Dari Medan Perang hingga ke Tinju, Tony Graziano Tutup Usia di 103 Tahun

Tony graziano meninggal dunia

Canastota tidak hanya kehilangan seorang tokoh. tetapi bagian dari sejarah nya sendiri yaitu Tony Graziano.

Dia mantan manajer tinju sekaligus pemilik restoran legendaris yang menjadi rumah kedua bagi para legenda ring. meninggal dunia pada Minggu dalam usia 103 tahun.

Lahir pada 18 Januari 1922 di Verona New York. Graziano menemukan jalan nya di tinju bukan sebagai petarung. melainkan sebagai manajer.

Peran itu membawa nya pada salah satu momen terbesar dalam sejarah tinju Amerika.

Jauh sebelum di kenal sebagai tokoh tinju, Graziano adalah seorang prajurit.

Dia bertugas sebagai pasukan angkatan udara dalam Perang Dunia II bergabung dengan Company E. Resimen Infanteri Parasut ke-507 bagian dari Divisi Lintas Udara ke-82.

dia ikut terjun dalam dua operasi paling brutal di Eropa..

Invasi D-Day di Prancis dan Battle of the Bulge, kedua nya pada tahun 1944. Atas pengabdian nya, Graziano di anugerahi dua Purple Heart.

bagi rekan2 yang belum tau apa itu dua purple heart, saya jelaskan sedikit di bawah ini..

Purple Heart itu adalah medali kehormatan militer Amerika Serikat.

Medali ini di berikan kepada prajurit yang terluka atau gugur akibat serangan musuh saat bertugas dalam perang.

Jadi kalau seseorang menerima dua Purple Heart, arti nya…

dia dua kali terluka karena aksi musuh di medan perang. atau penghargaan nya di berikan atas dua kejadian berbeda.

saat itu Tony Graziano dia adalah penerjun payung (paratrooper) di Perang Dunia II. Terlibat langsung dalam Invasi D-Day dan Battle of the Bulge dua pertempuran paling brutal.

dia tertembak dan terluka oleh pasukan Jerman. Karena luka tempur itulah dia di anugerahi dua Purple Heart

Singkat nya..Purple Heart bukti nyata bahwa seseorang benar benar terluka di medan perang, bukan hanya ikut perang.

sudah paham yaaa??

Di kira sudah pensiun karena tidak bertarung selama 2 tahun, Edwin de los santos comeback cetak KO brutal 38 detik

Dalam sebuah wawancara tahun 2018 dengan Oneida Daily Dispatch..Graziano mengenang salah satu momen paling mengerikan dalam hidup nya saat pesawat yang membawa nya di tembak jatuh oleh pasukan Jerman.

Pesawat itu jatuh di area pepohonan. Graziano tergantung di pohon, hanya di selamatkan oleh satu keputusan cepat…berpura pura mati.

“Kami terjebak di pepohonan dan ditembaki habis habisan. Tentara Jerman menembaki saya. Satu peluru merobek tumit sepatu saya, satu lagi memutar helm saya, dan tembakan ketiga mengenai bahu saya…. kenang nya.

beruntung nya graziano selamat.

setelah perang, dia menghabiskan hidup nya membangun juara, komunitas, dan kenangan baik di ring tinju maupun di meja makan.

pada 1948, Graziano juga menjadi manajer pertama Carmen Basilio saat sang legenda mulai menapaki karir profesional nya.

Basilio kelak di kenal sebagai juara dunia kelas welter dan menengah, serta kebanggan tinju Amerika.

lanjut Pada Desember 1970, graziano mengantarkan Billy Backus sesama warga Canastota. menjadi juara dunia kelas welter tak terbantahkan setelah menghentikan Jose Napoles di ronde ke empat.

Sebuah pencapaian yang mengukuhkan reputasi Graziano sebagai sosok di balik layar yang tahu bagaimana membangun juara.

Melalui Canastota Boxing Club, Graziano juga bekerja dengan sejumlah petinju lain, termasuk Rocky Fratto dari Syracuse.

Fratto nyaris merebut gelar WBA kelas junior menengah pada 1981, sebelum kalah tipis dalam perebutan gelar kosong melawan Tadashi Mihara.

Namun kenangan Graziano tidak hanya tertulis di atas ring.

Selama lebih dari setengah abad, dia membangun ruang lain yakni Graziano’s Casa Mia.

Restoran yang dia miliki dan kelola selama 54 tahun itu menjadi tempat berkumpul tak resmi bagi insan tinju setiap akhir pekan Hall of Fame.

Di sana, penggemar biasa bisa duduk semeja dengan legenda tanpa jarak dan tanpa protokol.

Selain itu, Graziano juga aktif mempromosikan pertandingan profesional maupun amatir di wilayah utara New York.

Restoran yang berdiri tepat di seberang gedung Hall of Fame itu juga memiliki hotel, yang selalu penuh saat akhir pekan induksi.

Pada 2018, Casa Mia di beli oleh Oneida Nation.

Tiga tahun kemudian, restoran itu resmi di tutup setelah Graziano saat itu berusia 99 tahun memutuskan pensiun dari pengelolaan nya.

Kabar duka ini di sampaikan oleh International Boxing Hall of Fame (IBHOF), yang lokasi nya hanya berjarak beberapa blok dari tempat Graziano menghabiskan hari-hari terakhir hidup nya di Canastota New York.

Direktur Hall of Fame Edward Brophy. menyebut Graziano sebagai figur penting yang tak tergantikan.

..Tony Graziano memiliki arti besar bagi sejarah tinju di Canastota. dia adalah duta yang luar biasa bagi desa ini dan bagi olahraga yang dia cintai sepanjang hidup nya…tutup brophy.

Selamat jalan tony, semoga tenang di sisi tuhan yang maha esa. amiiiiiin

#Tonygraziano #IBHOF #manajertinju

1 komentar untuk “Dari Medan Perang hingga ke Tinju, Tony Graziano Tutup Usia di 103 Tahun”

  1. Pingback: Tony Sims Dorong Daniel Dubois Tantang Fabio Wardley

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top