Para Raja Kelas Berat Bertukar Tahta (2015–2025)

Para Raja Kelas Berat Bertukar Tahta (2015–2025)

Selama satu dekade terakhir, dunia tinju kelas berat kembali hidup dengan aroma persaingan yang membara. Era 2015–2025 menjadi saksi bagaimana sabuk juara dunia berpindah tangan dari satu raksasa ke raksasa lain. Setelah bertahun-tahun didominasi oleh nama besar seperti Wladimir Klitschko, dunia tinju memasuki babak baru ketika muncul generasi petarung tangguh yang menolak tunduk pada sejarah.

Nama-nama seperti Tyson Fury, Anthony Joshua, Deontay Wilder, Andy Ruiz Jr., Oleksandr Usyk silih berganti mencicipi puncak kejayaan. Setiap perebutan gelar berubah menjadi kisah penuh drama—tentang kejatuhan, kebangkitan, dan ambisi untuk menjadi “The Undisputed Champion” sejati.

Dari pertarungan epik di London dan New York, hingga duel panas di Arab Saudi, perjalanan para raja kelas berat ini bukan sekadar soal kekuatan fisik, tapi juga soal mental baja dan strategi di atas ring. Inilah dekade penuh kejutan di mana tak ada yang benar-benar aman di puncak.

Artikel ini akan menelusuri bagaimana tahta kelas berat berpindah dari tangan ke tangan sepanjang 2015 hingga 2025—siapa yang naik, siapa yang jatuh, dan siapa yang benar-benar layak disebut “raja terakhir”.

Lihat disini versi videonya:

Daftar isi

1.Wladimir Klitschko: Penguasa Terakhir Era Lama.

wladimir klitschko penguasa era lama

Selama lebih dari satu dekade, nama Wladimir Klitschko identik dengan dominasi mutlak di kelas berat. Petinju asal Ukraina ini bukan hanya juara dunia, tapi juga simbol kestabilan dan kedisiplinan dalam dunia tinju modern. Dengan tinggi badan 198 cm, jab tajam, serta teknik yang nyaris tanpa celah, Klitschko menjadi benteng tak tertembus bagi siapa pun yang berani menantangnya.

Sejak merebut kembali sabuk juara IBF dari Chris Byrd pada tahun 2006, Wladimir perlahan mengumpulkan seluruh gelar utama — WBA, IBF, WBO, dan IBO — menjadikannya raja absolut di divisi paling bergengsi. Antara 2006 hingga 2015, ia mempertahankan gelarnya sebanyak 18 kali berturut-turut, sebuah pencapaian luar biasa di era modern.

Lawannya silih berganti datang dan tumbang: dari David Haye, Alexander Povetkin, hingga Kubrat Pulev — semuanya gagal memecahkan pertahanannya. Di bawah bimbingan pelatih legendaris Emanuel Steward (dan kemudian Johnathon Banks), Klitschko menjadi mesin tinju yang efisien, mematikan, namun juga sering dianggap terlalu aman dan membosankan oleh sebagian penggemar.

Namun di balik dominasinya, muncul bisikan bahwa era “Klitschko Brothers” mulai menua. Vitali sudah pensiun, dan Wladimir tampak kehilangan agresivitas yang dulu menakutkan. Dunia tinju menunggu kapan sang penguasa akhirnya akan tumbang — dan pada tahun 2015, momen itu benar-benar datang.

BACA JUGA: Daftar para petinju terkenal yang menjadi mualaf


2.Tyson Fury:Menumbangkan Sang Legenda.

Tanggal 28 November 2015, di Düsseldorf, Jerman, menjadi malam bersejarah yang mengubah peta tinju kelas berat. Di hadapan ribuan penonton, Tyson Fury, petinju asal Inggris dengan tinggi 206 cm dan gaya eksentrik, menantang sang juara bertahan Wladimir Klitschko untuk perebutan sabuk WBA (Super), IBF, WBO, dan IBO.

wladimir klitschko vs tyson fury
credit:HBO Boxing

Banyak yang menganggap Fury hanya bahan lelucon. Ia sering tampil nyeleneh, bernyanyi saat konferensi pers, dan berbicara seenaknya. Tapi di atas ring malam itu, Fury menunjukkan sesuatu yang berbeda: kecerdikan taktis dan pergerakan luar biasa untuk ukuran petinju seberat 115 kilogram.

Klitschko yang biasanya mendikte lawan dengan jab panjang justru dibuat frustrasi. Fury menari, menunduk, menghindar, dan terus menggoda tanpa henti. Ia tak memberikan ritme yang diinginkan Wladimir. Hingga 12 ronde berlalu, sang juara tua tidak pernah benar-benar menemukan cara menembus pertahanan lawan.

Ketika bel akhir berbunyi, hasilnya mengejutkan dunia: Tyson Fury menang angka mutlak (unanimous decision) dan merebut seluruh sabuk juara. Dunia tinju geger. Untuk pertama kalinya sejak era Lennox Lewis, sabuk kelas berat berpindah tangan ke petinju asal Inggris.

tyson fury rampas gelar wladimir
credit:HBO Boxing

Namun kemenangan besar itu justru menjadi awal dari perjalanan paling berliku dalam karier Fury. Tekanan mental, depresi berat, hingga penyalahgunaan alkohol membuatnya kehilangan arah. IBF bahkan mencabut gelar juaranya hanya beberapa hari setelah kemenangan karena ia menolak pertarungan wajib melawan Vyacheslav Glazkov. Dalam hitungan bulan, semua sabuk yang direbut dengan susah payah hilang — bukan karena kalah di ring, tapi karena kekacauan di luar ring.

Era Klitschko pun resmi berakhir, dan dunia tinju kelas berat memasuki masa kekacauan baru. Tak ada penguasa tunggal, hanya bayang-bayang pertanyaan: siapa yang layak menjadi raja berikutnya?

3.Sabuk IBF Lowong: Glazkov vs Charles Martin (2016).

frank martin vs vyacheslav glazkov 2016

Setelah Tyson Fury menumbangkan Wladimir Klitschko, dunia tinju kelas berat justru terjun ke masa kekosongan. Fury tenggelam dalam depresi dan skandal, membuat seluruh sabuk juara yang ia menangkan akhirnya dicabut satu per satu. Yang pertama lepas adalah sabuk IBF, yang kemudian diperebutkan oleh dua nama yang jauh dari sorotan besar: Charles Martin asal Amerika Serikat dan Vyacheslav Glazkov dari Ukraina.

Duel berlangsung pada 16 Januari 2016 di Barclays Center, Brooklyn, New York. Banyak penggemar yang melihat pertarungan ini sebagai “transisi” — bukan antara dua legenda, melainkan antara dua petinju yang sedang menanti momentum besar.

Namun, nasib berkata lain. Di ronde ketiga, Glazkov mengalami cedera lutut parah setelah salah pijak saat mundur dari serangan Martin. Ia tak mampu melanjutkan pertarungan, dan wasit menghentikan laga. Charles Martin pun dinyatakan menang TKO dan resmi menjadi juara dunia kelas berat IBF.

Meski secara teknis sah menjadi juara, kemenangan Martin dianggap hambar oleh banyak pihak. Tak ada duel epik, tak ada KO spektakuler. Hanya kebetulan dan nasib buruk lawan. Publik menilai gelar itu belum benar-benar “miliknya”. Tapi keberuntungan tetap berpihak padanya — sampai seorang raksasa muda asal Inggris bernama Anthony Joshua datang menantang.

4.Anthony Joshua: Kebangkitan Era Baru Inggris.

Setelah sabuk IBF lepas dari genggaman Tyson Fury dan berpindah ke tangan Charles Martin lewat kemenangan “setengah kebetulan” atas Glazkov, dunia tinju menatap ke Inggris. Di sana, seorang bintang baru sedang bersinar terang — Anthony Joshua, peraih medali emas Olimpiade London 2012 yang tak terkalahkan sejak debut profesionalnya.

Joshua, dengan tubuh seperti pahatan baja dan gaya bertarung agresif, telah mengumpulkan 15 kemenangan beruntun semuanya lewat KO brutal. Publik Inggris menaruh harapan besar padanya untuk membawa kembali kejayaan kelas berat ke tanah Britania Raya, setelah sempat diserahkan pada Tyson Fury yang kemudian tenggelam dalam kontroversi.

Ketika IBF menunjuk Charles Martin sebagai juara bertahan, promotor segera menyusun rencana: Martin vs Joshua, perebutan sabuk dunia yang akan digelar pada 9 April 2016 di O2 Arena, London. Martin datang sebagai juara, tapi Joshua datang sebagai pahlawan nasional.

anthony joshua vs charles martin
credit:Anthony joshua/youtube

Duel Singkat, Dominasi Total.

Sejak ronde pertama, perbedaan kelas sudah terlihat jelas. Joshua tampil dengan kepercayaan diri tinggi, menjaga jarak dengan jab cepat, lalu melepaskan kombinasi keras yang membuat Martin tidak bisa membaca arah serangan. Petinju Amerika itu mencoba bermain aman, tapi langkahnya kaku dan reaksinya lambat.

Pada ronde kedua, Joshua melepaskan straight kanan sempurna yang mendarat telak di rahang Martin. Sang juara terjatuh dan berusaha bangkit, namun ekspresinya menunjukkan kebingungan total. Tak lama kemudian, Joshua kembali menghantam dengan pukulan serupa — hasilnya sama: Martin tumbang untuk kedua kalinya.

Wasit menghitung hingga sepuluh. Anthony Joshua menang KO ronde kedua dan resmi menjadi juara dunia IBF. Inggris kembali memiliki raja baru di kelas berat, kali ini dengan gaya yang memukau dan daya jual luar biasa.

Sorak sorai 20 ribu penonton di O2 Arena menandai kelahiran era baru. Joshua bukan hanya juara dunia, tapi juga simbol harapan baru bagi dunia tinju Inggris pasca kejatuhan Fury. Dalam waktu singkat, ia menjadi bintang global — kontrak besar, sponsor mewah, dan citra sempurna di luar ring membuatnya cepat menjelma menjadi ikon olahraga modern.

5.WBO Lowong: Joseph Parker vs Andy Ruiz jr.

Sementara Anthony Joshua mulai menancapkan kekuasaan di jalur IBF, satu sabuk lain yang sempat dimiliki Tyson Fury juga ikut terlepas — sabuk WBO. Ketika Fury kehilangan gelarnya karena masalah pribadi dan tidak aktif bertanding, organisasi WBO memutuskan untuk mengosongkan gelar tersebut dan menggelar laga perebutan antara dua penantang tertinggi peringkat dunia saat itu: Joseph Parker dari Selandia Baru dan Andy Ruiz Jr. dari Amerika Serikat.

Pertarungan ini digelar pada 10 Desember 2016 di Vector Arena, Auckland, Selandia Baru. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, negara kecil di Pasifik itu menjadi pusat perhatian dunia tinju. Parker datang dengan rekor 21-0 (18 KO), petinju muda dengan gaya cepat, disiplin, dan jab yang rapi. Sedangkan Ruiz Jr., dengan tubuh gemuk namun refleks tajam, dikenal sebagai petinju Meksiko-Amerika dengan tangan secepat kelas menengah.


Duel Ketat dan Seimbang

Sejak ronde pertama, keduanya menunjukkan kualitas elite. Parker mencoba mengontrol jarak dengan jab kiri panjang, sementara Ruiz terus menekan dan melepaskan kombinasi cepat di jarak dekat. Meski tampak kelebihan berat badan, Ruiz memperlihatkan kelincahan luar biasa dan sering kali membuat Parker mundur.

Namun Parker lebih efektif menjaga ritme dan mampu mencuri ronde-ronde penting dengan akurasi pukulan yang lebih bersih. Ruiz bertarung dengan hati, menekan tanpa henti, tapi sering kali kehilangan poin karena kurangnya variasi serangan dari luar jarak.

Setelah 12 ronde penuh ketegangan, hasil akhir diumumkan: Joseph Parker menang angka mayoritas (115–113, 115–113, 114–114) dan resmi menjadi juara dunia kelas berat WBO.

joseph parker juara pertama dari selandia baru
credit:HBO Boxing

Juara Dunia Pertama dari Selandia Baru.

Kemenangan ini menandai sejarah besar — Joseph Parker menjadi petinju pertama asal Selandia Baru yang merebut sabuk juara dunia kelas berat. Negeri kecil itu seketika meledak dalam kebanggaan. Parker tampil sebagai sosok sopan, tenang, dan profesional — kontras dengan kehebohan yang biasa terjadi di kelas berat.

Meski gelarnya sah, sebagian pengamat menilai kemenangan itu “kurang meyakinkan.” Banyak yang merasa duel begitu tipis, bahkan beberapa media Amerika memberi skor imbang atau sedikit unggul untuk Ruiz Jr. Namun secara resmi, Parker adalah juara baru, dan sabuk WBO kini punya pemilik sah.

Tak butuh waktu lama, Parker pun mulai dikaitkan dengan Anthony Joshua — sang penguasa IBF dari Inggris — untuk potensi unifikasi di masa depan. Tapi sebelum itu, ia harus mempertahankan gelarnya melawan penantang lain seperti Hughie Fury (sepupu Tyson Fury) pada tahun berikutnya.

Sementara itu, Andy Ruiz Jr., meski kalah tipis, tak pernah benar-benar hilang dari radar. Ia terus berlatih, menunggu kesempatan besar berikutnya — yang beberapa tahun kemudian akan datang dengan cara paling mengejutkan dalam sejarah kelas berat.

6.Anthony Joshua vs Wladimir Klitschko: Pertempuran Dua Generasi.

Setelah merebut sabuk IBF dari Charles Martin dan mempertahankannya dengan mudah, Anthony Joshua siap naik ke level berikutnya. Publik Inggris haus akan pertarungan besar, dan dunia tinju menuntut ujian sejati bagi sang juara muda.
Jawabannya datang dari sosok legendaris yang pernah menguasai dunia selama lebih dari satu dekade — Wladimir Klitschko, petinju Ukraina yang kini berusia 41 tahun namun masih lapar akan kejayaan.

Pertarungan ini digelar di Stadion Wembley, London, pada 29 April 2017, disaksikan langsung oleh lebih dari 90 ribu penonton, menjadikannya salah satu laga terbesar dalam sejarah tinju modern. Sabuk IBF dan WBA (Super) dipertaruhkan — dua gelar yang bisa membawa Joshua selangkah lebih dekat menuju status “raja sesungguhnya.”


Awal yang Taktis, Lalu Meledak.

Ronde-ronde awal berjalan hati-hati. Joshua tampil agresif namun tetap waspada, sementara Klitschko bermain dengan pengalaman, menggunakan jab panjang untuk mengatur tempo. Namun memasuki ronde kelima, pertandingan berubah menjadi drama luar biasa.

Joshua melepaskan kombinasi keras yang membuat Klitschko terjatuh untuk pertama kalinya sejak 2004. Stadion bergemuruh. Namun bukannya menyerah, sang legenda justru bangkit dengan marah. Di ronde keenam, giliran Klitschko membalas. Sebuah straight kanan telak menghantam dagu Joshua dan membuat sang juara muda tersungkur ke kanvas untuk pertama kalinya dalam kariernya.

Suasana berubah tegang. Joshua kelelahan, wajahnya mulai bengkak, dan Klitschko tampak siap menulis babak baru dalam kisah kebangkitannya. Tapi seperti juara sejati, Joshua menolak menyerah. Ia bertahan, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang balik.


Ronde ke-11 yang Legendaris.

Ronde ke-11 menjadi titik klimaks. Setelah ronde-ronde penuh tensi, Joshua kembali menemukan tenaga. Ia menekan Klitschko tanpa henti, melepaskan uppercut kanan sempurna yang menghentak dunia. Klitschko terpental ke belakang seperti tersambar petir — pukulan itu kini dikenang sebagai salah satu uppercut terbaik dalam sejarah kelas berat.

Joshua tidak membuang waktu. Ia menghujani Klitschko dengan kombinasi keras hingga sang legenda dua kali jatuh. Wasit akhirnya menghentikan pertarungan. Anthony Joshua menang TKO ronde ke-11 dan secara resmi menjadi juara dunia dua sabuk — IBF dan WBA (Super).

anthony joshua menang TKO atas wladimir klitschko
credit:Dazn/youtube

Pergeseran Tahta Resmi Terjadi.

Kemenangan monumental itu bukan sekadar penambahan sabuk. Malam itu, dunia tinju menyaksikan pergeseran kekuasaan dari era lama yang dikuasai Wladimir Klitschko menuju era baru yang dipimpin oleh Anthony Joshua.
Joshua berdiri di atas ring Wembley dengan dua sabuk di bahunya, darah di wajahnya, dan senyum penuh kebanggaan. Ia telah membuktikan diri bukan hanya sebagai juara baru, tapi juga pewaris sah tahta kelas berat.

Klitschko, dengan jiwa besar, memuji Joshua setelah pertarungan dan tak pernah kembali bertarung. Ia pensiun dengan hormat — menutup era panjang kejayaan keluarga Klitschko, dan memberi jalan bagi generasi baru untuk berkuasa.

7.unifikasi Besar: Anthony Joshua vs Joseph Parker.

Setelah menumbangkan Wladimir Klitschko dan menjadi juara dunia IBF serta WBA (Super), Anthony Joshua berada di puncak popularitasnya. Publik Inggris menyebutnya “The People’s Champion” — simbol kejayaan baru di kelas berat. Tapi bagi Joshua, memiliki dua sabuk belum cukup. Ia mengincar unifikasi sejati, dan target pertamanya adalah sang juara WBO asal Selandia Baru: Joseph Parker.

Pertarungan ini diumumkan untuk digelar pada 31 Maret 2018 di Principality Stadium, Cardiff, Wales. Dengan kapasitas lebih dari 80.000 penonton, arena itu berubah menjadi lautan merah-putih-biru bendera Inggris dan Selandia Baru.
Dua juara dunia muda, sama-sama tak terkalahkan, bertarung demi kehormatan dan penyatuan sabuk.


Parker: Juara Sopan dari Selandia Baru.

Joseph Parker datang dengan reputasi luar biasa: cepat, disiplin, dan cerdas di atas ring. Ia mempertahankan sabuk WBO melawan Andy Ruiz Jr. dan Hughie Fury dengan kemenangan angka.
Namun menghadapi Anthony Joshua berarti menghadapi mesin tinju paling kuat di dunia saat itu — petinju yang memadukan otot baja dengan teknik olimpiade dan insting pembunuh alami.

Parker tampil percaya diri. Ia bahkan sempat berkata dalam konferensi pers:

“Saya tidak datang ke Inggris untuk kalah. Saya datang untuk membuat sejarah.”

Namun begitu bel berbunyi, Joshua membuktikan bahwa ia bukan hanya bintang iklan, melainkan raksasa dengan IQ tinju tinggi.


Pertarungan Taktis, Tidak Ada KO.

Berbeda dari gaya agresif Joshua sebelumnya, pertarungan melawan Parker berlangsung hati-hati dan penuh perhitungan. Joshua lebih memilih bermain aman dengan jab kiri yang konstan, menjaga jarak, dan mengontrol kecepatan laga.
Parker beberapa kali mencoba menembus pertahanan dengan kombinasi cepat, tapi setiap kali mendekat, wasit kerap memisahkan mereka — membuat ritme Parker terganggu.

Hasilnya, laga berlangsung tanpa drama knockdown atau adu brutal seperti saat Joshua melawan Klitschko. Setelah 12 ronde penuh kecermatan, Anthony Joshua menang angka mutlak (118–110, 118–110, 119–109) dan menambah sabuk WBO ke dalam koleksinya.

Dengan kemenangan itu, Joshua resmi menjadi juara dunia tiga sabuk (WBA, IBF, WBO) — menyisakan hanya satu gelar lagi, WBC, yang masih dipegang oleh petinju Amerika, Deontay Wilder.

anthony joshua menang atas joseph parker
credit:Anthony joshua/youtube

Tiga Sabuk di Bahu, Dunia di Tangan.

Joshua kini memegang hampir seluruh tahta kelas berat dunia.
Inggris merayakan kemenangan besar itu, dan dunia tinju mulai berandai-andai tentang duel yang bisa menyatukan semuanya: Anthony Joshua vs Deontay Wilder, perebutan gelar Undisputed Champion yang belum pernah terjadi sejak era Lennox Lewis.

Namun negosiasi dengan Wilder tidak pernah tuntas. Persoalan uang, lokasi, dan kontrak siaran membuat kesepakatan tertunda. Sementara Joshua terus melangkah, menghadapi penantang wajib seperti Alexander Povetkin, dan kemudian bersiap untuk laga yang tampak mudah di atas kertas — namun justru mengubah hidupnya selamanya: Andy Ruiz Jr., mantan lawannya Parker, yang datang sebagai pengganti mendadak untuk Jarrell Miller pada pertengahan 2019.

8.Kejutan Dunia: Anthony Joshua vs Andy Ruiz Jr.

Setelah menaklukkan Joseph Parker dan menjadi pemegang tiga sabuk dunia (WBA, IBF, WBO), Anthony Joshua tampak berada di jalur sempurna menuju status Undisputed Champion. Dengan ketenaran global dan rekor sempurna 22–0 (21 KO), Joshua menjadi wajah baru tinju dunia — muda, karismatik, disiplin, dan seolah tanpa kelemahan.

Namun pada pertengahan 2019, segalanya berubah dalam sekejap.
Pertarungan debutnya di Amerika Serikat, yang semula dijadwalkan melawan Jarrell Miller, mendadak berantakan setelah Miller gagal tes doping. Dalam waktu kurang dari dua bulan, promotor Eddie Hearn mencari pengganti — dan muncullah nama yang tak disangka: Andy Ruiz Jr., petinju bertubuh bulat dari California, dengan wajah ramah dan tubuh jauh dari gambaran atlet kelas berat ideal.

Banyak yang menertawakan keputusan ini. Di mata publik, Ruiz hanyalah pengisi sementara — lawan mudah bagi sang superstar. Namun pada malam 1 Juni 2019, di Madison Square Garden, New York, dunia menyaksikan sejarah yang tak akan pernah terlupakan.


Awal Tenang, Lalu Badai Menggila.

Joshua tampil percaya diri. Di ronde ketiga, ia menjatuhkan Ruiz dengan hook kiri keras. Semua orang mengira pertarungan akan segera selesai. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.
Beberapa detik setelah bangkit, Ruiz membalas dengan kombinasi cepat — kiri-kanan beruntun yang mendarat telak di kepala Joshua. Untuk pertama kalinya dalam kariernya, Joshua terjatuh dan kehilangan keseimbangan.

Arena terdiam, kemudian meledak. Ruiz, dengan refleks luar biasa, terus menekan. Sisa ronde itu menjadi mimpi buruk bagi Joshua, yang tampak kebingungan menghadapi kecepatan tangan lawannya.


Joshua Tak Kuasa, Ruiz Mengamuk.

Ronde demi ronde berjalan seperti mimpi buruk bagi juara bertahan. Ruiz, dengan gaya khas Meksiko-Amerika, menekan tanpa henti, menukar pukulan di jarak dekat, dan menghukum Joshua setiap kali ia mencoba bangkit.
Pada ronde ketujuh, serangkaian kombinasi cepat dari Ruiz membuat Joshua kembali terjatuh dua kali. Ia berdiri di sudut ring, menggigit pelindung mulutnya, dan menatap wasit dengan tatapan kosong.

Wasit Mike Griffin menanyakan apakah ia masih ingin melanjutkan. Joshua tidak menjawab dengan tegas.
Wasit pun menghentikan laga. Andy Ruiz Jr. menang TKO ronde ke-7 — sebuah kejutan terbesar dalam sejarah kelas berat modern.

andy ruiz menang TKO atas joshua
credit:Dazn/youtube

Dari Pengganti Jadi Raja Dunia.

Ruiz Jr. langsung mencetak sejarah:

  • Petinju pertama keturunan Meksiko yang menjadi juara dunia kelas berat.
  • Petinju dengan perawakan paling tidak konvensional yang mampu mengalahkan sosok berotot sempurna seperti Joshua.
  • Dan kemenangan itu datang sebagai underdog dengan peluang 1 banding 25.

Publik dunia terkejut, sementara media menyebutnya “The Miracle at Madison Square Garden.” Joshua kehilangan tiga sabuknya (WBA, IBF, WBO) dalam satu malam, dan reputasinya yang sempurna hancur.

Ruiz, di sisi lain, berubah menjadi selebriti instan. Ia menghadiri acara TV, pesta mewah, dan mengangkat tinggi sabuk juaranya sambil berkata:

“Mimpi orang gendut juga bisa jadi nyata.”

9.Clash on the Dunes: Anthony Joshua vs Andy Ruiz Jr. II

Enam bulan setelah kekalahan paling mengejutkan dalam kariernya, Anthony Joshua kembali naik ring untuk merebut apa yang pernah menjadi miliknya — sabuk WBA (Super), IBF, WBO, dan IBO.
Kali ini bukan di Amerika atau Inggris, melainkan di lokasi yang tak terduga: Diriyah, Arab Saudi. Pemerintah setempat membangun arena terbuka megah di tengah gurun hanya untuk pertarungan ini.
Duel itu diberi tajuk “Clash on the Dunes”, simbol dari bentrokan dua takdir yang sangat berbeda: sang juara yang jatuh ingin bangkit, melawan sang underdog yang menolak kembali ke bawah.


Perubahan Total: Joshua yang Baru.

Anthony Joshua tahu, jika kalah lagi, kariernya bisa berakhir. Maka ia datang ke Arab Saudi bukan dengan otot yang lebih besar, tapi dengan pikiran yang lebih tajam. Ia mengubah pendekatannya sepenuhnya.
Alih-alih bermain agresif seperti biasanya, Joshua bertransformasi menjadi petinju yang lebih taktis — mirip gaya Wladimir Klitschko di masa keemasannya. Fokus pada jab, pergerakan kaki, dan pertahanan jarak jauh.

Sementara itu, Andy Ruiz Jr. datang dalam kondisi jauh berbeda dari pertarungan pertama. Setelah menjadi juara dunia, Ruiz menikmati kehidupan glamor: pesta, makanan berlimpah, dan sorotan kamera. Bobot tubuhnya naik drastis lebih dari 7 kilogram.
Banyak penggemar Meksiko kecewa, khawatir sang juara baru kehilangan fokus.


Duel yang Dikuasai Sepenuhnya oleh Joshua.

Sejak ronde pertama, perbedaan strategi langsung terasa. Joshua bermain disiplin, menggunakan jab kiri panjang untuk menjaga jarak, dan bergerak memutari ring tanpa memberi Ruiz kesempatan untuk masuk ke jarak dekat.
Ruiz mencoba menekan, tapi setiap kali mendekat, ia dihukum dengan kombinasi cepat dan langkah mundur Joshua yang efisien.

Tidak ada adegan dramatis seperti di Madison Square Garden. Kali ini, Joshua mengontrol sepenuhnya — tenang, fokus, dan nyaris tanpa kesalahan.
Ronde demi ronde berjalan dengan pola yang sama: Joshua memukul lalu menjauh, memanfaatkan keunggulan tinggi badan dan jangkauan tangan. Ruiz frustrasi, tak mampu memotong jarak.

Setelah 12 ronde, hasilnya tak lagi mengejutkan:
Anthony Joshua menang angka mutlak (118–110, 118–110, 119–109) dan resmi merebut kembali seluruh sabuknya.

anthony joshua kembali rebut gelarnya
credit:Dazn/youtube

Dari Kekalahan ke Penebusan.

Kemenangan ini menandai salah satu kebangkitan terbesar dalam sejarah tinju kelas berat modern.
Joshua membuktikan bahwa ia bukan sekadar pemukul kuat, tapi juga petinju cerdas dengan kemampuan beradaptasi luar biasa.
Dalam wawancara usai pertarungan, Joshua berkata dengan rendah hati:

“Saya tidak berjuang untuk membalas dendam. Saya berjuang untuk menebus diri saya.”

Bagi Andy Ruiz Jr., kekalahan ini menjadi pelajaran pahit. Ia mengakui bahwa kurang disiplin dan berat badan berlebih membuatnya tak bisa tampil maksimal. Ia berjanji untuk kembali lebih serius, tapi momentum sudah terlewat.


Kembali ke Puncak Dunia.

Dengan kemenangan ini, Anthony Joshua kembali menjadi juara dunia tiga sabuk (WBA, IBF, WBO) dan menegaskan posisinya sebagai salah satu raja sejati kelas berat.
Namun meski ia kembali ke puncak, dunia tinju tahu ancaman baru sedang menanti.
Di sisi lain Atlantik, seorang monster asal Alabama tengah menebar ketakutan dengan pukulan kanan yang bisa mematikan siapa pun — Deontay Wilder, juara WBC tak terkalahkan.

Dan tak jauh setelah itu, bayangan lain mulai muncul — petinju flamboyan yang sempat hilang dari dunia tinju, kini kembali dengan tekad untuk merebut kembali tahtanya: Tyson Fury.

Era berikutnya akan mempertemukan tiga nama besar: Joshua, Wilder, dan Fury — sebuah rivalitas yang akan mengguncang dunia tinju dari 2020 hingga 2025.

10.Trilogi Wilder vs Fury: Kebangkitan Sang Raja dari Kegelapan.

deontay wilder vs tyson fury 3
credit:PBC/youtube

Setelah Anthony Joshua menguasai sabuk WBA, IBF, dan WBO, dunia tinju menoleh ke satu sabuk tersisa: WBC, yang selama bertahun-tahun dikuasai oleh Deontay “The Bronze Bomber” Wilder.
Wilder dikenal dengan kekuatan pukulan kanan yang luar biasa — lebih dari 40 kemenangan, hampir semuanya lewat KO. Ia dianggap sebagai petinju paling menakutkan di planet ini.
Namun di saat dunia melihat Wilder sebagai penguasa tunggal, sosok misterius dari Inggris kembali bangkit dari keterpurukan: Tyson Fury, sang mantan juara dunia yang dulu merebut tahta dari Wladimir Klitschko.

Setelah bertahun-tahun berjuang melawan depresi, alkohol, dan berat badan berlebih, Fury akhirnya kembali ke ring pada 2018. Dunia awalnya meragukannya. Tapi ia membuktikan bahwa dirinya belum habis — dan menantang sang raja WBC.


Pertarungan Pertama (1 Desember 2018 – Los Angeles).

“The Resurrection”

Duel pertama antara Deontay Wilder vs Tyson Fury digelar di Staples Center, Los Angeles. Wilder datang sebagai favorit mutlak, sementara Fury dianggap gila karena menantang terlalu cepat setelah lama absen.

Namun yang terjadi di atas ring benar-benar tak terduga. Fury tampil taktis, menggunakan gerakan kepala, kecepatan, dan kelincahan luar biasa untuk menghindari pukulan Wilder.
Sepanjang ronde, ia membuat Wilder frustrasi. Tapi drama sesungguhnya terjadi di ronde ke-12, ketika Wilder mendaratkan kombinasi kanan-kiri yang membuat Fury tergeletak tak bergerak.

Penonton mengira pertarungan selesai. Namun seperti adegan dari film, Fury bangkit di hitungan ke-9 — seolah terlahir kembali. Ia bahkan menekan Wilder di akhir ronde!
Pertarungan berakhir imbang (draw), hasil yang kontroversial tapi menegaskan satu hal: Tyson Fury benar-benar kembali.


Pertarungan Kedua (22 Februari 2020 – Las Vegas).

“The Gypsy King Dethrones the Bronze Bomber”

Setelah hasil imbang pertama, keduanya sepakat rematch. Kali ini, Fury berjanji: “Saya tak akan meninggalkannya ke tangan juri. Saya akan menghentikan Wilder.”

Dan benar saja — Fury tampil luar biasa. Ia datang dengan bobot lebih berat dan gaya agresif baru di bawah pelatih SugarHill Steward. Sejak ronde pertama, Fury menekan tanpa henti.
Wilder tampak tak siap menghadapi tekanan balik Fury. Di ronde ketiga, Fury menjatuhkannya dengan hook kanan keras. Darah mengalir dari telinga Wilder, tanda drum telinganya pecah.

Ronde demi ronde berjalan satu arah. Wilder kewalahan, kehilangan keseimbangan, dan terlihat kelelahan. Hingga akhirnya di ronde ke-7, sudut Wilder melempar handuk.
Tyson Fury menang TKO, dan resmi menjadi juara dunia WBC kelas berat.

Ia tidak hanya merebut sabuk — ia merebut kembali kehormatan dan kejayaan yang dulu hilang. Dunia tinju bersorak: The Gypsy King is back.


Pertarungan Ketiga (9 Oktober 2021 – Las Vegas).

“The Final War”

Meskipun kalah telak di laga kedua, Deontay Wilder menolak menyerah. Ia menuduh Fury curang, mengganti pelatih, dan bersumpah akan “mengubur Fury hidup-hidup”.
Fury menyambut dengan tenang: “Saya akan membuatnya percaya bahwa mimpi buruknya nyata.”

Pertarungan ketiga ini menjadi salah satu laga terbaik dalam sejarah tinju kelas berat modern. Dari ronde pertama, kedua petinju langsung baku hantam brutal.
Fury menjatuhkan Wilder di ronde ketiga, tapi Wilder membalas dengan dua knockdown di ronde keempat — penonton Las Vegas bergemuruh.

Namun Fury tetap tenang, memanfaatkan stamina dan teknik lebih baik. Di ronde ke-10, ia kembali menjatuhkan Wilder, dan akhirnya di ronde ke-11, Fury mendaratkan uppercut telak yang mengakhiri segalanya.
Tyson Fury menang KO spektakuler.

Dunia sepakat: ini adalah salah satu trilogi terbesar sepanjang masa, sejajar dengan Ali vs Frazier dan Holyfield vs Bowe.


Fury di Puncak Dunia.

Dengan kemenangan ini, Tyson Fury menjadi raja sejati sabuk WBC, tak terkalahkan, dan makin kuat secara mental maupun teknik.
Ia mengalahkan Wilder tiga kali tanpa benar-benar dikalahkan, membuktikan diri sebagai petinju paling lengkap dan cerdas di generasinya.

Kini dunia hanya menunggu satu hal: pertarungan penyatuan sabuk (Undisputed) antara Fury dan pemegang tiga sabuk lainnya — Anthony Joshua.
Namun sebelum duel itu terwujud, drama baru menanti: Joshua akan kehilangan tahtanya pada sosok petinju yang sama sekali berbeda gaya — seorang maestro teknik dari Ukraina bernama Oleksandr Usyk.

11.Anthony Joshua vs Oleksandr Usyk I

Ketika Kecerdasan Menaklukkan Kekuatan

Setelah berhasil merebut kembali sabuknya dari Andy Ruiz Jr., Anthony Joshua tampak kembali di jalur kejayaan. Ia mempertahankan sabuk WBA (Super), IBF, WBO, dan IBO, serta mulai membidik pertarungan impian melawan Tyson Fury untuk penyatuan gelar dunia.
Namun sebelum duel megah itu terwujud, muncul sosok berbahaya dari Ukraina — Oleksandr Usyk, mantan juara dunia tak terbantahkan di kelas cruiserweight (200 lbs) yang naik ke kelas berat tanpa kekalahan.

Banyak yang meragukan Usyk. Ia dianggap terlalu kecil, terlalu halus untuk menandingi kekuatan Joshua. Tapi bagi mereka yang mengenal gaya bertarungnya, Usyk bukan petinju biasa. Ia adalah ilmuwan ring, petinju dengan kecerdasan luar biasa, permainan kaki lincah, dan sudut serangan yang nyaris mustahil diprediksi.


Pertarungan: Ketika Raksasa Dihipnotis oleh Gerakan Kecil.

Duel digelar di hadapan lebih dari 65 ribu penonton di Tottenham Hotspur Stadium, London. Joshua tampil percaya diri di depan publiknya, sementara Usyk datang dengan ekspresi tenang seperti sedang berlatih biasa.
Namun begitu bel ronde pertama berbunyi, semuanya berubah.

Usyk langsung mengatur tempo dengan jab kiri cepat, bergerak ke samping, dan membuat Joshua kesulitan membaca arah serangan. Setiap kali Joshua mencoba menekan, Usyk sudah berpindah posisi, memotong sudut, dan membalas dengan kombinasi cepat.
Dalam waktu singkat, sang juara dunia tampak kebingungan.

Ronde demi ronde berjalan dalam pola yang sama — Usyk menari di sekitar Joshua, memukul lalu menghilang. Sementara Joshua, meski sesekali mengenai tubuh lawan, gagal menemukan momentum besar.
Wajahnya mulai menunjukkan frustrasi, sementara Usyk semakin nyaman memainkan tempo.


Ronde Akhir: Serangan Kilat dari Sang Maestro.

Memasuki ronde ke-10, Joshua mulai kelelahan. Usyk yang masih segar justru menaikkan tempo. Ia menyerang dengan kombinasi tajam dari berbagai sudut, memukul wajah Joshua berkali-kali tanpa balasan berarti.
Ronde ke-12 menjadi puncak dominasi Usyk — Joshua benar-benar terpojok di tali ring, wajahnya bengkak, dan hanya bertahan dari badai pukulan yang datang tanpa henti.

Ketika bel terakhir berbunyi, penonton berdiri. Mereka tahu telah menyaksikan sesuatu yang istimewa — sebuah pelajaran tinju sejati.

Hasil akhir:
Oleksandr Usyk menang angka mutlak (117–112, 116–112, 115–113).

usyk merampas gelar joshua
credit:Dazn/youtube

Ia menjadi juara dunia kelas berat baru (WBA, IBF, WBO, IBO), sekaligus menorehkan sejarah sebagai petinju keempat yang menjadi Undisputed di dua divisi berbeda setelah Evander Holyfield, Bernard Hopkins, dan Terence Crawford.


Dari Keraguan Menjadi Kekaguman.

Kemenangan Usyk bukan hanya soal teknik, tapi juga mental. Ia datang sebagai penantang di negeri lawan, menghadapi petinju jauh lebih besar, dan menaklukkannya dengan strategi brilian.
Joshua, meski kalah, tetap sportif dan memuji lawannya:

“Usyk luar biasa. Malam ini dia lebih baik. Saya harus kembali belajar.”

Sementara Usyk, dengan rendah hati, hanya berkata:

“Saya ingin pulang dan melihat anak-anak saya. Pertarungan ini untuk Ukraina.”


Dunia Berubah Arah.

Kemenangan ini mengguncang seluruh dunia tinju. Joshua, sang bintang global, kembali kehilangan tahtanya. Sementara Oleksandr Usyk muncul sebagai ancaman serius bagi siapa pun di divisi kelas berat.
Para pengamat menyebutnya sebagai “The Thinking Man’s Fighter” — petinju yang mengandalkan otak, bukan sekadar otot.

Namun Joshua tak tinggal diam. Ia langsung mengaktifkan klausul rematch, bertekad merebut kembali sabuk-sabuknya.
Duel kedua mereka pun diumumkan — Joshua vs Usyk II, kali ini di tanah netral: Arab Saudi.

Dan di sinilah, bab berikutnya dari saga “Para Raja Kelas Berat Bertukar Tahta” dimulai lagi.

12.Oleksandr Usyk vs Anthony Joshua II.

Judgment Day di Tanah Gurun: Ketika Sang Maestro Kembali Mengajar Dunia

Setelah kekalahan di London pada 2021, Anthony Joshua menatap pertarungan ulang dengan tekad membara. Ia mengganti pelatihnya, dari Rob McCracken ke Robert Garcia, berharap strategi baru bisa membalikkan keadaan.
Sementara itu, Oleksandr Usyk menghadapi ujian jauh lebih besar di luar ring — perang melanda tanah kelahirannya, Ukraina. Ia sempat meninggalkan tinju untuk bergabung dengan pasukan pertahanan. Dunia mengira ia tak akan bertarung lagi dalam waktu lama.

Namun dengan semangat nasionalisme yang tinggi, Usyk kembali ke ring dengan satu tujuan: mengibarkan bendera Ukraina di puncak dunia.


Latar Pertarungan: Duel Kehormatan.

Arena pertarungan dipilih di King Abdullah Sports City, Jeddah, Arab Saudi — lokasi yang sama ketika Joshua dulu menebus kekalahan dari Andy Ruiz Jr.
Panitia menamai pertarungan ini “Rage on the Red Sea” — amarah di Laut Merah — simbol dari dua jiwa yang ingin menuntaskan urusan yang belum selesai.

Bagi Joshua, ini bukan sekadar pertarungan sabuk, tapi pertarungan untuk menyelamatkan kariernya. Bagi Usyk, ini tentang harga diri bangsa yang tengah berperang.


Awal Pertarungan: Joshua Lebih Fokus, Usyk Tetap Tenang.

Sejak ronde pertama, terlihat Joshua tampil jauh lebih disiplin dibanding laga pertama. Ia lebih sabar, menggunakan jab ke tubuh, mencoba menekan Usyk dengan kekuatan fisiknya.
Namun Usyk tetap menjadi dirinya — tenang, lincah, cerdas. Ia membaca setiap gerakan Joshua seperti buku terbuka. Setiap kali Joshua mendekat, Usyk sudah berpindah posisi dan membalas dengan kombinasi cepat.

Ronde demi ronde berlangsung sengit. Kali ini, Joshua tidak kehilangan fokus, tapi setiap keunggulannya hanya bertahan sebentar. Usyk selalu menemukan cara untuk mengambil alih momentum.


Ronde 9: Harapan yang Hampir Menyala.

Di ronde ke-9, Joshua menemukan momentumnya. Ia menghantam tubuh Usyk dengan kombinasi keras, membuat juara asal Ukraina itu sedikit goyah. Penonton di Jeddah berteriak histeris.
Joshua menekan tanpa henti, mencoba mengubah jalannya pertarungan seperti yang pernah dilakukan Lennox Lewis di masa lalu.

Namun Usyk menunjukkan ketangguhan sejati. Ia bertahan, bertahan, lalu membalas dengan performa luar biasa di ronde 10 dan 11 — melontarkan kombinasi cepat yang membuat Joshua kembali pasif.


Ronde 12: Usyk Menutup dengan Brilian.

Ronde terakhir adalah mahakarya. Usyk tampil dengan kecepatan luar biasa, mendaratkan pukulan bersih bertubi-tubi ke wajah Joshua. Sementara Joshua berusaha mengejar, tetapi langkahnya semakin berat.
Ketika bel terakhir berbunyi, Usyk mengangkat tangannya tinggi — ia tahu, kemenangan itu miliknya.

Skor resmi juri:
115–113 Joshua, 115–113 Usyk, 116–112 Usyk.
Dengan keputusan split decision, Oleksandr Usyk tetap juara dunia kelas berat WBA (Super), IBF, WBO, dan IBO.

usyk pertahankan gelar nya atas joshua
credit:Dazn/youtube

Air Mata dan Keheningan

Setelah keputusan diumumkan, Anthony Joshua menunjukkan emosi luar biasa. Ia sempat melempar sabuk ke luar ring, lalu berbicara panjang di mikrofon dengan nada kecewa dan frustrasi.
Namun beberapa saat kemudian, ia menghampiri Usyk dan berkata dengan penuh hormat:

“Kau petinju luar biasa. Aku menghormati perjuanganmu dan negaramu.”

Usyk, sambil menahan air mata, mengangkat bendera Ukraina dan berkata:

“Pertarungan ini bukan hanya untukku, tapi untuk rakyatku yang sedang berjuang di rumah.”

Malam itu, Usyk bukan hanya juara dunia — ia menjadi simbol keberanian dan keteguhan jiwa Ukraina.


Era Baru: Usyk Menatap Takhta Sejati

Dengan kemenangan ini, Oleksandr Usyk meneguhkan dirinya sebagai penguasa mutlak tiga sabuk dunia.
Hanya tinggal satu sabuk lagi — WBC milik Tyson Fury — yang memisahkannya dari status Undisputed Champion of the World, gelar tertinggi dalam sejarah tinju modern.

Publik pun mulai menanti duel yang akan menentukan segalanya:
Oleksandr Usyk vs Tyson Fury — dua gaya yang berlawanan, dua kepribadian besar, dan dua takdir yang siap bertabrakan.

13.Oleksandr Usyk vs Tyson Fury I.

Pertarungan Abad Ini: Lahirnya Sang Juara Sejati Kelas Berat Dunia

Selama hampir satu dekade, dunia tinju kelas berat terpecah.
Anthony Joshua menguasai tiga sabuk, Tyson Fury memegang sabuk WBC, dan Oleksandr Usyk datang dari kelas cruiserweight untuk menantang raksasa-raksasa itu.
Namun baru pada tahun 2024, semua sabuk akhirnya dipertaruhkan dalam satu ring — dalam duel yang disebut banyak orang sebagai “Fight of the Century”, perebutan status Undisputed Heavyweight Champion of the World.

Lokasinya pun megah: Kingdom Arena, Riyadh, Arab Saudi, di bawah cahaya ribuan lampu dan perhatian jutaan pasang mata di seluruh dunia.
Pertarungan ini mempertemukan dua dunia:

  • Tyson Fury, raksasa setinggi 206 cm, flamboyan, dan memiliki gaya licin serta tak terduga.
  • Oleksandr Usyk, 191 cm, jauh lebih kecil tapi jenius dalam membaca arah serangan dan memainkan tempo.

Keduanya sama-sama tak terkalahkan. Tak ada tempat untuk sembunyi. Tak ada alasan lagi.


Awal Pertarungan: Catur Manusia di Atas Ring.

Begitu bel ronde pertama berbunyi, tensi langsung terasa. Fury membuka laga dengan jab kiri panjang, berusaha menjaga jarak dan mendominasi secara fisik.
Namun Usyk cepat beradaptasi. Ia menutup jarak, memanfaatkan kelincahan kakinya untuk memotong sudut, dan menyentuh wajah Fury dengan pukulan cepat yang sulit terbaca.

Fury tertawa di ronde-ronde awal, mencoba mengintimidasi, bahkan sempat berteriak ke arah Usyk. Tapi berbeda dengan petinju lain, Usyk tidak bereaksi. Ia hanya fokus, membaca ritme, seperti ilmuwan yang sedang menganalisis eksperimen.

Menjelang ronde kelima, Fury mulai menemukan ritme dengan jab-jab efektif dan uppercut dari jarak dekat. Beberapa kali Usyk mundur, wajahnya mulai memerah akibat benturan.
Namun seperti biasa — Usyk tidak pernah panik. Ia menunggu momen.


Ronde ke-8 dan 9: Titik Balik Sejarah.

Di ronde kedelapan, Fury mulai merasa percaya diri. Ia bahkan sempat mengejek Usyk dengan menjulurkan lidah, tanda bahwa ia merasa unggul. Tapi justru di sinilah bencana datang.

Memasuki ronde ke-9, Usyk mengubah strategi. Ia menekan Fury dengan kecepatan tinggi, melontarkan kombinasi kiri-kanan yang sangat akurat.
Sebuah hook kiri keras menghantam rahang Fury, membuat sang raksasa limbung. Usyk tak berhenti — ia mengejar, melepaskan rentetan pukulan ke kepala dan tubuh.

Fury terpukul hebat, mundur ke tali ring, dan hanya bisa bertahan. Wasit nyaris menghentikan laga ketika Fury terombang-ambing, hampir jatuh sepenuhnya.
Itu adalah salah satu ronde paling dominan dalam sejarah tinju kelas berat modern.

Bel berbunyi menyelamatkan Fury, tapi semua orang tahu: momentum sudah berpindah tangan.


Ronde Akhir: Usyk Menuntaskan Misi.

Di ronde ke-10 dan 11, Fury berusaha bangkit, tapi Usyk tetap disiplin. Ia tidak terburu-buru mengejar KO, melainkan menjaga tempo dengan presisi luar biasa.
Setiap kali Fury mencoba menyerang, Usyk memotong langkahnya dan membalas dengan pukulan bersih.

Ketika bel ronde ke-12 berbunyi, kedua petinju saling berpelukan. Mereka tahu telah menulis sejarah.
Namun ketika hasil diumumkan, dunia pun bersorak:

oleksandr usyk juara tak terbantahkan
credit:Ther ring/youtube

🟦 Oleksandr Usyk menang angka terpisah (split decision)
115–112, 114–113 untuk Usyk, 114–113 untuk Fury.

Usyk menang — dan resmi menjadi Undisputed Heavyweight Champion of the World.


Emosi, Air Mata, dan Penghormatan.

Begitu pengumuman selesai, Usyk meneteskan air mata. Ia menunduk, lalu berlutut di tengah ring, mencium sarung tangannya.
“Untuk Ukraina,” katanya lirih.

Tyson Fury, meski kecewa, tetap menunjukkan sportivitas. Ia mengangkat tangan Usyk dan berkata,

“Kau petarung luar biasa. Malam ini, kau pantas menjadi juara.”

Pertarungan itu menandai akhir dari satu dekade perebutan tahta kelas berat (2015–2025) — dari runtuhnya Wladimir Klitschko, munculnya Fury, Joshua, Wilder, hingga akhirnya ditutup oleh kejeniusan seorang pria dari Ukraina yang menaklukkan semuanya.


Makna Sejarah: Raja Sejati Kelas Berat.

Dengan kemenangan ini, Oleksandr Usyk menjadi:
✅ Petinju pertama dalam sejarah modern yang Undisputed di dua divisi (Cruiserweight & Heavyweight).
✅ Petinju pertama sejak Lennox Lewis (1999) yang memegang semua sabuk besar (WBA, WBC, IBF, WBO).
✅ Simbol bahwa teknik, kecerdasan, dan disiplin bisa menaklukkan ukuran dan kekuatan.

Dari awalnya dianggap terlalu kecil, terlalu halus, hingga akhirnya menaklukkan monster terbesar di dunia tinju — kisah Usyk adalah legenda sejati.

14.Penentuan Takhta Sejati: Oleksandr Usyk vs Tyson Fury II.

Setelah pertarungan pertama mereka pada Mei 2024 yang dimenangkan Usyk lewat keputusan terpisah — menjadikannya Undisputed Heavyweight Champion pertama di era empat sabuk (WBA, WBC, IBF, WBO) — dunia tinju bergemuruh.
Namun hasil itu menyisakan kontroversi. Sebagian fans Fury menilai “The Gypsy King” layak menang, sementara kubu Usyk menegaskan kemenangan itu sudah jelas berdasarkan statistik dan dominasi ronde akhir.
Ketegangan pun meningkat. Hanya dalam hitungan bulan, kedua kubu sepakat untuk menggelar rematch di tempat yang sama: Kingdom Arena, Riyadh, Arab Saudi, tanggal 21 Februari 2025 — sebuah duel yang dijanjikan menjadi penentuan sesungguhnya.


Fury Datang dengan Janji Balas Dendam.

Tyson Fury datang dengan ambisi membalas kekalahan. Ia menurunkan berat badan, memperbaiki kecepatan, dan mengganti sebagian tim latihannya.
Dalam konferensi pers, Fury dengan gaya khasnya berkata lantang:

“Aku akan membongkar teka-teki Ukraina itu. Kali ini, tak akan ada keputusan juri. Aku akan membuatnya menyerah di tengah ring!”

Namun Oleksandr Usyk bukan tipe petinju yang bisa diprovokasi. Dengan wajah tenang dan tatapan dingin, ia menjawab singkat:

“Kamu bisa bicara sepanjang hari, tapi di ring hanya ada satu kebenaran: pukulan dan kaki yang bekerja.”


Ronde Awal: Fury Lebih Tajam, Tapi Usyk Tetap Misterius.

Begitu bel ronde pertama berbunyi, Fury tampil lebih aktif daripada laga pertama. Ia memanfaatkan tinggi badan dan jangkauan panjang untuk menjaga jarak. Jab kiri Fury mendarat berkali-kali, dan di ronde ke-3, ia bahkan sempat menggoyahkan keseimbangan Usyk dengan uppercut pendek.

Namun seperti biasa, Usyk bermain dengan ritme matematis. Ia membaca pola Fury, mengukur langkah, dan perlahan menyesuaikan strategi. Mulai ronde ke-5, pertarungan berubah arah — kaki Usyk bergerak lebih cepat, kombinasi tiga pukulan masuk bersih, dan Fury mulai kehilangan presisi.


Ronde Tengah: Kejeniusan Usyk Muncul.

Di ronde ke-7, momentum sepenuhnya berpindah ke tangan Usyk. Ia menekan Fury ke tali ring, menyerang dengan pukulan beruntun ke arah tubuh dan dagu.
Ronde ke-8 bahkan hampir menjadi salinan duel pertama — Fury kembali goyah setelah terkena kombinasi kiri-kanan-kiri khas Usyk, dan hanya diselamatkan oleh bel penutup ronde.

Fury berusaha bangkit, tapi kelelahan mulai tampak. Berat badannya yang tetap lebih besar membuatnya sulit mengikuti tempo tinggi yang dipaksakan Usyk.


Ronde Akhir: Dominasi Total Sang Maestro.

Dua ronde terakhir menjadi bukti kenapa Oleksandr Usyk dijuluki “The Master of Movement”. Ia tidak hanya menyerang, tapi mengendalikan waktu dan jarak seolah punya kendali atas gravitasi.
Fury, walau terus berjuang, tak lagi mampu mengejar.

Ketika bel terakhir berbunyi, penonton di Riyadh berdiri dan memberikan tepuk tangan panjang. Keduanya menunjukkan hati juara sejati — tapi hanya satu yang bisa bertahan di puncak tahta.


Usyk Tetap Tak Tertandingi.

Hasil resmi diumumkan:
Oleksandr Usyk menang angka (117–111, 116–112, 118–110) dan berhasil mempertahankan seluruh sabuk dunia — WBA, WBC, IBF, WBO, dan The Ring.
Dengan kemenangan ini, ia tidak hanya menyapu bersih era 2020-an, tetapi juga menegaskan dirinya sebagai Raja Kelas Berat Tak Terbantahkan, penerus sejati dari nama-nama besar seperti Lennox Lewis, Muhammad Ali, dan Evander Holyfield.

usyk mempertahankan gelar nya atas fury
credit:Dazn/youtube

Akhir dari Satu Dekade Pergulatan Tahta.

Dari kejatuhan Wladimir Klitschko di tangan Tyson Fury pada 2015, hingga dominasi akhir Oleksandr Usyk di tahun 2025, dunia tinju telah menyaksikan satu dekade penuh revolusi.
Tahta berpindah tangan dari Fury ke Joshua, dari Joshua ke Ruiz, kembali ke Joshua, lalu ke Usyk — sebelum akhirnya disegel dengan megah oleh pria Ukraina itu.

Dan mungkin, untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, dunia benar-benar sepakat:

“Oleksandr Usyk bukan hanya juara dunia. Ia adalah simbol kesempurnaan — teknis, disiplin, dan ketenangan di tengah badai.”

Satu dekade terakhir dalam dunia tinju kelas berat adalah perjalanan penuh kejutan, drama, dan kebangkitan yang tak pernah berhenti.
Dari kejatuhan dinasti Wladimir Klitschko di tangan Tyson Fury pada 2015, hingga puncak kejayaan Oleksandr Usyk pada 2025 — dunia tinju menyaksikan sirkulasi kekuasaan paling dinamis dalam sejarah modern.

Setiap juara membawa warna dan cerita masing-masing.

  • Tyson Fury datang dengan kepribadian flamboyan dan kejeniusan tak terduga, menggulingkan raja lama dan menulis babak baru.
  • Anthony Joshua membangkitkan kejayaan Inggris, menampilkan kekuatan dan disiplin khas seorang atlet olimpiade.
  • Andy Ruiz Jr. mengajarkan dunia bahwa tubuh bukan segalanya — bahwa tekad bisa menjatuhkan gunung yang tampak mustahil.
  • Dan akhirnya, Oleksandr Usyk, sang maestro dari Ukraina, menyempurnakan semuanya dengan harmoni teknik, kecerdasan, dan ketenangan yang membuatnya menjadi Undisputed Champion sejati di era empat sabuk.

Dalam sepuluh tahun ini, tahta kelas berat telah berpindah tangan berkali-kali — namun setiap transisi meninggalkan pelajaran penting:
bahwa di atas ring, tidak ada raja yang abadi.
Kemenangan hanya milik mereka yang mampu beradaptasi, menjaga mentalitas, dan menguasai seni bertarung seutuhnya.

Kini, ketika debu pertempuran di Riyadh mereda dan sabuk-sabuk juara bersinar di pundak Oleksandr Usyk, dunia tahu bahwa siklus telah mencapai ujungnya.
Sepuluh tahun, lima juara dunia, puluhan duel bersejarah — semuanya mengarah pada satu kesimpulan besar:

Era 2015–2025 adalah masa keemasan baru tinju kelas berat.
Sebuah dekade yang membuktikan bahwa kejayaan bukan hanya tentang kekuatan pukulan, tapi juga tentang karakter, strategi, dan jiwa juara sejati.

Dan entah siapa yang akan datang berikutnya, satu hal pasti — ketika sejarah menulis tentang para raja yang bertukar tahta, nama-nama seperti Fury, Joshua, dan Usyk akan terukir abadi di halaman paling gemilang dalam kisah tinju dunia.

#TinjuDunia #KelasBerat #AnthonyJoshua #TysonFury #OleksandrUsyk #AndyRuizJr #WladimirKlitschko #SejarahTinju #UndisputedChampion #BoxingHistory

1 komentar untuk “Para Raja Kelas Berat Bertukar Tahta (2015–2025)”

  1. Pingback: 5 Petinju yang Tak Tumbang KO di Tangan Mike Tyson

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top