan bertahan di featherweight. naik kelas permanen atau melepaskan sabuk.
Kini setelah gagal timbang di kelas yang lebih tinggi, rumor semakin menguat bahwa Fulton sebenarnya tidak lagi bisa kembali ke 126 lbs. Jika benar, maka posisi nya sebagai juara hanya tinggal nama.
Aturan WBC cukup tegas..bila seorang juara tidak aktif atau tidak memberi klarifikasi, sabuk bisa di alihkan.
Baca juga: gennady golovkin pimpin deretan petinju kelas hall of fame
saat ini Bruce Carrington pemegang interim. menjadi kandidat paling kuat untuk naik menjadi juara penuh.
Carrington sendiri sudah dijadwalkan bertarung melawan Carlos Castro pada 31 Januari. Bila WBC memutuskan menaikkan status nya. laga itu otomatis akan berubah menjadi pertarungan perebutan gelar dunia.
Dengan kata lain,. Fulton harus bekerja keras dua kali lipat untuk merebut kepercayaan yang hilang.
Di sisi lain O’Shaquie Foster berdiri sebagai pihak yang melakukan semua dengan benar.
Dia datang membawa gelar. memenuhi bobot yang di minta, tidak ikut larut dalam drama yang mengitari lawan nya.
Untuk Foster duel ini tetap memiliki arti besar..Dia mempertahankan gelar resmi nya. mendapat kredit penuh bila menang. Pertarungan tetap tercatat sebagai title defense.
Ada anggapan bahwa ketika lawan gagal timbang. kemenangan menjadi kurang bermakna. Tetapi itu tidak berlaku di sini. Foster tetap menghadapi petarung berkualitas, dan hasil pertarungan tetap berdampak pada perjalanan karir nya.
Masalah Fulton muncul pada minggu yang sudah cukup kacau bagi promotor PBC.
Event PPV yang awal nya sangat menjanjikan tiba2 goyah setelah satu per satu pertarungan menarik hilang dari daftar.
Under kartu sebelum nya sudah kehilangan salah satu daya tarik utama nya.
Janibek Alimkhanuly pemegang gelar IBF dan WBO kelas menengah. di tarik mundur setelah hasil tes nya menunjukkan ada nya Meldonium di atas nilai yang di perbolehkan.
Ini bukan hanya kehilangan petarung. tapi laga unifikasi sesuatu yang jarang terjadi.
Publik kecewa. promotor. PBC harus bekerja cepat untuk memastikan event tidak runtuh total.
Untung nya.. WBA champion Erislandy Lara tetap tampil.
Dia kini akan menghadapi Johan Gonzalez, petinju yang memiliki kekuatan pukulan besar.
Meskipun bukan laga unifikasi, duel ini masih menyimpan ketertarikan bagi penggemar karena gaya yang di miliki kedua petarung.
Di puncak acara pertandingan utama tetap bertahan. Isaac Pitbull Cruz, yang sedang berada di puncak popularitas, berhasil menjaga bobot di 138.6 lbs.
Roach, yang di kenal lebih besar secara natural, mencatat 139.6 lbs.
Dari sisi cerita, peningkatan dua divisi ini membuat duel melawan Cruz semakin dramatis. Roach bukan hanya naik ring. dia mempertaruhkan kejayaan lama nya untuk peluang baru yang penuh risiko.
Penimbangan besar di lakukan secara tertutup, di awasi langsung oleh Texas Department of Licensing and Regulation (TDLR).
Meski tertutup, ketegangan tetap terasa. Para manajer, pelatih, ofisial, dan petarung berkumpul di ruangan kecil dengan kamera media menunggu di luar.
Setiap petinju yang melangkah ke timbangan mengerti betul bahwa kesalahan sedikit saja bisa menghancurkan atau peluang besar. Dan itulah yang terjadi pada Fulton.
Dalam olahraga yang keras dan tidak memaafkan seperti tinju. kegagalan timbang adalah noda serius.
Seorang juara bisa kehilangan status, kepercayaan, dan peluang besar hanya karena gagal memenuhi batas berat yang di tetapkan.
untuk saat ini, beban sesungguh nya bukan lagi angka di timbangan.
melainkan tanggung jawab Fulton untuk menata ulang karir nya.
Selamat BERJUANG kawan….
#StephenFulton #OShaquieFoster #PBC #TinjuDunia #WeighInDrama










Pingback: Kontroversi Besar Hasil Tinju Gold Coast 2025