Di sebuah pulau kecil bernama Saparua. di gugusan indah Maluku.
lahirlah seorang bocah yang tak pernah menyangka kalau kelak namanya bakal menggema sampai ke Amerika dan Jepang.
Anak nelayan itu bernama Ellyas Pical. sosok sederhana yang tumbuh dengan ombak. karang. dan matahari tropis. tanpa pernah membayangkan dirinya bakal jadi legenda tinju dunia.
Sejak kecil. hidup Ellyas tak pernah mudah. dia sudah akrab dengan aroma laut, kerja keras dan kedisiplinan. Dari sinilah mental itu terbentuk.
Menariknya. justru dari tempat terpencil itulah lahir seorang petarung sejati.
yang nantinya membuktikan bahwa Indonesia pun bisa punya juara dunia sejati.
Menurut pengamatan saya. kisah Pical ini bukan cuma soal olahraga.
Ini kisah tentang tekad manusia. dari anak kampung sederhana yang akhirnya berdiri sejajar dengan para petinju dunia.
Karier profesional Ellyas dimulai 10 Desember 1982 di Jakarta.
Lawannya waktu itu adalah Eddy Rafael yang juga baru debut. Pical masih muda. tapi sudah terlihat punya bakat alami dan kekuatan pukulan yang tajam bak karang.
Di ronde keempat. sebuah kombinasi telak membuat Rafael tumbang. KO di laga debut!
Namun. jalan menuju puncak tentu tak semulus harapan.
Pada 24 Juli 1983 di Malang. Pical harus menelan kekalahan dari Edward Apay lewat keputusan angka.
Banyak petinju muda bisa hancur semangatnya setelah kalah di awal karier. tapi tidak dengan Pical.
justru kekalahan itu. dia belajar memperbaiki teknik. memperkuat stamina. dan menajamkan pukulan kirinya yang nanti dikenal dunia sebagai THE EXOCET si peluncur maut dari Maluku.
Momen paling bersejarah datang pada 3 Mei 1985.
Malam itu. Stadion Utama Gelora Bung Karno berubah jadi lautan manusia.
Lawannya Ju Do Chun. juara dunia IBF Junior Bantamweight asal Korea Selatan.
Saya membayangkan suasananya waktu itu luar biasa. sorakan penonton. tegangnya udara dan semangat nasionalisme yang membara.
Sejak ronde pertama. Pical tampil berani. Hook kirinya beberapa kali menembus pertahanan sang juara.
Lalu datanglah ronde ke-8. momen yang akan selalu diingat oleh sejarah tinju Indonesia.
Satu pukulan kiri keras mendarat telak di wajah Ju Do Chun. Sang juara ambruk tak bisa bangkit. Wasit menghitung sampai sepuluh… dan Indonesia punya juara dunia.
Saya masih merinding setiap kali melihat tayangan ulangnya.
Ellyas Pical bukan cuma menang. dia membuktikan bahwa anak pulau kecil bisa menggetarkan dunia.
Setelah menjadi juara. Pical berubah jadi pahlawan nasional. dia tampil di televisi. diwawancarai media. dan dielu-elukan di mana-mana.
Tapi dunia tinju itu keras. tak ada juara yang bisa tenang terlalu lama.
Pada 15 Februari 1986. di P.I. Arena Coliseum Jakarta. Pical bertarung melawan Cesar Polanco dari Republik Dominika.
Pertarungan berjalan seru hingga 15 ronde. Banyak penonton yakin Pical unggul tipis. tapi hasil akhir berkata lain. Polanco menang split decision.
Yang saya tangkap. keputusan itu memang kontroversial.
Tapi begitulah tinju. kadang kemenangan dan kekalahan dipisahkan cuma oleh selisih satu juri.
Pical menerimanya dengan lapang. dia tahu juara sejati bukan diukur dari seberapa sering menang. tapi dari seberapa cepat bangkit setelah kalah.
Hanya beberapa bulan kemudian. 5 Juli 1986 Pical mendapat kesempatan balas dendam.
Pertarungan ulang melawan Polanco digelar di GBK yang kembali penuh sesak.
Dari awal ronde. Pical tampil garang. Kali ini dia tak mau main aman. Hook kiri andalannya dilepaskan bertubi-tubi.
Di ronde ketiga. satu pukulan ke arah perut Polanco mendarat telak.
Lawan jatuh dan tak bangun lagi. KO BRUTAAALL.
GBK bersorak. Malam itu Indonesia kembali punya juara dunia.
saya rasa. inilah salah satu comeback paling keren dalam sejarah tinju Indonesia. cepat, tegas, dan emosional.
Setelah menguasai kembali sabuk IBF nama Pical makin besar.
Popularitasnya membuat promotor tergoda mempertemukannya dengan Khaosai Galaxy. juara dunia WBA dari Thailand yang terkenal ganas.
Pertarungan digelar 28 Februari 1987 di GBK.
Walau sabuk IBF Pical tidak dipertaruhkan. ini tetap jadi duel bergengsi dua raksasa Asia.
Sejak awal. keduanya saling jual beli pukulan. Pical tampil berani. tapi Galaxy memang petarung luar biasa dengan stamina gila-gilaan.
Di ronde ke-14. ketika Pical mulai kelelahan. Galaxy menghujani pukulan bertubi-tubi hingga wasit menghentikan laga.
Pical kalah TKO dan lebih pahit lagi. IBF mencabut gelar juaranya karena pertarungan itu dianggap melanggar aturan organisasi.
Penilaian penulis. keputusan itu agak kejam. Pical hanya ingin bertarung. tapi malah kehilangan sabuk.
Namun begitulah tinju profesional. tak selalu adil pada sang juara.
Banyak yang mengira karier Pical selesai setelah kekalahan dari Galaxy. Tapi seperti biasa. Pical membuktikan sebaliknya.
Pada 7 Oktober 1987. dia kembali naik ring di GBK untuk merebut kembali sabuk IBF dari Chang Tae-il asal Korea Selatan.
Pertarungan berjalan ketat dan menegangkan.
Kedua petinju tampil habis-habisan hingga 15 ronde. Penonton GBK terus riuh. seolah memberi energi tambahan untuk sang anak bangsa.
Ketika keputusan juri diumumkan. split decision untuk Ellyas Pical. seluruh stadion bergemuruh.
Malam itu. Pical jadi juara dunia untuk ketiga kalinya.
Saya beranggapan. ini adalah titik puncak kariernya. dia bukan cuma petinju tangguh. tapi daya juang bangsa.
Setelah beberapa kali mempertahankan gelar. Ellyas akhirnya harus bertarung di luar negeri. Lawannya kali ini Juan Polo Pérez dari Kolombia.
Pertarungan digelar di Los Angeles 14 Oktober 1989. pertama kalinya Pical tampil sejauh itu dari rumah.
Sayangnya..Pérez tampil gendeng-gendengan. Meski Pical berusaha melawan. dia harus mengakui keunggulan lawan lewat unanimous decision setelah 12 ronde. Sabuk IBF pun terlepas dari genggamannya.
Bagi saya pribadi. ini bukan kekalahan yang memalukan. Justru sebaliknya….
Pical sudah menunjukkan keberanian untuk berjuang di jantung dunia tinju.
Setelah kekalahan dari Pérez. Pical masih sempat naik ring beberapa kali. dia kalah tipis dari Greg Richardson. lalu imbang melawan Charles Hery.
Perlahan dia sadar masa keemasannya mulai lewat. Tahun 1990 dia resmi pensiun.
Baca juga: Kabar terbaru Gennady golovkin setelah lama menghilang
Namun semangat bertarungnya tak pernah padam.
Tahun 2000. dia sempat comeback dalam laga ekshibisi melawan Juwono dan menang angka. Sebuah cara manis untuk menutup karier panjang yang penuh kenangan.
Total. Pical menorehkan rekor 20 kemenangan (11 KO), 5 kekalahan, dan 1 seri.
Catatan itu bukan cuma angka. Di baliknya ada kerja keras. disiplin. dan tekad anak pulau yang tak pernah menyerah.
Buat saya. kisah Ellyas Pical adalah bukti bahwa mimpi besar bisa lahir dari tempat kecil.
Dari Saparua yang jauh dari sorotan. menaklukkan dunia.
Generasi baru mungkin mengenalnya lewat potongan video atau cerita lama. tapi bagi mereka yang menyaksikan masa kejayaannya, Pical adalah pahlawan sejati.
Sampai sekarang. belum banyak yang bisa menandingi warisan itu.
nama Ellyas Pical akan selalu diingat sebagai petarung tangguh. dan inspiratif. legenda dari timur Indonesia yang pernah membuat dunia menoleh ke arah kita.
#EllyasPical #TinjuIndonesia #LegendaTinju #JuaraDunia #SejarahOlahraga #BoxingLegend










Pingback: Para petinju dunia yang memeluk islam
Pingback: Raja Super Welter Bertukar Tahta Jalur WBA (2010–2025)