Awal Kehidupan: Dari Jalanan Camden ke Dalam Penjara
Dwight Muhammad Qawi, yang lahir dengan nama Dwight Braxton pada 5 Januari 1953 di Baltimore, Maryland, adalah sosok petinju yang penuh kontradiksi. Di satu sisi, dia adalah legenda ring dengan teknik dan kekuatan luar biasa, namun di sisi lain, masa lalunya kelam dan penuh kekerasan.
Qawi dibesarkan di kota Camden, New Jersey—daerah miskin dan penuh kriminalitas. Sejak usia muda, ia akrab dengan kehidupan jalanan, pencurian, dan kekerasan. Tak heran, remaja Dwight akhirnya harus mendekam di balik jeruji penjara karena kasus perampokan bersenjata.
Namun, justru di dalam penjara itulah titik balik hidupnya terjadi. Ia mulai mengenal olahraga tinju dan menunjukkan bakat alaminya. Seorang petugas penjara yang melihat potensinya menyarankan Qawi untuk serius menekuni tinju ketika bebas nanti. Saran itu menjadi pijakan awal menuju takdir baru.
Karier Profesional: Lahirnya “The Camden Buzzsaw”
Dwight Braxton memulai karier profesionalnya di usia 25 tahun, usia yang tergolong terlambat dalam dunia tinju. Tapi ia tidak membuang waktu. Dengan tinggi hanya 170 cm, Qawi terlihat lebih seperti petinju kelas welter daripada light heavyweight. Namun, ia punya kekuatan dan stamina luar biasa. Gaya bertinju pressure fighter, dengan kombinasi pukulan brutal dari jarak dekat, membuat lawan-lawan kewalahan.
Julukannya, “The Camden Buzzsaw” (Gergaji Mesin dari Camden), sangat cocok menggambarkan gayanya yang cepat dan tak henti menekan. Ia menghancurkan lawan bukan hanya dengan pukulan, tapi dengan tekanan mental dan fisik yang luar biasa.
Menjadi Juara Dunia Light Heavyweight
Tahun 1981 menjadi titik penting dalam kariernya. Ia mencetak kejutan besar dengan mengalahkan Matthew Saad Muhammad, juara dunia WBC kelas light heavyweight saat itu. Pertarungan itu berlangsung keras dan brutal, namun Qawi mendominasi dan menang TKO di ronde ke-10.
Tonton duel bersejarah Qawi vs matthew di bawah ini:
Kemenangan itu mengubah hidupnya. Dwight Braxton memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Dwight Muhammad Qawi. Ia menjadi bagian dari gelombang petinju Muslim di era 80-an, seperti Muhammad Ali dan Eddie Mustafa Muhammad.
Sebagai juara dunia, Qawi mempertahankan gelarnya beberapa kali. Namun, kehadiran petinju muda berbakat bernama Michael Spinks (saudara Leon Spinks) menjadi tantangan berat. Pada tahun 1983, Qawi kalah angka dari Spinks dalam perebutan gelar WBA dan IBF, dan kehilangan sabuk juara.
Era Kelas Penjelajah: Mengukir Sejarah Lagi
Tak ingin berlama-lama di divisi yang sama, Qawi naik ke kelas penjelajah (cruiserweight), divisi baru yang saat itu sedang berkembang. Tahun 1985, ia kembali mengukir sejarah dengan mengalahkan Piet Crous dari Afrika Selatan dan menjadi juara dunia WBA kelas penjelajah.
Namun, pertarungan yang paling dikenang di kelas ini adalah duelnya melawan petinju muda bernama Evander Holyfield pada 12 Juli 1986. Pertarungan itu sangat legendaris, berlangsung selama 15 ronde dan dinobatkan sebagai Fight of the Year oleh Ring Magazine.
Meski Qawi kalah angka, banyak pengamat menilai pertarungan itu nyaris imbang. Qawi tampil luar biasa, sementara Holyfield mencuri perhatian dunia. Pertarungan itu menjadi batu loncatan karier Holyfield menuju status legenda, namun juga menegaskan bahwa Qawi masih merupakan kekuatan besar di dunia tinju.
Kehidupan Pasca Kejayaan dan Masa Sulit
Setelah kehilangan gelarnya, Qawi masih bertarung beberapa kali di akhir 1980-an hingga awal 1990-an. Namun usia dan gaya bertinju fisik yang ia miliki mulai memakan korban. Cedera, kekalahan, dan faktor keuangan mulai membayangi.
Qawi pensiun dengan rekor 41 kemenangan (25 KO), 11 kekalahan, dan 1 seri. Ia pernah berusaha comeback pada usia 46 tahun, tapi hasilnya tidak menggembirakan.
Sejak itu, ia hidup jauh dari sorotan. Beberapa laporan menyebut bahwa ia bekerja sebagai pelatih di kamp pelatihan lokal dan menjadi pembicara motivasi bagi para pemuda yang hidup di jalanan, mencoba menginspirasi mereka untuk tidak mengulang kesalahan yang sama seperti masa lalunya.
Meninggal Dunia pada Usia 72 Tahun
Dwight Muhammad Qawi menghembuskan napas terakhir pada 25 juli 2025, dalam usia 72 tahun. dia meninggal dengan tenang, dikelilingi keluarga dan orang-orang terdekat. Kabar meninggalnya Qawi diumumkan oleh kerabatnya melalui media sosial dan kemudian dikonfirmasi oleh berbagai outlet berita tinju dunia.
Meski penyebab kematian secara resmi tidak diumumkan secara rinci, beberapa laporan menyebut bahwa Qawi telah lama berjuang dengan komplikasi kesehatan, termasuk masalah pernapasan dan jantung.
Berita meninggalnya Qawi membuat dunia tinju berduka. Banyak legenda dan petinju aktif memberikan penghormatan, termasuk Evander Holyfield yang menulis di akun X (Twitter), “Rest in peace to a warrior. One of the toughest opponents I ever faced.”
Warisan Qawi: Lebih dari Sekadar Sabuk Juara
Dwight Muhammad Qawi bukan hanya petinju hebat, tapi juga simbol ketangguhan. Ia membuktikan bahwa seorang mantan narapidana bisa mengubah jalan hidup, meraih gelar juara dunia, dan dihormati dunia. Dari penjara hingga Madison Square Garden, kisah hidupnya layak dikenang.
Ia memperjuangkan nama baiknya melalui kerja keras, disiplin, dan tekad. Walau tidak sepopuler Ali atau Tyson, Qawi adalah pahlawan bagi banyak penggemar sejati tinju. Ia mewakili era keemasan light heavyweight dan cruiserweight yang sering terlupakan.
Fakta Menarik Tentang Dwight Muhammad Qawi
- Julukan Camden Buzzsaw tercipta karena gaya bertinju nonstop dan tekanan konstan dari jarak dekat.
- Qawi adalah bagian dari komunitas Nation of Islam, dan namanya diberikan oleh komunitas itu setelah memenangkan gelar dunia.
- Ia bertarung dalam dua pertarungan yang dinobatkan sebagai Fight of the Year oleh Ring Magazine: melawan Saad Muhammad (1981) dan Holyfield (1986).
- Qawi memiliki tinggi badan hanya 170 cm, menjadikannya salah satu petinju terkecil di kelas light heavyweight dan cruiserweight pada zamannya.
- Ia pernah menjadi narapidana di Rahway State Prison, tempat yang juga pernah digunakan untuk acara tinju televisi HBO.
Penutup: Sang Legenda yang Tak Pernah Menyerah
Meninggalnya Dwight Muhammad Qawi adalah kehilangan besar bagi dunia tinju. Ia bukan hanya petarung tangguh, tapi simbol dari tekad dan transformasi hidup. Dari balik jeruji penjara hingga sabuk juara dunia, hidup Qawi adalah kisah inspiratif yang layak dikenang oleh generasi mendatang.
Kini, “The Camden Buzzsaw” telah berpulang. Tapi namanya akan tetap hidup dalam sejarah tinju, sebagai pria kecil yang mampu mengguncang dunia.
#dwightmuhammadqawi #tinjudunia #tinju2025 #RIP