Dari pada terus beradu gengsi di jalanan. Itulah yang terjadi antara dua petinju asal South London,
Dan Azeez dan Craig Richards. yang akhirnya sepakat bertarung jauh dari rumah.
bukan di arena bergengsi Inggris. melainkan di Accra Ghana pada 20 Desember 2025.
Pertarungan ini terasa berbeda sejak awal. dua petinju Inggris yang sudah terbiasa tampil di bawah sorotan arena London kini justru memilih kembali ke Afrika Barat.
ke tanah yang menjadi akar leluhur mereka. untuk menyelesaikan urusan lama.
ini terasa seperti sesuatu yang jujur. Ada aroma sentimental di balik kerasnya adu pukul.
Dan Azeez dan Craig Richards bukan dua nama baru di kancah tinju Inggris.
Mereka tumbuh di wilayah yang sama. berlatih di gym yang sering bersinggungan, dan sama-sama pernah menyandang gelar juara Inggris kelas berat ringan.
Keduanya adalah hasil dari generasi petinju pekerja keras London Selatan,
daerah yang dikenal melahirkan petarung dengan semangat jalanan yang tak pernah padam.
Uniknya. keduanya punya jalan karier yang berlawanan arah.
Azeez, kini 36 tahun. dikenal sebagai petarung yang disiplin, tekun, dan tak mudah menyerah meski usianya sudah tak muda.
dia baru saja bangkit dari kekalahan angka melawan Lewis Edmonson tahun lalu dengan dua kemenangan beruntun,
terakhir menumbangkan Sulaimon Adeosun di Nigeria lewat TKO pada ronde keempat.
Sementara Craig Richards 35 tahun. justru punya reputasi lebih flamboyan. tinggi besar, bergaya elegan di atas ring,
tapi tetap punya daya tahan yang tak mudah di gulingkan.
Dia sempat kalah dari Willy Hutchinson pada pertarungan penting di Juni 2024. namun bangkit lagi dengan menghentikan Padraig McCrory di ronde kedelapan Maret lalu.
Jadi ketika nama keduanya diumumkan akan bertemu di Ghana. publik Inggris langsung merasa ini bukan hanya duel biasa.
Ini adalah pertarungan dua kisah hidup yang bertemu di satu titik. nostalgia dan ambisi.
Dalam konferensi pers di London. Azeez tersenyum saat berbicara tentang Ghana.
ini bukan cuma pertarungan biasa,” katanya.
Kami berdua sama-sama punya akar di Afrika. saya merasa seperti pulang.
Dua anak South London. yang dulu latihan bareng, sekarang kembali ke tanah ibu membawa semangat yang sama.
Ucapan itu terdengar tulus. tapi juga sarat tekanan.
Azeez tahu. di usia 36 tahun, peluang untuk kembali bersinar di panggung dunia tidak akan datang dua kali.
Yang menang akan melangkah lebih besar. yang kalah mungkin selesai di sini,” ujarnya.
Kalimat itu seperti menegaskan bahwa taruhan kali ini bukan sabuk. tapi masa depan.
Sementara Richards menanggapinya dengan gaya khasnya yang tenang.
Saya tahu Azeez. Kami tumbuh di tempat yang sama. Bahkan di tukang cukur langganan di Lewisham, foto kami berdua ditempel berdampingan.
Persaingan ini sudah ada sejak lama. Kami hanya belum sempat menuntaskannya,” katanya sambil tersenyum.
Bagi Richards. pertarungan ini juga punya makna pribadi..
Bisa tampil di Ghana, di stadion besar, rasanya luar biasa. Ini bukan cuma soal menang, tapi soal membuktikan diri di tempat yang punya arti sejarah buat kami.”
Baca juga: Persaingan petinju sesama australia, nikita tszyu vs zerafa
Menggelar duel di Accra Ghana bukan keputusan acak.
Negara ini punya sejarah panjang dalam dunia tinju. Dari Azumah Nelson, legenda kelas bulu yang dikenal dengan julukan The Professor, hingga Ike Quartey dan Joshua Clottey,
Ghana selalu punya tempat spesial di hati para petarung Afrika.
Banyak petinju keturunan Afrika yang lahir di Eropa menganggap Ghana sebagai perwujudan
dan kekuatan spiritual. Mereka percaya bahwa tanah ini memberi energi berbeda. bukan hanya untuk tubuh, tapi juga untuk jiwa.
Bagi Azeez dan Richards. bertarung di Ghana seolah menjadi perjalanan pulang untuk mengingat siapa diri mereka sebenarnya.
Sebuah momen reflektif di tengah kerasnya olahraga yang sering hanya dipandang sebagai bisnis.
Dan tak bisa dimungkiri. ini juga langkah cerdas secara promosi.
Pertarungan dua petinju asal Inggris yang kembali ke Afrika jelas menarik perhatian global.
Promotor lokal di Ghana bahkan menyebutnya sebagai KEMBALI KE AKAR TINJU, sebuah kebanggaan Afrika modern.
Melihat perjalanan karier Dan Azeez, sulit untuk tidak menghormati ketekunannya.
Dia bukan petinju yang lahir dengan Gembar-gembor atau nama besar di belakangnya.
Dia membangun kariernya perlahan. dari pertarungan kecil di sirkuit domestik Inggris hingga akhirnya merebut gelar Inggris.
Gaya bertarung Azeez dikenal ganas, selalu menekan lawan, dan berusaha membuat pertarungan hidup.
Dia bukan tipe yang bermain aman atau menghitung jarak, melainkan tipe petarung yang maju dengan hati dan tenaga penuh.
Namun seiring usia. stamina dan refleksnya tentu tak secepat dulu.
Kemenangan atas Adeosun di Nigeria menunjukkan bahwa semangatnya belum padam.
Tapi melawan Richards. tantangannya jauh lebih berat.
Richards lebih tinggi. lebih muda secara fisik, dan punya jangkauan pukulan yang bisa mematikan bila dibiarkan mengatur jarak.
Kalau Azeez ibarat pekerja keras di pabrik. Craig Richards lebih seperti petarung yang lahir dari jalan tapi tahu cara tampil di panggung besar.
Dia punya keseimbangan antara gaya dan ketahanan.
Saat bertarung ekspresinya jarang berubah. tenang, seperti pemain catur yang tahu langkah lawan berikutnya.
Meski begitu. Richards bukan tanpa kelemahan.
Dalam beberapa pertarungan penting. dia kerap kesulitan ketika menghadapi petinju yang terus menekan.
Itulah kenapa duel dengan Azeez bisa jadi rumit. Jika Azeez mampu mengatur langkah
dan menekan sejak awal, Richards bisa kehilangan momentum. Tapi jika Richards bisa mengotrol ruang dan memanfaatkan jab panjangnya. Azeez bisa kehilangan akal.
Yang menarik. keduanya pernah berlatih bersama di masa muda.
Jadi mereka saling tahu cara berpikir satu sama lain. Ini bukan hanyanduel fisik. tapi juga permainan mental antara dua orang yang pernah saling belajar.
Baik Azeez maupun Richards tahu betul. yang kalah mungkin tak akan punya jalan kembali.
Di usia pertengahan 30-an. mereka berada di persimpangan karier.
tinju tidak menunggu siapa pun. Banyak talenta muda baru yang siap merebut perhatian promotor besar.
Azeez mungkin berjuang untuk membuktikan bahwa semangat pekerja keras belum mati di dunia modern.
Sementara Richards ingin menunjukkan bahwa teknik dan kecerdasan bisa menaklukkan agresivitas.
Dan di tengah semua itu. Ghana akan menjadi saksi apakah pengalaman bisa mengalahkan waktu, atau justru usia menjadi batas yang tak bisa disangkal.
Prediksi tipis-tipis dari penulis….
jika melihat gaya bertarung dan tren terakhir. pertarungan ini bisa berjalan ketat.
Richards punya sedikit keunggulan dalam jangkauan dan teknik. sementara Azeez punya daya tekan dan fisik lebih kuat.
Namun dalam laga seperti ini. motivasi sering jadi pembeda.
Azeez membawa semangat pulang kampung. dan kadang emosi itu bisa mengubah segalanya.
Tapi kalau harus menebak. saya pribadi sedikit condong ke Richards,
bukan karena dia lebih kuat. tapi karena gaya bertarungnya lebih cocok untuk duel 12 ronde di udara panas Ghana.
Tapi siapa tahu??? Disini. satu pukulan bisa mengubah seluruh narasi.
Yang menarik dari duel Azeez vs Richards bukan hanya soal menang-kalah, tapi maknanya.
Ini adalah cerita tentang dua petarung yang menolak menyerah pada waktu. dua anak London yang kembali ke tanah asal untuk mencari arti baru dari kata BERJUANG.
Mereka mungkin datang dengan sarung tangan dan niat membuktikan siapa yang terbaik.
tapi di balik itu, ada perjalanan spiritual. dari beton keras London ke debu panas Accra.
Pada akhirnya. mungkin inilah keindahan tinju yang sering kita lupakan….
bahwa setiap pukulan punya cerita. setiap luka punya makna. dan setiap pertarungan adalah perjalanan mencari jati diri.
20 Desember nanti. Ghana bukan cuma jadi tuan rumah duel dua petinju Inggris, tapi saksi dari sesuatu yang lebih besar — dua jiwa yang mencoba menulis ulang akhir kisah mereka sendiri.
#TinjuDunia #DanAzeez #CraigRichards #TinjuGhana #BeritaTinju #PertarunganTinju #SouthLondonBoxing #Boxing2025 #AzeezVsRichards









