Hasil tinju hari ini 24 oktober 2025 di puertoriko

Hasil tinju hari ini 24 oktober 2025 di puertoriko

Malam di Coliseo San Juan, Puerto Rico, berubah menjadi panggung penuh emosi dan dentuman tinju yang menggema hingga ke tribun paling atas. Sorakan penonton bercampur dengan denting sarung tangan yang bersentuhan keras, menciptakan simfoni khas pertarungan yang hanya dimengerti oleh mereka yang hidup dari adrenalin dan keberanian. Di bawah cahaya lampu arena, para petinju bukan sekadar bertarung untuk sabuk atau prestise, tapi untuk harga diri, untuk nama yang ingin mereka ukir di hati publik tinju dunia.

Tanggal 24 Oktober 2025 menjadi saksi lahirnya duel-duel panas di tanah Latin—di mana darah juang dan semangat bertarung seperti tak pernah padam. Dari partai pembuka hingga laga utama, setiap ronde menyuguhkan kisah tersendiri: tentang kegigihan, strategi, dan kadang, tentang bagaimana mimpi bisa runtuh hanya dengan satu pukulan bersih. Coliseo San Juan malam itu bukan sekadar arena, tapi medan sejarah bagi beberapa nama yang berusaha menulis babak baru dalam karier mereka.

Sebelum sorotan utama malam itu mencapai puncaknya, para penonton lebih dulu disuguhi serangkaian duel pemanasan yang justru tak kalah menggigit. Di bawah atmosfer Coliseo San Juan yang makin padat dan riuh, para petinju dari berbagai kelas berjuang membuktikan diri di hadapan publik Puerto Rico yang terkenal keras menilai. Dari kursi paling depan hingga tribun atas, semua menanti kejutan, dan kejutan itu datang lebih awal—dari ring pertarungan wanita yang membuka malam dengan intensitas luar biasa.

1.Kiria Tapia vs Marianela Ramirez (Kelas Bulu Super Wanita)

kiria tapia vs marianela ramirez 2025
credit:Dazn/youtube

Duel pembuka ini seolah menjadi pengingat bahwa semangat bertarung tak mengenal gender. Kiria Tapia, petinju asal Puerto Rico yang dikenal tangguh dan agresif, tampil penuh percaya diri sejak lonceng pertama. Lawannya, Marianela Ramirez dari Republik Dominika, mencoba bermain sabar dengan gerakan kepala yang lincah dan jab yang terukur, namun ritme cepat yang dibangun Tapia membuatnya tak punya banyak ruang untuk berpikir.

Setiap ronde terasa seperti ajang adu stamina dan tekad. Tapia terus menekan dengan kombinasi hook kanan dan uppercut yang memaksa Ramirez lebih sering bertahan di tali. Namun yang paling mencuri perhatian terjadi di ronde kedelapan—detik-detik terakhir duel yang sudah hampir usai berubah jadi pertarungan naluri murni. Kedua petinju saling mengayun tanpa peduli teknik, membiarkan insting yang berbicara di tengah sorak publik yang berdiri histeris. Ramirez sempat goyah, tubuhnya tersandar di tali setelah menerima kombinasi kiri-kanan Tapia yang telak ke rahang dan rusuk.

tapia hampir saja menjatuhkan ramirez
credit:Dazn/youtube

Lonceng akhir menyelamatkan Ramirez dari kemungkinan knockdown, namun keputusan juri sudah jelas. Kiria Tapia menang mutlak (unanimous decision) setelah delapan ronde keras, memperlihatkan ketenangan dan determinasi khas petinju tuan rumah. Kemenangan ini bukan hanya menambah rekornya, tapi juga menegaskan bahwa ia masih menjadi salah satu wajah utama tinju wanita Puerto Rico.

kiria tapia menang angka tas ramirez
credit:Dazn/youtube

Baca juga:Hasil lengkap tinju 17 oktober 2025,conway vs liddard beserta undercard nya

2.Félix Parrilla vs Kenneth Taylor (Kelas Bulu)

felix parrilla vs kenneth taylor
credit:Dazn/youtube

Suasana di Coliseo San Juan makin panas ketika Félix Parrilla melangkah ke ring. Petinju muda asal amerika itu datang dengan reputasi mematikan—rekor tak terkalahkan dan gaya bertarung yang selalu agresif sejak lonceng pertama. Lawannya malam itu, Kenneth Taylor dari Amerika Serikat, bukan nama besar, tapi membawa reputasi sebagai petarung tangguh yang jarang mundur meski dihujani pukulan.

Sejak ronde pertama, keduanya langsung terlibat dalam duel terbuka. Tak ada fase penjajakan, tak ada waktu untuk membaca lawan. Taylor mencoba memanfaatkan reach advantage dengan jab panjang, tapi Parrilla seperti sudah menyiapkan semua. Ia menutup jarak cepat, melepaskan kombinasi hook kiri dan kanan ke tubuh, membuat Taylor sesekali tersentak mundur. Sorakan penonton meledak setiap kali pukulan Parrilla mendarat telak—energi khas Puerto Rico yang membuat atmosfer terasa seperti final kejuaraan dunia.

Memasuki ronde ketiga, tekanan Parrilla mencapai puncaknya. Ia terus menekan tanpa jeda, membuat Taylor tampak kehilangan keseimbangan dan ritme. Di tengah serangan balik yang mulai melemah, Parrilla menemukan celah sempurna. Sebuah pukulan kiri lurus 2x menusuk kepala yang begitu cepat dan tajam hingga tubuh Taylor langsung tertunduk sebelum roboh ke kanvas.

parrilla pukul jatuh taylor ronde 3
credit:Dazn/youtube

Wasit mulai menghitung, penonton menahan napas, dan Taylor berusaha bangkit namun lututnya goyah. Ketika akhirnya ia berdiri, matanya masih kosong dan langkahnya belum stabil. Wasit melambaikan tangan, menandakan akhir pertarungan. Félix Parrilla menang KO di ronde ketiga, kemenangan meyakinkan yang membuat Coliseo San Juan bergemuruh dalam sorak kemenangan tuan rumah.

parrilla menang KO atas taylor ronde ke 3
credit:Dazn/youtube

Dengan hasil ini, Parrilla memperpanjang rekor sempurnanya menjadi 12 kemenangan tanpa kalah (10 di antaranya lewat KO). Malam itu, ia kembali membuktikan bahwa dirinya bukan sekadar prospek masa depan, tapi sudah layak diperhitungkan di jajaran elit kelas bulu.

3.Ashleyann Lozada vs Melissa Oddessa Parker (Kelas Bulu Wanita)

ashleyann lozada vs melissa parker
credit:Dazn/youtube

Sorak sorai belum juga mereda ketika giliran Ashleyann Lozada naik ke ring. Petinju muda Puerto Rico ini membawa kebanggaan tersendiri bagi publik tuan rumah—wajah baru dalam dunia tinju wanita yang tampil penuh semangat dan percaya diri. Lawannya, Melissa Oddessa Parker dari Amerika Serikat, datang dengan pengalaman lebih matang, namun harus berhadapan dengan atmosfer yang jelas tidak bersahabat bagi petinju tamu.

Sejak ronde pertama, Lozada langsung mengambil inisiatif. Ia menekan dengan jab cepat dan kombinasi dua pukulan yang akurat, menjaga jarak sambil mengatur tempo pertarungan. Parker mencoba membalas dengan power punch kanan, tapi kecepatan tangan Lozada membuatnya sulit menemukan momen bersih. Arena kembali bergetar setiap kali Lozada mendaratkan kombinasi rapi ke arah tubuh lawan—pukulan-pukulan yang mungkin tidak terlalu keras, namun cukup untuk menguasai setiap ronde.

Memasuki pertengahan laga, Lozada mulai bermain lebih lepas. Ia tak lagi sekadar mengandalkan jab, tapi juga mulai memanfaatkan hook kiri yang memotong langkah Parker setiap kali mencoba menyerang dari sudut. Parker, meski tertinggal angka, tetap berusaha menekan hingga akhir, namun disiplin Lozada dalam menjaga jarak dan refleks defensifnya menjadi kunci kemenangan.

Delapan ronde berjalan tanpa knockdown, namun kendali Lozada nyaris tak pernah goyah. Saat bel terakhir berbunyi, penonton berdiri memberi tepuk tangan panjang—bukan hanya untuk kemenangan, tapi juga untuk perkembangan nyata dari talenta muda Puerto Rico ini.

lozada menang angka atas melissa selama 8 ronde
credit:Dazn/youtube

Hasil akhir diumumkan dengan kemenangan mutlak (unanimous decision) bagi Ashleyann Lozada. Dengan hasil ini, ia mempertahankan rekor sempurnanya menjadi 3-0 (1 KO), sekaligus mengirim pesan bahwa generasi baru petinju wanita Puerto Rico mulai siap menapaki panggung yang lebih besar.

4. Main Event: Joshua Pagan vs Maliek Montgomery (WBO NABO Kelas Ringan yang Kosong)

Coliseo San Juan benar-benar mencapai puncak atmosfernya saat nama Joshua Pagan diumumkan memasuki ring. Lampu sorot menyoroti wajahnya yang tenang, penuh fokus, seolah menyimpan sesuatu yang lebih besar dari sekadar ambisi menjadi juara regional. Di sudut lain, berdiri Maliek Montgomery—petinju berusia 29 tahun dengan reputasi sebagai pemukul keras, membawa rekor 20-1 dengan 18 kemenangan KO. Malam itu, dua gaya bertarung yang kontras akan saling berhadapan: Pagan yang lebih teknikal dan sabar, melawan Montgomery yang hidup dari agresi dan kekuatan pukulan.

joshua pagan vs maliek montgomery 2025
credit:Dazn/youtube

Keduanya sama-sama berasal dari Amerika Serikat, namun memiliki latar yang sangat berbeda. Joshua Pagan, 25 tahun dari michigan adalah produk dari sistem amatir disiplin yang menekankan teknik dan ketepatan. Ia mulai bertinju sejak usia dini di bawah bimbingan sang ayah, yang juga mantan petinju amatir. Gaya Pagan dikenal efisien—meminimalkan risiko sambil menjaga efektivitas serangan. Sementara Maliek Montgomery berasal dari Georgia dan dikenal sebagai petarung dengan gaya eksplosif. Ia menghabiskan masa mudanya di sirkuit amatir Amerika, tampil di berbagai turnamen Golden Gloves, dan kemudian beralih ke profesional dengan reputasi sebagai petinju berbahaya yang mampu menyudahi duel kapan saja dengan satu pukulan.

Sejak bel pertama, duel berlangsung dalam tempo tinggi. Pagan memulai dengan jab kiri cepat, mencoba menjaga jarak dan membaca pola serangan lawan. Namun Montgomery tidak datang untuk menunggu; ia langsung menekan, memotong ring, dan melancarkan kombinasi hook kanan-kiri yang membuat Pagan harus bergerak lincah untuk keluar dari sudut. Beberapa pukulan keras Montgomery sempat mendarat di tubuh Pagan, namun petinju muda asal Connecticut itu menunjukkan ketenangan luar biasa—menghindar, memutar arah, dan kembali menembus pertahanan lewat counter jab yang akurat.

Ronde demi ronde berjalan dengan ketegangan yang konstan. Pagan lebih memilih bermain efisien, sementara Montgomery menekan dengan volume pukulan tinggi. Tapi di ronde keempat, situasi mulai berubah. Setelah sebuah benturan keras di jarak dekat, aliran darah tipis mulai tampak di atas mata kiri Montgomery. Wasit segera menghentikan pertarungan sesaat untuk memanggil dokter ring memeriksa luka tersebut. Publik menahan napas. Setelah beberapa detik pemeriksaan, dokter memberi izin untuk melanjutkan, dan Montgomery pun mengangguk keras, menolak mundur.

wasit meminta dokter memeriksa luka maliek
credit:Dazn/youtube

Namun darah tak berhenti. Setiap kali Pagan meluncurkan jab kanan ke sisi kiri wajah Montgomery, luka itu semakin terbuka. Meski begitu, petinju asal Georgia itu tetap menunjukkan hati seorang pejuang sejati. Ia terus maju, membalas dengan pukulan kanan overhand yang beberapa kali membuat Pagan harus mundur cepat. Ronde-ronde tengah berubah menjadi pertarungan brutal: teknik berpadu dengan naluri bertahan hidup. Setiap pukulan membawa risiko, setiap serangan dibalas dengan tekad yang sama besar.

Memasuki ronde kesembilan, pertarungan mencapai klimaksnya. Pagan yang sebelumnya bermain sabar mulai menambah intensitas, seolah mencium peluang menyudahi laga. Ia menekan dengan kombinasi tajam—dua jab kiri diikuti straight kanan yang mendarat tepat di sisi luka lama Montgomery. Darah kembali mengucur deras, menodai sarung tangan dan wajahnya. Wasit melihat situasi semakin berbahaya, dan ketika Pagan mendaratkan satu pukulan bersih lagi, ia langsung melangkah di antara keduanya, melambaikan tangan,jika kalian ingin menyaksikan langsung videonya silahkan pencet di bawah ini:

Pertarungan dihentikan pada ronde ke-9, Joshua Pagan menang TKO. Montgomery tampak kecewa, memukul tali ring dengan frustrasi, namun keputusan itu sudah final dan benar demi keselamatan. Penonton berdiri memberi tepuk tangan panjang, menghormati keberanian keduanya dalam duel yang penuh ketegangan dan emosi.


Suasana & Reaksi Penonton: Coliseo Meledak oleh Kebanggaan

Saat wasit mengumumkan kemenangan TKO untuk Joshua Pagan, suasana di Coliseo San Juan benar-benar pecah. Penonton berdiri serentak, melambaikan bendera Puerto Rico dan Amerika Serikat, menandai penghormatan bagi dua petinju yang sama-sama datang dari negeri yang mencetak banyak legenda tinju dunia. Suara drum dan teriakan “¡Vamos!” menggema di seluruh arena. Anak-anak kecil meniru gaya Pagan di pinggir kursi, sementara para penggemar yang datang jauh-jauh dari Amerika meneriakkan nama Montgomery sebagai bentuk respek.

Beberapa penonton tampak meneteskan air mata—bukan semata karena hasil akhir, melainkan karena malam itu mereka menyaksikan esensi sejati dari tinju: keberanian untuk terus maju meski darah menutupi wajah. Pagan menepuk dada, lalu menghampiri Montgomery yang duduk di sudut ring dengan handuk di atas kepalanya. Keduanya saling berpelukan, memberi sinyal bahwa persaingan di atas ring tak pernah menghapus rasa hormat di antara sesama petarung. Momen itu menjadi simbol sportivitas sejati, yang membuat malam di Coliseo San Juan terasa lebih dari sekadar kemenangan biasa.

Simak juga: Jejak sabuk WBA di asia tenggara dan indonesia


Analisis Pertarungan: Pagan Tenang, Montgomery Ganas tapi Rapuh di Luka Lama

Secara teknis, pertarungan ini menunjukkan dua filosofi bertinju yang berbeda. Joshua Pagan tampil seperti seorang pemikir di atas ring—membaca ritme lawan, mengatur jarak dengan jab, dan memilih momen serangan dengan presisi. Ia tak terburu-buru mencari KO, melainkan memecah pertahanan Montgomery sedikit demi sedikit. Strateginya sederhana tapi efektif: bikin lawan maju, lalu potong dengan counter tepat sasaran.

Sebaliknya, Montgomery mengandalkan agresivitas alami dan kekuatan pukulan kanan yang terbukti ampuh di 18 kemenangan KO sebelumnya. Ia sempat membuat Pagan tertekan di awal laga, namun tak mampu menyesuaikan diri ketika Pagan mulai menemukan celah. Luka di atas mata kiri menjadi faktor penentu—mengganggu pandangan, dan pada akhirnya memaksa wasit menghentikan pertarungan.

Yang menarik, Pagan menunjukkan kematangan di luar usianya yang baru 25 tahun. Ia tidak panik di bawah tekanan, tidak terbawa ritme Montgomery, dan menjaga keseimbangan antara ofensif dan defensif. Kemenangan ini bukan hanya memperpanjang rekor tak terkalahkannya menjadi 14-0 (4 KO), tapi juga menegaskan statusnya sebagai salah satu prospek paling menjanjikan di kelas ringan Amerika Serikat.

Bagi Montgomery, kekalahan ini pahit namun penuh pelajaran. Ia masih memiliki daya serang luar biasa, tapi jelas perlu memperbaiki disiplin pertahanan dan kontrol jarak. Luka di atas mata kirinya bisa menjadi masalah berulang jika tidak ditangani dengan baik, namun keberanian yang ia tunjukkan malam itu tetap mendapat respek dari publik Puerto Rico.


Dampak Kemenangan dan Langkah Selanjutnya

Dengan gelar WBO NABO Lightweight kini di genggaman, jalan Joshua Pagan terbuka lebar menuju peringkat dunia. Sabuk regional ini sering menjadi batu loncatan bagi petinju muda untuk masuk ke radar perebutan gelar dunia versi WBO. Promotor Pagan sudah mengisyaratkan kemungkinan naik ke laga eliminator dalam waktu dekat, dan melihat performanya malam ini, publik tinju tampak siap menyambut langkah berikutnya.

Sementara Montgomery kemungkinan akan mengambil waktu istirahat untuk pemulihan luka sebelum kembali naik ring. Ia masih menjadi petinju berbahaya di divisi ini, namun mungkin perlu meninjau ulang gaya bertarungnya agar tidak terlalu mudah diserang oleh counterpuncher seefisien Pagan.


Refleksi: Malam Ketika Tinju Menunjukkan Wajah Manusiawinya

Pertarungan Joshua Pagan vs Maliek Montgomery bukan hanya soal sabuk regional, tapi juga simbol dari keteguhan hati dan rasa hormat antar-petarung. Malam di Coliseo San Juan memperlihatkan mengapa olahraga ini tetap memikat dunia—karena tinju bukan hanya tentang menang dan kalah, tapi tentang keberanian menghadapi rasa takut, rasa sakit, dan batas diri.

Kedua petinju sama-sama datang dari Amerika Serikat, namun membawa dua kisah berbeda: satu mewakili ketenangan, satu lagi mewakili keberanian. Keduanya bertemu di tengah ring, di bawah lampu terang, dan memberi pelajaran bahwa menjadi petarung sejati bukan soal hasil akhir, tapi tentang bagaimana bertahan di tengah badai.

Tinju tetap hidup karena momen-momen seperti ini—ketika penonton berdiri bukan hanya untuk pemenang, tapi juga untuk mereka yang kalah dengan kehormatan. Dan malam itu, di Coliseo San Juan, Puerto Rico, Joshua Pagan dan Maliek Montgomery memberi bukti nyata bahwa jiwa sejati olahraga ini masih menyala terang.

#HasilTinju #JoshuaPagan #MaliekMontgomery #TinjuPuertoRico #WBO #NABO #BoxingResults #TinjuDunia #KiriaTapia #FelixParrilla #AshleyannLozada #ColiseoSanJuan #BeritaTinjuTerbaru

2 komentar untuk “Hasil tinju hari ini 24 oktober 2025 di puertoriko”

  1. Pingback: Ezra Taylor Hentikan Kristaps Bulmeistars dalam 24 Detik!

  2. Pingback: Wardley Kalahkan Parker TKO Ronde 11 di London

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top