Dalam dunia tinju Inggris yang sarat dengan talenta muda, satu nama mulai mencuri perhatian dengan kecepatan, kekuatan, dan ketenangan di atas ring — George Liddard. Petinju berusia 23 tahun ini tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar dan pengamat tinju profesional. Dengan rekor sempurna 12 kemenangan tanpa kalah (7 di antaranya lewat KO), Liddard perlahan tapi pasti menapaki jalannya menuju status calon juara dunia kelas menengah.
Lahir dan besar di Inggris, Liddard bukanlah sosok yang tumbuh dalam sorotan. Ia meniti kariernya dari bawah, dari ring amatir kecil hingga akhirnya mencuri perhatian promotor besar Inggris berkat gaya bertarungnya yang agresif namun cerdas. Di usia muda, ia telah menunjukkan kematangan yang jarang dimiliki petinju seumurannya — kombinasi antara disiplin tinggi dan naluri bertarung alami yang membuat banyak analis menjulukinya sebagai “the next big thing” di tinju Inggris.
Kekuatan utama Liddard terletak pada kemampuannya mengatur tempo. Ia bisa menyerang dengan tekanan konstan, lalu seketika berubah menjadi petinju counterpuncher yang dingin dan efisien. Dalam beberapa pertarungan terakhirnya, Liddard memperlihatkan insting pembunuh alami, di mana setiap pukulannya seolah dirancang untuk menutup duel lebih cepat dari yang diperkirakan.
Namun di balik ketenaran yang mulai menanjak, Liddard tetap rendah hati. Ia jarang berbicara besar di media, lebih memilih membuktikan diri lewat performa di ring. Karakter ini mengingatkan banyak orang pada masa awal karier juara-juara besar Inggris seperti Carl Froch dan Joe Calzaghe — petarung yang membangun reputasi bukan dari kata-kata, melainkan dari hasil nyata.
Kini, banyak penggemar dan promotor percaya bahwa George Liddard sedang berada di ambang babak besar dalam kariernya. Dengan usia muda, kekuatan impresif, dan determinasi luar biasa, ia dianggap sebagai sosok yang paling potensial untuk membawa kejayaan baru bagi tinju Inggris di kelas menengah.
1. Awal Karier Amatir George Liddard.

Sebelum dikenal sebagai salah satu prospek paling menjanjikan di kelas menengah, George Liddard mengawali perjalanannya di dunia tinju melalui jalur amatir. Ia memulai debutnya pada 16 Februari 2019, saat masih berusia remaja, dan langsung menunjukkan potensi besar dalam hal teknik dasar serta kemampuan membaca lawan.
Selama periode karier amatirnya yang berlangsung hingga tahun 2021, Liddard mencatatkan rekor 9 kemenangan dan hanya 1 kekalahan (tanpa KO). Meskipun tidak dikenal sebagai petinju dengan pukulan mematikan di masa amatir, performanya tetap menonjol karena akurasi pukulan, ketenangan, dan kemampuan bertahan yang disiplin.
Bagi banyak pelatih, masa amatir adalah fase pembentukan identitas petinju, dan Liddard memanfaatkan waktu itu dengan sempurna. Ia belajar bagaimana menjaga jarak, memahami ritme pertarungan, serta mengasah refleks yang kini menjadi ciri khasnya di level profesional. Setiap kemenangan yang diraih tidak hanya menambah catatan rekor, tetapi juga memperkuat kepercayaan diri bahwa ia punya sesuatu yang berbeda dari kebanyakan petinju muda Inggris lainnya.
Liddard juga dikenal sebagai petinju yang mau mendengarkan arahan pelatih dan selalu terbuka terhadap kritik. Mentalitas seperti inilah yang membuatnya berkembang cepat. Saat banyak petarung muda lebih fokus pada gaya agresif dan kemenangan cepat, Liddard justru mengedepankan efisiensi dan kecerdasan dalam setiap duel.
BACA JUGA: Profil Damian knyba raksasa dari polandia
2. Awal Karier Profesional George Liddard.

Setelah menutup perjalanan amatirnya pada tahun 2021 dengan rekor 9-1, George Liddard mengambil keputusan besar untuk naik ke level profesional. Langkah ini bukan keputusan sembrono — ia tahu tantangan di dunia profesional jauh lebih keras, namun juga membuka jalan menuju impian besarnya menjadi juara dunia kelas menengah.
Liddard menjalani debut profesionalnya pada 26 Desember 2022 di arena bersejarah OVO Arena Wembley, London, Inggris. Lawannya saat itu adalah petinju berpengalaman asal bosnia, Nikola Matic, yang dikenal tangguh dan sulit dijatuhkan. Namun malam itu menjadi pembuktian pertama bahwa Liddard bukan sekadar petinju muda biasa.
Dengan ketenangan luar biasa untuk ukuran debutan, Liddard langsung mengontrol tempo sejak ronde pertama. Ia memanfaatkan jangkauan tangan dan gerakan kepala untuk menghindari serangan Matic, lalu mulai melancarkan kombinasi tajam ke arah tubuh dan kepala. Ketepatan pukulannya membuat lawan kesulitan bertahan, dan pada ronde kedua, Liddard melepaskan kombinasi cepat yang membuat wasit menghentikan pertarungan. Ia menang TKO ronde ke-2, sebuah debut yang mengesankan dan memberi sinyal kepada dunia bahwa Inggris punya prospek besar baru di kelas menengah.
Kemenangan itu bukan hanya soal hasil, tapi juga tentang cara Liddard mengeksekusi strategi. Ia tidak terburu-buru mencari KO, melainkan menunggu momen sempurna — tanda kedewasaan tak biasa untuk petinju muda berusia 21 tahun saat itu. Banyak pengamat Inggris langsung menyoroti gaya bertarungnya yang efisien, seperti perpaduan antara akurasi Carl Froch dan kecerdasan taktis Joe Calzaghe.
Liddard tahu betul bahwa setiap pertarungan adalah kesempatan untuk menunjukkan kemajuan. Ia tidak ingin hanya menjadi bintang lokal, melainkan menapaki tangga menuju panggung dunia. Dan dari performa sejauh ini, banyak yang yakin debut di Wembley hanyalah awal dari kisah panjang George Liddard di dunia tinju profesional.
3. Duel Paling Dramatis: George Liddard vs Omar Nguale Ilunga.
Puncak karier profesional George Liddard sejauh ini terjadi pada 13 Desember 2024, ketika ia menghadapi ujian terberat dalam perjalanan tinjunya. Lawannya bukan sembarang petarung — Omar Nguale Ilunga, petinju tangguh asal Italia dengan rekor impresif 29 menang, 2 kalah, 1 seri (16 KO). Pertarungan ini digelar di York Hall, London, tempat legendaris yang kerap menjadi saksi lahirnya bintang-bintang baru dalam dunia tinju Inggris.
Duel ini sejak awal diprediksi akan berlangsung ketat. Ilunga punya pengalaman jauh lebih banyak dan dikenal sebagai petarung keras dengan gaya agresif khas Eropa Selatan. Banyak pengamat yang mengira Liddard akan kesulitan menghadapi tekanan dari lawan seberat itu. Namun yang terjadi justru sebaliknya — malam itu, Liddard memperlihatkan versi terbaik dari dirinya.
Begitu bel ronde pertama berbunyi, Liddard langsung tampil percaya diri. Ia memanfaatkan jab cepat untuk membuka jarak dan membaca pergerakan Ilunga. Setelah sekitar 40 detik saling mengukur, Liddard mulai menggencarkan serangan kombinasi kanan-kiri ke arah tubuh dan kepala. Kecepatan tangannya benar-benar membuat Ilunga kewalahan.
Dalam waktu kurang dari satu menit, Liddard berhasil menjatuhkan Ilunga untuk pertama kalinya lewat hook kanan keras ke rahang. Ilunga sempat bangkit, tapi belum benar-benar pulih — Liddard segera menyerang lagi dengan kombinasi brutal yang kembali membuatnya jatuh untuk kedua kalinya.
Suasana di York Hall pun meledak. Penonton berdiri, berteriak, dan sadar bahwa mereka sedang menyaksikan sesuatu yang istimewa. Ilunga mencoba bertahan, tapi Liddard tak memberi kesempatan sedikit pun. Ia melancarkan serangan cepat yang berujung knockdown ketiga hanya beberapa detik kemudian. Wasit akhirnya menghentikan pertarungan di waktu 1 menit 32 detik ronde pertama.
George Liddard menang TKO di ronde 1 — kemenangan paling spektakuler dalam kariernya sejauh ini.
Hasil itu langsung menjadi sorotan media Inggris. Banyak yang menyebut duel tersebut sebagai penampilan paling dominan Liddard, bahkan beberapa analis berani mengatakan bahwa performa itu membuktikan ia sudah siap melangkah ke level Eropa atau dunia. Di usia baru 23 tahun, ia menunjukkan ketenangan, presisi, dan kekuatan pukulan yang sangat jarang dimiliki petinju seusianya.
Bagi banyak penggemar, malam 13 Desember 2024 di York Hall adalah malam ketika George Liddard resmi naik kelas — dari prospek muda menjadi ancaman nyata di kelas menengah.
SIMAK JUGA: Rahasia kekuatan Naoya inoue,kenapa pukulannya begitu cepat?
4. Sabuk Pertama: George Liddard.

Setelah kemenangan sensasional atas Omar Nguale Ilunga di akhir 2024, langkah George Liddard semakin kokoh. Ia tidak hanya menambah rekor tak terkalahkan, tetapi juga menarik perhatian promotor besar Inggris. Tak butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan kesempatan pertama merebut sabuk bergengsi.
Momen itu datang pada 31 Januari 2025, ketika Liddard dijadwalkan menghadapi Derrick Osaze dalam perebutan gelar Commonwealth Silver kelas menengah yang saat itu masih lowong.
Pertarungan berlangsung di arena bergengsi di Inggris dan disiarkan langsung oleh jaringan televisi olahraga nasional. Osaze bukan lawan sembarangan — petinju berpengalaman dengan gaya bertarung keras dan stamina luar biasa. Banyak pengamat menilai duel ini sebagai ujian kedewasaan bagi Liddard, apakah ia siap naik level menghadapi lawan yang punya daya tahan dan mental juara.
Sejak ronde pertama, Liddard tampil disiplin. Ia tidak terburu-buru mengejar KO seperti yang sering dilakukan di laga sebelumnya, melainkan bermain taktis dengan memanfaatkan jab cepat dan pergerakan kaki yang mulus. Osaze beberapa kali mencoba menekan dari jarak dekat, tapi Liddard selalu berhasil mengendalikan situasi dengan pertahanan rapat dan pukulan balasan yang akurat.
Memasuki pertengahan pertarungan, ritme duel mulai dikuasai sepenuhnya oleh Liddard. Ia membaca pola serangan Osaze dengan sangat baik, menangkis, lalu membalas dengan kombinasi kanan-kiri yang mendarat bersih. Meski tak ada knockdown, dominasi Liddard terasa jelas di setiap ronde. Osaze sempat mencoba menekan di ronde ke-9, namun Liddard menutup dua ronde terakhir dengan kontrol penuh.
Setelah 12 ronde keras dan penuh strategi, tiga juri memberikan keputusan mutlak — George Liddard menang dengan unanimous decision (UD). Dengan kemenangan ini, ia resmi menyandang gelar juara Commonwealth Silver kelas menengah, sabuk pertama dalam karier profesionalnya.

Sorak-sorai penonton bergema di arena. Liddard tampak tenang, tidak berlebihan dalam selebrasi. Dalam wawancara pascalaga, ia hanya berkata singkat,
“Ini baru awal. Masih banyak yang harus saya buktikan.”
Kalimat sederhana itu menggambarkan kepribadiannya — rendah hati, fokus, dan lapar akan tantangan berikutnya. Gelar Commonwealth Silver menjadi tonggak penting dalam kariernya, tanda bahwa prospek muda Inggris ini kini resmi memasuki level elit tinju Eropa.
5. Gaya Bertarung dan Kelebihan Teknis George Liddard.
Di balik rekor impresifnya 12 kemenangan tanpa kekalahan (7 di antaranya lewat KO), George Liddard bukan hanya petinju dengan pukulan keras — ia adalah teknisi modern dengan kecerdasan tinggi di atas ring.
Gaya bertarungnya merepresentasikan sekolah tinju Inggris klasik yang dipoles dengan sentuhan kontemporer: efisien, cepat, dan disiplin dalam menjaga jarak.
1. Jab Cepat dan Tajam.
Senjata utama Liddard adalah jab-nya yang sangat cepat dan tajam. Ia tidak hanya menggunakan jab untuk mengukur jarak, tetapi juga untuk mengontrol ritme pertarungan. Dalam banyak duel, terutama saat menghadapi lawan bertubuh lebih pendek, jab Liddard membuat lawannya frustrasi karena sulit mendekat.
Dengan jab itu pula, ia sering membuka peluang untuk kombinasi kanan lurus atau uppercut tajam yang mematikan.
2. Pergerakan Kaki Efisien.
Banyak pengamat menilai footwork Liddard adalah salah satu yang terbaik di antara prospek muda kelas menengah. Ia bukan tipe petinju yang berlari menghindar, tapi selalu bergerak seperlunya untuk mengatur sudut serangan.
Ia memahami pentingnya positioning — langkah kecil ke kanan atau kiri yang membuat lawan kehilangan arah. Dalam duel melawan Omar Nguale Ilunga, misalnya, Liddard memanfaatkan sudut untuk menciptakan angle punching yang membuat pukulannya terasa lebih bertenaga.
3. Ketepatan Waktu (Timing).
Jika banyak petinju muda mengandalkan agresi, Liddard justru mematikan lewat timing. Ia tahu kapan harus menyerang dan kapan harus menunggu.
Beberapa kali ia memukul lawan tepat ketika lawan sedang membuka guard — membuat pukulannya tampak ringan tapi efektif. Ketepatan timing inilah yang menjadi alasan mengapa tingkat akurasi pukulan Liddard sangat tinggi untuk ukuran petinju muda.
4. Adaptif di Tengah Pertarungan
Liddard termasuk petinju yang cepat menyesuaikan diri. Bila strategi awal tidak berjalan, ia bisa mengubah pendekatan di tengah ronde. Contohnya terlihat ketika menghadapi Derrick Osaze — awalnya bermain ofensif, tapi kemudian beralih ke gaya counter-puncher demi menghemat tenaga dan membaca pola lawan.
Kematangan ini membuat banyak analis yakin bahwa ia memiliki IQ tinju di atas rata-rata, sesuatu yang biasanya baru muncul setelah puluhan pertarungan.
5. Kekuatan Pukulan yang Terukur.
Meskipun tidak dikenal sebagai “puncher murni” seperti Gennadiy Golovkin atau Artur Abraham, Liddard memiliki daya rusak yang berbahaya. Rahasianya bukan sekadar kekuatan otot, melainkan teknik transfer tenaga dari pinggul dan bahu yang sempurna.
Ia jarang membuang pukulan sia-sia — setiap serangan diarahkan dengan presisi, membuat lawan kehilangan keseimbangan bahkan dari pukulan yang tampak ringan.
6. Disiplin Bertahan.
Salah satu aspek paling mengesankan dari Liddard adalah defensifnya yang disiplin. Ia jarang terkena pukulan bersih karena selalu menjaga tangan tetap tinggi dan kepala aktif bergerak.
Bahkan ketika berada di bawah tekanan, ia tidak panik. Ia memilih bertahan sambil tetap mengamati celah untuk serangan balik.
Gaya bertahan seperti ini mengingatkan banyak penggemar pada versi muda Carl Froch, namun dengan sentuhan kecepatan khas petinju modern.
George Liddard membuktikan bahwa dirinya bukan hanya petinju muda yang menjanjikan, tapi juga produk matang dari sistem tinju Inggris yang semakin kompetitif. Ia memadukan teknik klasik dengan efisiensi modern — dan itu membuatnya tampak seperti calon bintang besar yang siap menembus panggung dunia dalam beberapa tahun ke depan.
6. Pandangan Pelatih, Petinju, dan Analis Tentang George Liddard.
Setelah merebut sabuk Commonwealth Silver dan mempertahankan rekor sempurna 12-0, nama George Liddard mulai menjadi pembicaraan hangat di komunitas tinju Inggris. Banyak yang menilai ia adalah “next big thing” dari negeri Ratu Elizabeth — penerus generasi emas setelah era Chris Eubank Jr dan Callum Smith.
Para pelatih dan pengamat mulai menyoroti kematangan teknik dan mental Liddard yang tak biasa untuk petinju seumurannya. Beberapa bahkan menilai gaya bertarungnya sudah seperti juara dunia berpengalaman.
Sementara sesama petinju muda memandang Liddard sebagai sosok yang disiplin dan rendah hati, namun punya ambisi besar untuk membawa nama Inggris ke level dunia.
Berikut adalah komentar dari berbagai figur tinju — mulai dari pelatih, mantan juara, hingga analis profesional — yang menggambarkan betapa tinggi ekspektasi terhadap Liddard di masa depan:
1. Shane McGuigan (Pelatih Top Inggris)
“Saya sudah lihat banyak prospek muda, tapi George Liddard itu beda. Timing-nya luar biasa, dan dia tahu kapan harus menyerang atau menahan diri. Itu ciri khas petinju yang akan jadi juara dunia.”
McGuigan menilai Liddard memiliki ring IQ tinggi dan kemampuan adaptasi yang jarang dimiliki petinju seusianya. Ia bahkan menyebut gaya Liddard mirip versi muda Carl Froch, namun dengan sentuhan lebih modern.
2. Tony Bellew (Mantan Juara Dunia WBC)
“Yang saya suka dari Liddard adalah ketenangannya. Anak ini tidak panik bahkan saat lawan menekan. Ia punya karakter kuat — sesuatu yang tidak bisa diajarkan di gym.”
Bellew menganggap George Liddard sebagai salah satu talenta alami terbaik Inggris dalam 10 tahun terakhir.
3. Adam Booth (Pelatih dan Analis Sky Sports)
“Dia punya keseimbangan yang sempurna antara offense dan defense. Setiap pukulannya punya tujuan. Kalau terus berkembang seperti sekarang, saya yakin dia bisa menembus level Eropa dalam waktu dekat.”
Booth menyoroti kedisiplinan Liddard dalam menjaga posisi kaki dan guard — dasar penting bagi petinju yang ingin bertahan lama di level atas.
4. Carl Froch (Legenda Kelas Menengah Inggris)
“George punya mental baja. Cara dia menekan lawan dan tetap menjaga bentuk tubuh saat bertahan, itu mengingatkan saya pada masa-masa terbaik saya.”
Froch, yang dikenal dengan gaya agresifnya, menyebut Liddard sebagai “versi tenang” dari dirinya — tidak banyak bicara, tapi sangat berbahaya di atas ring.
5. Johnny Nelson (Komentator dan Mantan Juara Dunia)
“Dia masih muda, tapi sudah punya aura juara. Postur, teknik, dan cara dia membaca momentum luar biasa. Inggris punya banyak prospek, tapi Liddard salah satu yang paling matang.”
Nelson percaya Liddard akan menjadi wajah baru kelas menengah Inggris dalam dua atau tiga tahun mendatang.
6. Chris Billam-Smith (Juara Dunia Kelas Penjelajah)
“Saya sering melihat dia latihan di gym. Fokusnya luar biasa. Tidak banyak petinju muda yang bisa menjaga konsistensi seperti itu. Dia tidak pernah datang terlambat, tidak pernah malas.”
Komentar ini menggambarkan bagaimana dedikasi Liddard di luar ring menjadi kunci utama dari perkembangannya.
7. Dave Coldwell (Pelatih & Analis BT Sport)
“Saya suka cara dia menggunakan jab untuk membuka ruang. Banyak petinju muda menekan secara buta, tapi Liddard selalu punya rencana. Itu hal yang langka di usia 23 tahun.”
Coldwell juga menilai kombinasi antara jab cepat dan footwork Liddard adalah salah satu yang paling efektif di level domestik saat ini.
Gallagher menutup dengan menegaskan bahwa Inggris sekarang punya “proyek besar baru” di divisi menengah — dan namanya adalah George Liddard.
George Liddard bukan hanya sekadar petinju muda dengan rekor sempurna — ia adalah cerminan dari generasi baru tinju Inggris yang tumbuh dengan disiplin, teknik tinggi, dan mental juara. Dari masa amatir yang sederhana hingga menjuarai sabuk Commonwealth Silver, perjalanan Liddard menunjukkan bahwa kesuksesan sejati dibangun dari kerja keras yang konsisten, bukan sensasi instan.
Setiap langkahnya di atas ring memperlihatkan kematangan luar biasa untuk petinju berusia 23 tahun. Ia tahu kapan menekan, kapan menunggu, dan bagaimana menjaga ritme di setiap ronde. Dengan gaya bertarung efisien, jab tajam, serta footwork elegan, Liddard terlihat seperti petinju yang diciptakan untuk tampil di level dunia.
Namun di balik semua itu, hal paling mengesankan dari George Liddard bukanlah kekuatan atau tekniknya, melainkan karakter dan ketenangan yang ia tunjukkan. Ia tidak tergoda oleh popularitas, tetap rendah hati, dan fokus pada proses. Itulah kualitas yang membuat banyak legenda percaya bahwa suatu hari nanti, Liddard bisa menjadi juara dunia sejati — bukan hanya di ring, tapi juga dalam cara ia membawa dirinya sebagai atlet.
Dengan dukungan pelatih top, promotor berpengalaman, dan basis penggemar yang terus berkembang, masa depan Liddard terlihat sangat cerah. Jika ia mampu mempertahankan performa konsisten dan terus belajar, maka nama George Liddard akan segera masuk daftar elite tinju dunia, berdampingan dengan nama-nama besar Inggris lainnya seperti Carl Froch, Joe Calzaghe, dan Callum Smith.
Dan ketika hari itu tiba — saat sabuk dunia melingkar di pinggangnya — semua orang akan tahu bahwa perjalanan panjang ini dimulai dari tekad seorang anak muda yang percaya bahwa disiplin bisa mengalahkan bakat alami.
George Liddard bukan hanya prospek, ia adalah simbol dari masa depan tinju Inggris.
#GeorgeLiddard #TinjuInggris #ProspekTinju #KelasMenengah #CommonwealthSilver #PetinjuMuda #Boxing2025 #ProfilPetinju #BoxingUK #JuaraDuniaMasaDepan










Pingback: Reshat Mati: Si “Albanian Bear”calon bintang 2025