Usyk vs Dubois 2: Usyk Masih Raja Kelas Berat Dunia

usyk KO dubois di peratrungan rematch

Duel rematch antara Oleksandr Usyk dan Daniel Dubois akhirnya benar-benar terjadi juga. Sabtu malam, 19 Juli 2025, Las Vegas jadi saksi bagaimana dua petinju kelas berat ini menyelesaikan urusan yang sudah lama menggantung sejak 2023.

Dari awal, semua orang tahu pertarungan ini bukan cuma soal sabuk. Ini tentang harga diri. Tentang siapa yang benar waktu itu, dan siapa yang cuma “beruntung.”

Kalau masih ingat duel pertama mereka dua tahun lalu, itu termasuk salah satu pertarungan paling kontroversial di era modern. Dubois sempat mendaratkan pukulan ke perut Usyk yang kemudian dianggap low blow. Dari situlah semua drama dimulai.

Banyak yang bilang pukulan itu sah. Ada juga yang menuduh Usyk terlalu berlebihan biar punya waktu pulih.

Dan sejak itu, nama Dubois terus dikait-kaitkan sama “ketidakadilan.” Makanya, begitu diumumkan ada rematch, banyak yang nunggu banget — kayak nonton babak kedua film yang ending-nya dulu bikin penonton kesel.

Begitu kedua petinju naik ring malam itu, atmosfernya langsung tegang. Dubois datang dengan wajah serius, kayak orang yang nyimpen dendam pribadi.

Sementara Usyk? Tenang banget. Nggak banyak gaya, tapi matanya tajam. Dari tatapannya aja udah kelihatan: dia datang buat menyelesaikan urusan, bukan sekadar bertahan.

Ronde pertama dimulai cukup hati-hati. Dubois lebih agresif, tapi gerakannya masih kasar.

Usyk, dengan gaya khasnya, langsung main di luar jangkauan, pakai kaki, dan terus ubah sudut serangan. Dari cara dia bergerak aja udah kelihatan: beda kelas.

Saya sempat mikir, kalau Dubois nggak bisa ubah ritme di tiga ronde pertama, pertarungan ini bisa jadi mirip yang dulu — cuma kali ini dengan akhir yang lebih cepat.

Dan benar aja. Setelah beberapa ronde, ritme Usyk mulai terasa dominan. Dia nggak buru-buru cari KO, tapi main sabar. Jab-nya akurat, kombinasi dua-tiga pukulan bersih, lalu geser ke kiri, keluar dari jangkauan.

Dubois coba ngejar, tapi setiap kali dia maju, Usyk udah nggak di situ lagi.
Bukan berarti Dubois nggak punya momen bagus.

Di ronde keempat, dia sempat masukin uppercut lumayan keras yang bikin penonton berdiri. Tapi kayak biasa, Usyk langsung ngerespons dengan tenang. Satu-dua jab ke wajah, lalu body shot ringan yang cukup buat ngerem semangat lawan.

Masuk ronde lima, semua berubah cepat. Dubois yang tadinya terlihat percaya diri mulai kehabisan napas. Kakinya mulai berat, dan tiap kali dia buka guard buat nyerang, Usyk langsung manfaatin celah itu.

“Nah, buat yang belum nonton bagaimana Usyk menumbangkan Dubois di ronde kelima, videonya bisa kamu tonton langsung di bawah ini 👇”

Satu pukulan kiri lurus bersih ke rahang Dubois bikin dia jatuh berlutut. Penonton langsung meledak.
Dia masih coba bangkit, tapi kelihatan udah goyah.

Usyk nggak ngasih kesempatan. Kombinasi cepat masuk lagi, dan wasit akhirnya nyetop pertarungan. TKO untuk Usyk.
Pertarungan selesai, tapi pesan yang tersisa terasa lama banget: ini bukan kebetulan, ini pembuktian.

Kalau liat datanya, akurasi Usyk luar biasa. Dari total pukulan yang dilepaskan, lebih dari separuhnya mendarat bersih. Buat ukuran kelas berat, efisiensi segitu itu gila. Dubois sendiri sempat punya momen, tapi kelihatan belum bisa ngimbangin ritme Usyk.

Yang menarik, gaya bertarung Usyk ini kayak nggak kenal usia. Padahal dia udah lewat 38 tahun, tapi masih bisa main secepat itu. Kaki ringan, kepala aktif, dan refleksnya tajam banget. Rasanya kayak nonton versi modern dari Evander Holyfield — cuma lebih rapi dan taktis.

Saya pribadi paling suka satu hal dari Usyk: ketenangan. Banyak petinju besar yang ketika diserang akan langsung nyerang balik membabi buta. Tapi Usyk nggak. Dia tahu kapan harus nunggu, kapan harus masuk, kapan harus keluar.


Itu bukan cuma teknik, tapi mentalitas. Kayaknya semua pengalaman dia di tinju amatir (lebih dari 300 laga!) ngebentuk karakter kayak gitu.

Dia bukan cuma petinju yang bisa mukul keras, tapi juga berpikir cepat di bawah tekanan.
Dan buat saya, itu nilai yang bikin dia beda dari kebanyakan juara lain di era ini.

Setelah laga, Usyk tampil seperti biasa: rendah hati, senyum kecil, lalu angkat bendera Ukraina. Dia bilang kemenangan ini buat rakyatnya yang masih berjuang di rumah.

Kalimatnya sederhana, tapi dalem banget. Di tengah semua hiruk pikuk dunia, dia masih bisa menjaga fokus, tetap disiplin, dan berjuang dengan cara yang elegan.
Jujur, sulit nggak respek sama petinju kayak gini.

Dubois sendiri, ya… dia memang kalah, tapi bukan tanpa perlawanan. Di beberapa ronde awal dia cukup berani, tapi masalahnya, tiap kali dia nyerang, strategi Usyk udah dua langkah di depan.

Kalau mau jujur, Dubois ini sebenarnya punya potensi besar. Masih muda, power-nya bagus, tapi masih kurang sabar dan belum cukup “pintar” di ring.

Tinju kelas berat sekarang tuh bukan cuma soal tenaga besar — ini era di mana strategi dan efisiensi jadi penentu utama.

Kalau dia bisa belajar dari kekalahan ini, kariernya masih panjang banget. Tapi kalau terus mikir “gue cuma kalah karena nasib,” ya bisa mentok di situ-situ aja.
Tinju, pada akhirnya, soal refleksi. Siapa yang mau jujur sama diri sendiri, itu yang bisa naik level.

Sekarang ngomongin soal Usyk lagi, saya rasa nggak berlebihan kalau banyak yang bilang dia salah satu petinju paling komplet di era modern.

Dia udah ngelewati semua ujian besar — dua kali kalahin Joshua, nundukin Fury, dan sekarang ngulang pelajaran buat Dubois.

Gaya mainnya itu perpaduan antara disiplin Eropa Timur dan ketenangan seorang veteran.
Kadang bahkan keliatan kayak dia main tinju buat seni, bukan buat brutalitas.

Beberapa analis mulai bandingin dia sama para legenda — Holyfield, Lewis, bahkan Ali. Dan walau perbandingan kayak gitu sering dilebih-lebihkan, kali ini ada benarnya juga.

Usyk punya semua elemen yang bikin seorang petinju bertahan di puncak: teknik tinggi, kerja keras, dan nggak punya ego berlebihan.
Dia nggak perlu banyak omong. Di ring, tangannya yang bicara.

Kalau bicara soal lawan berikutnya, jujur aja, saya mulai bingung siapa lagi yang bisa kasih tantangan serius. Fury udah kalah, Joshua udah habis, Dubois dua kali jatuh.

Nama-nama kayak Hrgovic, Zhang, atau Jared Anderson mungkin bisa kasih perlawanan fisik, tapi belum tentu bisa tahan tempo dan ketajaman Usyk selama 12 ronde.

Mungkin satu-satunya lawan terberat buat Usyk sekarang cuma waktu — umur.
Dia udah nggak muda lagi, dan cepat atau lambat, refleks serta stamina pasti menurun. Tapi selama dia masih bisa tampil kayak tadi malam, kayaknya belum ada yang bisa sentuh tahtanya.

Trilogi lawan Dubois? Rasanya sih kecil kemungkinan. Udah dua kali kalah dengan hasil yang jelas, jadi kayaknya nggak ada alasan buat diulang lagi.

Tapi ya, dunia tinju suka aneh — kalau duitnya besar dan hype-nya tinggi, semua bisa kejadian.

Yang jelas, malam itu Usyk bukan cuma mempertahankan sabuk. Dia mempertahankan reputasi.
Dia nunjukin bahwa tinju masih bisa elegan tanpa drama, bahwa kemenangan bisa dicapai tanpa teriak-teriak, tanpa trash talk, tanpa gimmick.

Dia menang dengan cara yang tenang, disiplin, dan indah buat ditonton.

Dan buat saya pribadi, nonton Usyk itu kayak nonton seorang seniman lagi kerja.
Gerakannya halus, tiap jab punya tujuan, tiap langkah punya makna.

Baca juga: Xander zayas calon bintang dari purtoriko siap jadi raja kelas menengah super


Dia nggak cuma bertinju, dia “mengukir” kemenangan.
Di era di mana banyak petinju sibuk cari sensasi di media sosial, Usyk masih jadi bukti bahwa keheningan dan kerja keras itu bisa bicara lebih keras dari apapun.

#oleksandrusyk #usykdubois2 #tinjuhariini #tinjudunia2025 #danieldubois #usykdubois

3 komentar untuk “Usyk vs Dubois 2: Usyk Masih Raja Kelas Berat Dunia”

  1. Pingback: Lawrence okolie pertahankan sabuk atas kevin lerena 2025

  2. Pingback: Daniel dubois raja IBF siap jadi undisputed 2025??

  3. Pingback: Xander zayas bintang muda siap jadi menengah super 2025

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top