Masih segar dalam ingatan dunia tinju ketika Anthony Joshua—sosok yang dulu dielu-elukan sebagai penerus sejati era Mike Tyson—terkapar di Wembley setelah dihantam telak oleh Daniel Dubois pada September 2024. Kekalahan brutal itu menjadi pukulan telak bagi harga diri seorang juara dua kali dunia yang pernah memegang kendali penuh atas divisi kelas berat. Setelah malam kelam itu, Joshua menghilang dari sorotan. Tidak ada jadwal, tidak ada wawancara besar, hanya kabar samar bahwa sang raksasa asal Watford itu sedang berjuang melawan cedera dan dirinya sendiri.
Kini, hampir satu tahun berlalu, publik mulai bertanya-tanya: Apakah perjalanan Anthony Joshua sudah benar-benar berakhir? Atau justru ini hanyalah babak tenang sebelum badai besar kembali datang? Di balik diamnya Joshua, tersimpan rencana besar, latihan rahasia, dan tekad untuk bangkit sekali lagi—meski dunia tinju sudah mulai melupakannya.
Kabar Terkini Anthony Joshua: Libur Panjang, Cedera, dan Masa Rehabilitasi
Setelah kekalahan mengejutkan dari Daniel Dubois pada September 2024, Anthony Joshua memilih langkah yang jarang diambil oleh petinju papan atas — ia menepi sepenuhnya dari ring. Selama lebih dari satu tahun, Joshua belum kembali tampil, bahkan tak terlihat menghadiri banyak acara tinju besar di Inggris. Sumber-sumber dekat dari kampnya mengonfirmasi bahwa AJ memang tengah memulihkan diri dari cedera siku kanan yang kambuh, serta menjalani terapi intensif di bawah pengawasan tim medis pribadi di London.
Meski sempat beredar kabar bahwa ia akan pensiun diam-diam, pernyataan terakhir dari manajer Joshua menegaskan hal sebaliknya. “Anthony belum selesai. Dia hanya ingin tubuhnya kembali 100 persen sebelum bertarung lagi,” ungkap Freddie Cunningham, manajer lama Joshua, dalam wawancara dengan Sky Sports pada pertengahan 2025.
Sementara itu, Joshua tetap rutin berlatih ringan di gym pribadinya di Finchley, tempat yang dulu menjadi titik awal kariernya. Ia fokus pada pemulihan, latihan mobilitas, dan strength conditioning bersama pelatih lama, Ben Davison. Dari unggahan-unggahan tipis di media sosial, Joshua terlihat lebih tenang, lebih religius, dan tampak sedang melakukan reset mental sebelum memutuskan apakah ia akan kembali bertarung pada 2026.
Namun satu hal pasti — dunia tinju belum menutup pintu bagi Anthony Joshua. Meski tak lagi muda di usia 36 tahun, nama besar dan daya jualnya tetap membuat promotor seperti Eddie Hearn percaya bahwa AJ masih bisa sekali lagi menyalakan api besar di divisi kelas berat.
Spekulasi Comeback Anthony Joshua: Antara Harapan dan Keraguan

Meski sudah lebih dari satu tahun tidak naik ring, nama Anthony Joshua tetap menjadi bahan perbincangan hangat di dunia tinju. Banyak pengamat percaya bahwa Joshua belum benar-benar menutup buku kariernya. Ia masih punya unfinished business — membuktikan bahwa dirinya bukan hanya mantan juara dunia, tapi juga sosok yang mampu bangkit dari kehancuran.
Kabar yang beredar dari beberapa sumber internal Matchroom Boxing menyebutkan bahwa Joshua berpotensi melakukan comeback pada pertengahan 2026, dengan rencana menggelar laga pemanasan di Inggris sebelum kembali menantang nama besar. Beberapa nama seperti Dillian Whyte, Joseph Parker, hingga Otto Wallin muncul sebagai kandidat lawan potensial. Namun, semua masih sebatas wacana tanpa konfirmasi resmi.
Promotor Eddie Hearn bahkan sempat memberi isyarat bahwa Joshua bisa turun di ajang besar di Wembley atau O2 Arena jika kondisi fisiknya sudah siap. “Dia tidak pensiun. AJ hanya ingin kembali dalam keadaan sempurna. Mental dan fisiknya harus seimbang,” ujar Hearn dalam wawancara dengan DAZN Boxing Show.
Di sisi lain, sebagian fans mulai meragukan apakah Joshua masih memiliki semangat yang sama seperti dulu. Kekalahan dari Dubois dianggap sebagai tanda bahwa refleks dan daya tahan AJ sudah tidak seperti masa jayanya saat menaklukkan Wladimir Klitschko di 2017. Namun, mereka yang mengenalnya tahu — Joshua adalah tipe petarung yang tidak mudah menyerah. Ia sudah melewati kejatuhan sebelumnya setelah dikalahkan Andy Ruiz Jr pada 2019, dan berhasil bangkit kembali untuk merebut sabuknya.
Kini, publik menunggu satu hal: apakah Anthony Joshua bisa menulis bab terakhir kariernya dengan kemenangan besar, atau justru memilih pergi dengan tenang sebagai legenda yang pernah menaklukkan dunia?
BACA JUGA: Apa kabar Gennady golovkin di tahun 2025??
Faktor Mental & Transformasi Diri Anthony Joshua: Dari Tekanan Menuju Kedewasaan
Bagi banyak petinju, kekalahan adalah bagian dari perjalanan. Tapi bagi Anthony Joshua, setiap kekalahan selalu terasa seperti badai besar yang mengguncang seluruh identitasnya. Sejak debut profesional pada 2013, Joshua dibesarkan di bawah sorotan terang kamera — dikenal sebagai “the golden boy” Inggris, simbol kedisiplinan dan tubuh atletis sempurna. Namun di balik citra itu, tersimpan tekanan luar biasa untuk terus menang, terus sempurna, dan tidak boleh terlihat lemah.
Setelah tumbang dari Andy Ruiz Jr. pada 2019, Joshua mengaku sempat kehilangan arah. Ia mulai mempertanyakan siapa dirinya tanpa sabuk juara. Kekalahan berikutnya dari Oleksandr Usyk dan akhirnya dari Daniel Dubois membuatnya semakin sadar bahwa pertarungan sesungguhnya bukan hanya di ring, melainkan juga di dalam diri sendiri.
Dalam beberapa wawancara yang muncul di awal 2025, Joshua berbicara lebih terbuka tentang sisi emosional dan spiritualnya. Ia mengaku mulai belajar menerima kekalahan sebagai bagian dari pertumbuhan, bukan kehancuran. “Saya tidak ingin hidup sebagai mesin. Saya ingin menjadi manusia yang belajar dari rasa sakit,” ucapnya dalam sesi podcast bersama teman lamanya di Watford.
Di masa vakumnya, AJ banyak menghabiskan waktu dengan keluarga, berolahraga ringan, dan mengikuti sesi meditasi serta pembinaan mental. Ia bahkan sempat mengunjungi beberapa kamp pelatihan anak muda di London untuk memberi motivasi — langkah yang menunjukkan bahwa Joshua kini tak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga kedewasaan.
Perubahan sikap ini membuat banyak orang menilai bahwa versi baru Anthony Joshua yang akan kembali nanti bisa jadi lebih berbahaya: bukan lagi sekadar petinju dengan otot baja, tapi pria dengan mental sekeras baja — yang sudah berdamai dengan dirinya sendiri.
Flashback-setelah kalah 2x atas usyk.
Joshua vs jermain franklin.

Sebelum kekalahan besar dari Daniel Dubois, perjalanan Anthony Joshua sempat memasuki babak kebangkitan kecil pada 1 April 2023. Malam itu, di The O2 Arena, London, AJ menghadapi petinju tangguh asal Amerika, Jermain Franklin, dalam duel 12 ronde yang menandai kembalinya ia ke ring setelah dua kali dikalahkan oleh Oleksandr Usyk.
Pertarungan tersebut bukan sekadar laga biasa — itu adalah ujian mental. Joshua datang dengan tekanan besar untuk membuktikan bahwa dirinya masih layak disebut elite. Banyak yang menunggu apakah ia masih punya “api” di dalam dirinya, atau sudah kehilangan naluri pembunuh yang dulu membuatnya ditakuti.
Di atas kertas, Joshua menang unanimous decision (UD) dengan skor yang cukup meyakinkan. Namun, performanya malam itu menuai banyak perdebatan. Sebagian penggemar memuji kesabarannya, kedewasaan taktik, dan cara ia mengontrol jarak dengan jab panjangnya. Namun sebagian lainnya menilai AJ tampak terlalu berhati-hati — seolah masih dibayangi trauma kekalahan dari Usyk. Tidak ada KO, tidak ada ledakan khas Anthony Joshua yang dulu membuat lawan gentar.
Meski begitu, kemenangan atas Franklin tetap penting. Itu menjadi langkah pertama dalam membangun kembali kepercayaan diri setelah masa sulit. Joshua sempat berkata seusai laga, “Saya butuh kemenangan ini untuk kembali mengenal diri saya sendiri. Ini bukan tentang membuktikan apa pun kepada dunia, tapi tentang membuktikan kepada diri saya bahwa saya masih bisa menang.
Joshua vs Robert Helenius: Ledakan KO yang Mengembalikan Gairah Lama.

Empat bulan setelah kemenangan angka atas Jermain Franklin, Anthony Joshua kembali naik ring pada 12 Agustus 2023 di The O2 Arena, London. Lawannya kali ini adalah Robert Helenius, petinju veteran asal Finlandia yang menjadi pengganti dadakan setelah Dillian Whyte gagal tampil akibat masalah doping.
Meski duel ini digelar mendadak, antusiasme publik tetap tinggi. Banyak yang menganggap laga ini sebagai ujian kedua bagi Joshua — apakah ia masih memiliki killer instinct yang dulu menakutkan dunia? Dan malam itu, AJ menjawabnya dengan cara paling eksplosif.
Setelah enam ronde yang relatif hati-hati, Joshua tiba-tiba melepaskan pukulan kanan lurus telak di ronde ke-7 yang membuat Helenius jatuh terkapar dan tak mampu bangkit. Itu adalah momen yang seolah membangkitkan kembali “Anthony Joshua lama” — dingin, cepat, dan mematikan.
KO brutal tersebut langsung menjadi viral di media sosial. Sorak penonton menggema di seluruh arena, sementara Joshua hanya berjalan tenang ke sudut ring tanpa selebrasi berlebihan. “Saya tidak mau terbawa emosi, ini hanyalah langkah kecil menuju tujuan besar,” ujarnya dalam wawancara seusai laga.
Kemenangan ini sempat memunculkan kembali optimisme bahwa Joshua benar-benar siap untuk kembali ke puncak. Para penggemar mulai berharap duel besar melawan Deontay Wilder bisa segera terealisasi, dan media Inggris menulis headline: “Joshua is back!”
Joshua vs Otto Wallin: Dominasi Total di Malam Penebusan.

Masih dalam misi membangun kembali kejayaan, Anthony Joshua menutup tahun 2023 dengan duel prestisius di Kingdom Arena, Riyadh, Arab Saudi, pada 23 Desember 2023. Lawannya adalah petinju asal Swedia, Otto Wallin, sosok tangguh yang pernah memberi perlawanan sengit kepada Tyson Fury pada 2019. Banyak yang menilai laga ini sebagai ujian serius untuk mengukur sejauh mana kebangkitan Joshua setelah dua kemenangan sebelumnya.
Sejak bel berbunyi, Joshua tampil berbeda. Ia tidak sekadar berhati-hati seperti saat melawan Franklin, juga tidak terlalu menunggu momen seperti kontra Helenius. Kali ini, AJ tampil agresif, tajam, dan penuh percaya diri. Jab-nya menusuk presisi, kombinasi pukulannya cepat, dan pergerakannya lebih ringan dari biasanya. Wallin tampak kewalahan menghadapi tekanan konstan dari Joshua, yang menguasai tempo dari awal hingga akhir.
Pada akhir ronde ke-5, sudut Otto Wallin memutuskan untuk menghentikan pertarungan setelah petinjunya mengalami pembengkakan di wajah dan kehilangan fokus. Hasil resmi: Anthony Joshua menang RTD (referee technical decision) ronde ke-5 — kemenangan dominan yang menjadi salah satu performa terbaiknya dalam beberapa tahun terakhir.
Publik yang menyaksikan di Riyadh memberikan tepuk tangan panjang. Joshua terlihat lega, bahkan sempat tersenyum lebar di tengah ring. “Saya tidak ingin bicara soal masa lalu. Ini adalah era baru,” katanya singkat dalam wawancara seusai pertandingan.
Kemenangan atas Wallin mengembalikan semangat dan kepercayaan diri Joshua. Banyak pengamat menilai bahwa ini adalah penampilan terbaiknya sejak mengalahkan Wladimir Klitschko pada 2017. Bahkan, media Inggris mulai berspekulasi bahwa duel besar dengan Deontay Wilder atau Tyson Fury hanya tinggal menunggu waktu. Namun, takdir berkata lain. Beberapa bulan kemudian, nama Daniel Dubois muncul — dan segalanya berubah.
Anthony Joshua vs Francis Ngannou: Malam di Mana “Sang Predator” Takluk di Dunia Tinju

Tanggal 8 Maret 2024 menjadi salah satu malam paling ramai dalam sejarah tinju modern. Di Kingdom Arena, Riyadh, Arab Saudi, dua sosok dari dunia berbeda bertemu dalam satu ring — Anthony Joshua, mantan juara dunia tinju kelas berat dua kali, berhadapan dengan Francis Ngannou, legenda UFC yang baru saja menyeberang ke dunia tinju profesional.
Ngannou datang membawa reputasi besar. Ia adalah mantan juara dunia kelas berat UFC, dikenal memiliki salah satu pukulan paling keras dalam sejarah olahraga tarung. Setelah debut impresif melawan Tyson Fury pada 2023 — meski kalah angka tipis — banyak yang percaya bahwa Ngannou benar-benar bisa menjadi ancaman serius bagi para petinju papan atas. Pertemuan dengan Joshua pun menjadi ajang pembuktian: apakah petarung MMA benar-benar mampu bersaing di ranah tinju murni?
Namun malam itu membuktikan bahwa dunia tinju masih milik para petinju sejati.
Sejak bel pertama berbunyi, Anthony Joshua tampil luar biasa fokus. Tidak ada rasa gugup, tidak ada overconfidence — hanya ketenangan dan presisi tinggi. AJ langsung memanfaatkan kecepatan tangan dan akurasi pukulannya untuk menjaga jarak. Di ronde pertama, satu straight right keras menembus pertahanan Ngannou, menjatuhkannya ke kanvas untuk pertama kali. Penonton di Riyadh bergemuruh, sementara Joshua tetap tenang, menunggu momen berikutnya.
Memasuki ronde kedua, Joshua semakin percaya diri. Ia membaca pola gerakan Ngannou yang cenderung lambat dan terbuka setiap kali masuk jarak dekat. Lalu datanglah kombinasi maut: jab kiri – kanan lurus – hook kanan keras yang membuat Ngannou terjatuh lagi. Sang mantan juara UFC mencoba bangkit, tapi tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Tak lama kemudian, Joshua melepaskan satu pukulan kanan telak yang membuat Ngannou roboh untuk ketiga kalinya. Wasit pun segera menghentikan laga.
KO ronde ke-2. Anthony Joshua menang spektakuler.
Malam itu, Kingdom Arena bergemuruh. Joshua yang selama ini dianggap kehilangan “insting pembunuhnya” membuktikan bahwa dirinya masih bisa tampil mematikan. Kemenangan ini bukan hanya tentang menumbangkan Ngannou, tetapi juga tentang merebut kembali rasa hormat yang sempat hilang.
Ngannou sendiri menerima kekalahan dengan lapang dada. “Joshua petinju sejati, dan saya belajar banyak malam ini,” katanya usai pertandingan. Sementara Joshua, yang tampak lebih dewasa dan kalem dibanding masa lalunya, hanya berkata singkat: “Saya menghormati Ngannou. Tapi ini adalah dunia saya.”
Kemenangan ini menjadi tiga kemenangan beruntun bagi Joshua setelah Franklin dan Wallin. Media Inggris menyebutnya sebagai “Joshua Renaissance” — era kebangkitan sang mantan raja. Banyak yang percaya AJ benar-benar siap menantang kembali sabuk juara dunia di akhir 2024. Namun, hanya beberapa bulan setelah euforia besar itu, semuanya berubah drastis. Nama Daniel Dubois muncul sebagai tantangan berikutnya — dan sejarah kembali berulang dengan cara yang paling mengejutkan.
Apakah Ini Akhir dari Era Anthony Joshua?
Pertanyaan besar itu kini menggantung di benak para penggemar tinju dunia: apakah ini akhir dari Anthony Joshua? Setelah kekalahan pahit dari Daniel Dubois dan masa vakum panjang lebih dari satu tahun, sosok yang dulu dianggap simbol kekuatan dan harapan tinju Inggris kini tampak berada di persimpangan jalan kariernya.
Joshua bukan lagi petinju muda yang lapar akan pembuktian seperti di tahun 2017 ketika menumbangkan Wladimir Klitschko di Wembley. Ia kini memasuki fase baru—fase di mana setiap keputusan bisa menentukan apakah namanya akan tetap dikenang sejajar dengan legenda seperti Lennox Lewis, atau perlahan memudar dari peta persaingan kelas berat.
Namun, satu hal yang tak bisa diabaikan adalah mental baja yang dimiliki AJ. Dalam banyak momen sulit, ia selalu menunjukkan bahwa dirinya bukan sekadar petinju bertubuh atletis, tapi juga seorang profesional sejati. Ia tahu bagaimana menanggung tekanan, bagaimana menghadapi sorotan media, dan bagaimana tetap berdiri meski dunia meragukannya.
Bagi sebagian pengamat, masa vakum Joshua justru menjadi pertanda bahwa ia sedang mengumpulkan energi terakhir untuk satu gebrakan besar. Banyak rumor beredar bahwa AJ akan kembali dengan semangat baru, mungkin di bawah pelatih berbeda, mungkin dengan gaya bertarung yang lebih adaptif. Apa pun bentuk comeback-nya nanti, Joshua masih memiliki daya tarik besar di dunia tinju.
Dan jika memang ini adalah akhir, maka Anthony Joshua akan pergi bukan sebagai pecundang, melainkan sebagai sosok yang pernah menghidupkan kembali gairah tinju Inggris di era modern. Dari stadion penuh sorak-sorai hingga keheningan setelah kekalahan, perjalanan AJ adalah bukti bahwa bahkan raksasa pun bisa rapuh — tapi hanya sedikit yang mampu bangkit lagi setelah jatuh.
“Anthony Joshua mungkin telah jatuh, tapi sejarah belum menutup halaman terakhirnya.”
#AnthonyJoshua #TinjuDunia #PetinjuInggris #KelasBerat #DanielDubois #FrancisNgannou #Boxing2025 #BeritaTinju #Comeback #JoshuaVsDubois










Pingback: Damian Knyba: Raksasa 201 cm Siap Guncang Kelas Berat