Dalam dunia tinju modern yang dipenuhi bintang flamboyan dan juara berlidah tajam, muncul satu nama yang menonjol bukan karena kata-katanya, melainkan karena kepalan tinjunya yang mematikan — Gervonta “Tank” Davis. Petinju asal Baltimore, Amerika Serikat ini dikenal sebagai “perusak rekor tak terkalahkan,” sebab setiap kali melangkah ke atas ring, hampir selalu ada karier lawan yang runtuh setelahnya. Dengan kekuatan eksplosif, refleks cepat, dan insting membunuh khas predator, Davis telah menjelma menjadi salah satu petinju paling ditakuti di era ini.
Tak hanya memukau lewat gaya bertarungnya yang agresif dan penuh tenaga, Gervonta juga menjadi simbol baru bagi generasi muda tinju: berani, percaya diri, dan tak gentar menghadapi siapa pun. Ia tak sekadar menang — ia menghancurkan. Dari divisi super featherweight hingga lightweight, hampir semua petinju yang mencoba menantangnya akhirnya harus pulang dengan rekor ternoda.
Namun, di balik julukan “Tank” yang identik dengan kehancuran, tersimpan kisah perjuangan, ambisi, dan kontroversi yang membuat perjalanan Gervonta Davis jauh lebih kompleks dari sekadar angka kemenangan. Si anak jalanan dari Baltimore itu kini berdiri di puncak dunia tinju — dan setiap kali ia melangkah ke ring, dunia tahu satu hal pasti: akan ada korban berikutnya.
Korban ke-1: Jose Pedraza – Awal dari Era “Tank”.

Tanggal 14 Januari 2017 akan selalu tercatat dalam sejarah tinju dunia sebagai hari lahirnya era baru — era milik Gervonta “Tank” Davis. Saat itu, Davis masih dianggap petinju muda penuh potensi, namun belum benar-benar diuji oleh lawan sekelas juara dunia. Lawannya malam itu bukan sembarangan orang: Jose Pedraza, petinju tak terkalahkan asal Puerto Rico dengan rekor sempurna 22-0 (12 KO), sekaligus pemegang sabuk dunia IBF kelas bulu super yang telah ia genggam sejak Juni 2015.
Pertarungan berlangsung di Barclays Center, Brooklyn, di bawah sorotan cahaya yang tajam dan atmosfer yang mendidih. Pedraza datang dengan keyakinan sebagai juara bertahan, seorang petinju teknis yang cerdas dan percaya diri. Tapi malam itu, ia berhadapan dengan sesuatu yang berbeda — bukan sekadar penantang muda, melainkan kekuatan destruktif yang sedang lahir.
Sejak ronde pertama, Davis langsung menunjukkan naluri pemburu sejati. Ia menutup jarak dengan cepat, memotong sudut ring, dan menghujani Pedraza dengan kombinasi pukulan kiri-kanan yang akurat. Pedraza mencoba bertahan dengan teknik dan gerakan kaki, namun “Tank” terus menekan tanpa memberi ruang bernapas.
Puncaknya datang di ronde ketujuh. Davis memojokkan Pedraza ke tali ring, dan dalam sekejap, meluncurkan kombinasi maut — hook kiri keras menghantam rahang, diikuti rentetan pukulan cepat yang membuat juara bertahan itu terjatuh di pojok ring. Wasit pun tak punya pilihan selain menghentikan laga. TKO ronde ke-7 untuk Gervonta Davis.

Dalam satu malam, dunia tinju menyaksikan lahirnya monster baru. Davis bukan hanya merebut sabuk IBF milik Pedraza, tapi juga merampas rekor tak terkalahkannya dengan cara brutal. Sejak saat itu, satu per satu nama besar mulai waspada — karena “Tank” telah mulai beroperasi.
Korban Ke-2: Liam Walsh – Misi Penghancuran di London.

Setelah menaklukkan Jose Pedraza dan merebut sabuk IBF kelas bulu super, Gervonta Davis tidak membutuhkan waktu lama untuk membuktikan bahwa kemenangannya bukan kebetulan. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya bukan juara “seumur jagung”. Maka, pada 20 Mei 2017, “Tank” berangkat ke Copper Box Arena, London, menghadapi penantang wajib asal Inggris, Liam Walsh, yang juga belum pernah terkalahkan dengan rekor impresif 21-0 (14 KO).
Atmosfer malam itu begitu intens. Penonton Inggris yang terkenal fanatik memenuhi arena dengan sorakan keras untuk mendukung jagoan mereka. Tapi Davis datang tanpa gentar. Di matanya, sabuk IBF yang baru ia genggam bukanlah beban — melainkan simbol kekuatan yang harus dipertahankan dengan darah dan pukulan.
Sejak bel pertama dibunyikan, Davis langsung menunjukkan aura seorang predator. Ia menekan Walsh dengan kecepatan luar biasa, memaksa lawan mundur sambil mencari ruang aman yang tak pernah ia dapatkan. Davis membaca gerakan Walsh dengan presisi menakutkan; setiap kali petinju Inggris itu mencoba menyerang, pukulan balasan keras dari Davis langsung mendarat sebagai hukuman.
Puncak kehancuran datang di ronde ketiga. Sebuah kombinasi brutal — uppercut kiri yang menghentak diikuti hook kanan telak — membuat Walsh goyah. Dalam hitungan detik, Davis mengirimkan rentetan pukulan yang memaksa wasit menghentikan pertarungan. TKO ronde ke-3, dan penonton Inggris terdiam menyaksikan juara mereka tumbang di kandang sendiri.

Kemenangan ini tidak hanya memperpanjang rekor tak terkalahkan Davis menjadi 18-0 (17 KO),Dua petinju dengan rekor bersih sudah ia hancurkan berturut-turut — dan dunia mulai memahami bahwa Davis bukan sekadar juara baru, melainkan kekuatan baru yang sedang membentuk dinasti kehancuran.
BACA JUGA: Prediksi duel Gervonta davis vs jake paul
Korban Ke-3: Francisco Fonseca – Malam Kontroversi di Las Vegas.
Hanya tiga bulan setelah menaklukkan Liam Walsh, Gervonta “Tank” Davis kembali naik ring dalam ajang megah yang penuh sorotan. Tanggal 26 Agustus 2017, di T-Mobile Arena, Las Vegas, Davis tampil dalam partai pendukung super fight antara Floyd Mayweather vs Conor McGregor — sebuah panggung global yang disaksikan jutaan mata di seluruh dunia. Lawannya kali ini adalah petinju muda asal Kosta Rika yang juga belum pernah terkalahkan, Francisco Fonseca, pemilik rekor 19-0-1 (13 KO).
Namun, duel ini diwarnai drama sebelum bel pertama dibunyikan. Davis kehilangan gelar IBF super featherweight sehari sebelumnya setelah gagal menurunkan berat badan. Sabuk juara pun dinyatakan lowong, dan hanya Fonseca yang berhak merebutnya jika menang. Meski begitu, Davis tidak tampak terguncang sedikit pun. Bagi “Tank”, sabuk hanyalah simbol — kemenangan dan kehancuran lawan adalah hal utama.
Saat pertarungan dimulai, Davis tampil penuh percaya diri, bahkan cenderung bermain-main. Ia mengandalkan refleks cepat dan kekuatan eksplosif khasnya, sementara Fonseca mencoba bertahan dengan jab panjang dan gerakan kaki. Meski petinju Kosta Rika itu berusaha disiplin, tekanan Davis terlalu berat untuk ditahan.
Di ronde kedelapan, semuanya berakhir. Davis menemukan celah, lalu melepaskan pukulan kanan pendek yang telak menghantam bagian belakang kepala Fonseca ketika lawan berusaha menunduk. Fonseca terjatuh dan tak mampu bangkit, membuat wasit langsung menghentikan laga. KO ronde ke-8 untuk Gervonta Davis.

Meski kemenangan ini sempat menuai kontroversi karena posisi pukulan yang dianggap “marginal”, Davis tetap menunjukkan bahwa kekuatannya tak bisa diperdebatkan. Ia mungkin kehilangan sabuk di timbangan, tetapi di atas ring, ia tetap raja penghancur rekor sempurna. Francisco Fonseca menjadi korban ketiga, dan catatan tak terkalahkan “Tank” terus berlanjut — dengan reputasi yang makin menakutkan.
Korban Ke-4: Mario Barrios – Loncat Kelas, Loncat Kekuatan.
Empat tahun setelah menghancurkan Francisco Fonseca, Gervonta “Tank” Davis sudah bukan lagi sekadar bintang muda. Ia telah menjelma menjadi magnet besar di dunia tinju — petinju yang tak hanya menjual pertarungan, tapi juga menebar ketakutan. Namun pada 26 Juni 2021, Davis mengambil risiko besar: naik dua divisi ke kelas ringan super (140 lbs) untuk menantang juara dunia WBA Regular, Mario “El Azteca” Barrios, yang kala itu tak terkalahkan dengan rekor 26-0 (17 KO).
Pertarungan berlangsung di State Farm Arena, Atlanta, dan sejak awal publik mempertanyakan keputusan Davis. Barrios jauh lebih tinggi, dengan jangkauan lebih panjang dan kekuatan yang juga berbahaya. Namun, “Tank” menjawab semua keraguan dengan gaya khasnya — tenang, penuh keyakinan, dan mematikan.
Ronde demi ronde, Davis tampak mempelajari pola Barrios. Ia menahan diri di awal, membiarkan juara bertahan mengeluarkan serangan, sembari mencari celah untuk melancarkan serangan balik. Kecepatan tangan dan insting timing-nya benar-benar mengagumkan. Lalu, di ronde kedelapan, panggung mulai bergetar.
Sebuah kombinasi kiri-kanan kilat membuat Barrios goyah, dan Davis langsung menghantam dengan pukulan keras ke tubuh yang menjatuhkan sang juara untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, sebuah hook kiri sempurna mengirim Barrios kembali ke kanvas. Meskipun Barrios berhasil bertahan hingga ronde kesebelas, kondisinya semakin menurun. Dan di ronde itu, Davis memastikan segalanya berakhir: satu uppercut keras menghantam rahang, memaksa wasit menghentikan pertarungan. TKO ronde ke-11, dan dunia kembali dikejutkan oleh “Tank” yang kini membuktikan diri bisa menghancurkan siapa pun — bahkan di kelas yang lebih besar.

Dengan kemenangan ini, Mario Barrios menjadi korban tak terkalahkan berikutnya dalam daftar panjang Gervonta Davis. Loncat dua divisi tidak membuat kekuatannya berkurang sedikit pun. Sebaliknya, ia justru menunjukkan bahwa daya rusaknya bisa menembus batas berat badan dan logika tinju.
Korban Ke-5: Rolando Romero – Sombong yang Tumbang di Depan Dunia.

Setelah menaklukkan Mario Barrios dan membuktikan kekuatannya di kelas yang lebih besar, Gervonta “Tank” Davis kembali ke divisi lightweight (135 lbs) pada 28 Mei 2022 untuk menghadapi sesama petinju tak terkalahkan, Rolando “Rolly” Romero, yang membawa rekor 14-0 (12 KO). Pertarungan ini bukan sekadar duel perebutan sabuk WBA Regular Lightweight, tapi juga pertarungan ego — dua pribadi besar dengan gaya bertarung agresif dan lidah yang sama tajamnya.
Sejak konferensi pers pertama, Romero gencar menyerang Davis dengan ejekan dan provokasi. Ia menyebut dirinya lebih kuat, lebih cepat, bahkan mengklaim akan menjatuhkan “Tank” di ronde pertama. Namun, Gervonta menanggapinya dengan senyum sinis khasnya — ekspresi seorang pemburu yang sudah tahu nasib mangsanya.
Malam itu di Barclays Center, Brooklyn, tensi memuncak. Penonton bersorak, sebagian mendukung Davis, sebagian lagi penasaran apakah kesombongan Romero benar-benar akan terbukti. Begitu bel pertama berbunyi, Romero tampil agresif, menekan dengan jab keras dan kombinasi liar. Tapi di balik ketenangan wajah Davis, ada perhitungan dingin. Ia membiarkan Romero menekan, memancingnya masuk ke perangkap.
Lalu datanglah momen yang menentukan di ronde keenam. Romero terlalu percaya diri, melangkah maju tanpa perlindungan cukup. Dalam sepersekian detik, Davis memutar tubuh dan melepaskan pukulan kiri pendek nan mematikan yang mendarat tepat di rahang lawan. Romero terjatuh keras ke tali ring, mencoba berdiri namun kehilangan keseimbangan. Wasit menghentikan laga. TKO ronde ke-6.

Arena pun bergemuruh. Segala kesombongan Romero buyar dalam sekejap. Ia menjadi korban kelima dari daftar panjang petinju tak terkalahkan yang dihancurkan Gervonta Davis — dan mungkin yang paling memalukan, karena semua gertakan sebelum laga justru berbalik menjadi bumerang.
Davis, dengan ekspresi tenang, hanya berkata usai laga:
“Dia bicara terlalu banyak. Sekarang dia tahu siapa yang sebenarnya berbahaya.”
Kemenangan ini mempertegas reputasi Gervonta Davis sebagai petinju paling berbahaya di era modern, seorang penghancur yang tak perlu banyak bicara untuk membuat dunia tahu siapa penguasa sejati di ring tinju.
Korban Ke-6: Héctor Luis García.

Awal tahun 2023 menjadi panggung pembuka bagi babak baru dalam perjalanan brutal Gervonta “Tank” Davis. Pada 7 Januari 2023, di Capital One Arena, Washington D.C., Davis kembali naik ring untuk menghadapi juara dunia asal Republik Dominika, Héctor Luis García, petinju kidal yang juga tak terkalahkan dengan rekor 16-0 (9 KO). Pertarungan ini menjadi ajang pemanasan menjelang duel besar melawan Ryan Garcia yang sudah direncanakan beberapa bulan kemudian — namun Héctor García bukanlah lawan sembarangan.
Sebagai mantan juara dunia kelas super featherweight WBA, Héctor dikenal memiliki teknik tinggi, disiplin, dan mental baja. Banyak pengamat menilai ia bisa memberi perlawanan teknis terhadap Davis. Namun, seperti biasanya, “Tank” datang bukan untuk sekadar menang angka — ia datang untuk menghancurkan.
Sejak ronde pertama, laga berjalan hati-hati. Kedua petinju sama-sama mempelajari gaya lawan. Héctor berusaha mengimbangi dengan jab panjang dan footwork, sementara Davis menunggu momen yang tepat untuk meledak. Atmosfer di arena begitu panas, terutama setelah sempat terjadi keributan kecil di antara penonton pada ronde kedelapan yang membuat laga dihentikan sementara. Namun setelah pertandingan dilanjutkan, “Tank” langsung mengganti suasana.
Di ronde kesembilan, momen kehancuran tiba. Davis melepaskan kombinasi cepat — jab kanan diikuti hook kiri keras yang menghantam sisi kepala García. Seketika, ekspresi petinju Dominika itu berubah. Ia berjalan kembali ke sudutnya setelah ronde usai, namun tak mampu melanjutkan. Ia mengaku tak bisa melihat dengan jelas akibat pukulan Davis yang begitu telak. Wasit pun menghentikan pertarungan. TKO ronde ke-9, kemenangan lagi untuk “Tank”.
Dengan hasil ini, Héctor Luis García menjadi korban keenam dalam daftar petinju tak terkalahkan yang dihancurkan oleh Gervonta Davis. Dunia tinju kembali gempar — bukan hanya karena Davis menang, tapi karena cara ia melakukannya: menutup mata juara dunia berpengalaman dengan satu pukulan presisi yang luar biasa.
Pertarungan ini sekaligus menjadi peringatan keras bagi calon lawan berikutnya. Dan yang menunggu di ujung jalan bukanlah petinju biasa — melainkan Ryan Garcia, sensasi muda dengan popularitas global yang juga tak terkalahkan. Dunia pun bersiap menyaksikan “Tank” melanjutkan misinya: menghancurkan rekor sempurna berikutnya.
Korban Ke-7: Ryan Garcia – Duel Super Bintang.

Setelah menghancurkan Héctor Luis García di awal tahun, Gervonta “Tank” Davis melangkah ke panggung terbesar dalam kariernya. Tanggal 22 April 2023, di T-Mobile Arena, Las Vegas, ia berhadapan dengan sensasi muda asal California, Ryan “KingRy” Garcia, petinju berwajah tampan, cepat, penuh karisma, dan tentu saja — belum pernah terkalahkan dengan rekor 23-0 (19 KO). Pertarungan ini bukan sekadar duel tinju, melainkan benturan dua dunia: kekuatan murni versus kecepatan elegan, jalanan Baltimore melawan kemewahan Los Angeles.
Atmosfer malam itu luar biasa. Penonton dari berbagai negara memenuhi arena, media sosial dipenuhi hype, dan seluruh dunia menunggu siapa yang akan keluar sebagai wajah baru tinju modern. Ryan datang dengan keyakinan tinggi, mengandalkan kecepatan tangan legendarisnya dan jab kiri yang mematikan. Tapi Davis, seperti biasa, tenang — tanpa banyak bicara, hanya senyum tipis dan tatapan tajam yang menandakan: “Aku akan menghancurkanmu.”
Pertarungan dimulai cepat. Ryan membuka dengan serangan agresif, mencoba memanfaatkan kecepatan dan jangkauannya. Namun di ronde kedua, “Tank” memberi pelajaran keras — sebuah counter kiri mematikan mendarat telak di rahang Ryan dan menjatuhkannya untuk pertama kalinya dalam karier profesionalnya. Arena bergemuruh. Ryan bangkit, tapi sejak saat itu ritme pertarungan sepenuhnya dikendalikan Davis.
Ryan mencoba kembali menyerang di ronde-ronde pertengahan, namun Davis tetap sabar, menunggu celah sempurna. Dan celah itu datang di ronde ketujuh. Saat Ryan melangkah maju untuk menyerang, Davis menukik rendah dan melepaskan body shot kiri ke arah ulu hati yang begitu presisi dan brutal. Ryan terhuyung mundur, lalu berlutut — wajahnya meringis menahan sakit. Hitungan wasit berjalan hingga sepuluh… dan Ryan tak mampu berdiri. KO ronde ke-7.
Malam itu, Gervonta Davis kembali menegaskan julukannya sebagai “Perusak Rekor Tak Terkalahkan.” Dengan gaya yang tenang namun mematikan, ia menaklukkan salah satu bintang paling populer dalam olahraga modern. Kemenangan ini bukan hanya tentang sabuk atau rekor — ini tentang dominasi, tentang pesan kepada dunia bahwa dalam era media sosial dan sorotan kamera, “Tank” tetaplah kekuatan sejati yang berbicara dengan pukulan, bukan kata-kata.
Ryan Garcia kehilangan rekor sempurnanya, sementara Gervonta Davis memperpanjang daftar korban menjadi tujuh petinju tak terkalahkan yang semuanya hancur di tangannya. Malam itu, di Las Vegas, tak ada lagi keraguan: Gervonta Davis adalah simbol kekuasaan mutlak di era tinju modern.
Korban Ke-8: Frank Martin – Bukti Bahwa “Tank” Masih Tak Terhentikan.
Setelah menaklukkan Ryan Garcia dan menegaskan dominasinya sebagai salah satu bintang terbesar di dunia tinju, banyak yang bertanya-tanya: siapa lagi yang berani menantang Gervonta “Tank” Davis? Jawabannya datang pada 15 Juni 2024 (atau waktu Amerika Serikatnya), di MGM Grand Garden Arena, Las Vegas, ketika ia berhadapan dengan penantang berbahaya dan sama-sama belum pernah terkalahkan, Frank “The Ghost” Martin, pemilik rekor 18-0 (12 KO).
Martin bukan nama sembarangan. Ia dikenal memiliki gaya southpaw yang mirip Davis, cepat, disiplin, dan sangat teknis. Banyak pengamat menilai bahwa inilah lawan paling berimbang bagi “Tank” dalam beberapa tahun terakhir. Namun, Davis bukan sekadar petinju — ia adalah fenomena. Setiap kali naik ring, ia membawa aura yang membuat bahkan lawan-lawan tangguh terlihat ragu sebelum bel pertama dibunyikan.
Sejak ronde-ronde awal, Martin mencoba mengimbangi dengan jab cepat dan gerakan kaki yang lincah. Ia sukses mencuri beberapa momen di ronde pertama dan kedua, namun Davis — seperti biasa — membaca setiap gerakan dengan kesabaran seorang pemburu. Perlahan tapi pasti, tekanan “Tank” meningkat, jarak mulai tertutup, dan setiap pukulannya mulai terasa lebih berat dari sebelumnya.
Memasuki ronde kedelapan, semua rencana Martin runtuh. Davis yang semula tenang tiba-tiba meledak — sebuah kombinasi hook kiri diikuti uppercut kanan menghantam keras ke rahang Martin. “The Ghost” mencoba bertahan, namun langkahnya goyah. Davis tak memberi waktu bernapas; sebuah pukulan kiri lurus ke tengah wajah membuat Martin terjatuh keras. Wasit langsung menghentikan laga. KO ronde ke-8.

Arena MGM Grand Garden meledak dalam sorakan. Frank Martin — petinju yang sebelumnya tak terkalahkan — kini menjadi korban kedelapan dari daftar panjang kehancuran yang ditinggalkan Gervonta Davis. Dengan kemenangan ini, “Tank” bukan hanya mempertahankan sabuk juara dunia, tapi juga menegaskan bahwa tidak ada satupun petinju tak terkalahkan yang mampu bertahan darinya.
Ia telah menghancurkan delapan petinju dengan rekor sempurna, dari Pedraza hingga Martin, dari Puerto Rico hingga Amerika. Tiap nama yang jatuh di tangannya meninggalkan jejak sejarah yang sama: Gervonta Davis tak hanya menang, ia menghapus kesempurnaan lawan dengan kekuatan yang tak bisa dijelaskan selain satu kata — brutal.
Dalam dunia tinju modern yang penuh ego, hype, dan pencitraan media sosial, Gervonta “Tank” Davis muncul sebagai sesuatu yang langka — petarung sejati yang berbicara dengan hasil, bukan kata-kata. Dari debutnya hingga puncak kejayaan, Davis tidak hanya mengalahkan lawan-lawan hebat, tetapi menghancurkan rekor sempurna satu demi satu dengan cara yang menakutkan dan penuh gaya.
Delapan nama sudah menjadi saksi kehancuran:
- Jose Pedraza, sang juara bertahan yang pertama kali merasakan amukan “Tank”.
- Liam Walsh, pahlawan Inggris yang roboh di kandangnya sendiri.
- Francisco Fonseca, korban dalam malam penuh kontroversi di Las Vegas.
- Mario Barrios, juara kelas di atasnya yang dibuat tak berdaya oleh kekuatan “Tank”.
- Rolando Romero, si provokator yang dibungkam dengan satu pukulan telak.
- Héctor Luis García, juara dunia yang dibuat “buta sementara” oleh serangan presisi.
- Ryan Garcia, bintang media sosial yang roboh oleh body shot kejam.
- Frank Martin, petinju disiplin yang akhirnya menjadi korban terbaru di MGM Grand.
Setiap pertarungan memperlihatkan pola yang sama: kesabaran, insting pembunuh, dan kekuatan luar biasa yang membuat Davis seolah bukan manusia biasa. Di balik tubuh mungilnya untuk ukuran kelas ringan, tersimpan daya ledak yang bisa menghentikan siapa pun — kapan pun.
Kini, Gervonta Davis bukan hanya juara dunia. Ia adalah simbol kekuasaan dan ketakutan di dunia tinju. Sebagian menyebutnya arogan, sebagian menyebutnya jenius — tapi tak ada yang bisa menyangkal satu fakta: setiap kali “Tank” naik ring, seseorang akan jatuh, dan rekor sempurna akan berakhir.
Entah siapa korban berikutnya, satu hal pasti: Gervonta Davis telah menulis namanya dalam sejarah sebagai “Sang Perusak Rekor Tak Terkalahkan.”
Dan selama tangannya masih mengepal, dunia tinju belum aman dari dentuman berikutnya.
#gervontadavis #tankdavis #boxing #worldboxing #koartist #wbalightweight #boxinglegend #undefeateddestroyer #sportstory #tinjudunia









