Nama Uisma Lima kian mencuri perhatian di dunia tinju profesional. Petinju asal Angola yang kini berusia 32 tahun tersebut memiliki catatan impresif, yakni 14 kemenangan dengan 10 KO dan hanya 1 kekalahan. Rekor ini memperlihatkan bahwa Lima bukan hanya sekadar petarung biasa, tetapi memiliki daya rusak nyata yang mampu mengakhiri laga dengan pukulan telak.
Di kelas super welter, persaingan selalu ketat dengan banyak nama besar. Namun, Uisma Lima hadir membawa semangat berbeda. Ia menjadi salah satu wajah baru tinju Afrika yang berusaha menancapkan pengaruhnya di panggung internasional. Meski berasal dari negara yang belum banyak melahirkan juara dunia, Uisma mampu membuktikan bahwa kerja keras, disiplin, dan determinasi bisa membuka jalan menuju level tertinggi.
Latar Belakang Karier Uisma Lima.

Berbeda dengan banyak petinju dunia yang meniti karier panjang di level amatir, Uisma Lima tidak memiliki rekam jejak di dunia tinju amatir. Ia langsung memutuskan untuk terjun ke ranah profesional, sebuah langkah berani yang memperlihatkan keyakinannya terhadap kemampuan diri sendiri.
Debut profesionalnya terjadi pada 23 Februari 2019 di Spanyol, menghadapi petinju berpengalaman asal Prancis, Youssouf Koné. Pertarungan tersebut menjadi ajang pembuktian bagi Lima. Meski baru pertama kali tampil di panggung pro, ia menunjukkan mental baja dan agresivitas tinggi. Hasilnya, Lima berhasil meraih kemenangan impresif lewat TKO di ronde ke-3, sebuah awal yang langsung menegaskan potensi besarnya di kelas super welter.
Perjalanan Karier: Kekalahan Pertama Uisma Lima.
Momentum terbesar sekaligus ujian terberat dalam karier Uisma Lima terjadi pada 16 Juni 2023. Kala itu ia menjalani duel ke-11 dalam catatan profesionalnya, menghadapi prospek muda asal Irlandia, Aaron McKenna, di York Hall, Inggris. Pertarungan ini bukan sembarang duel, melainkan perebutan sabuk WBO Internasional kelas menengah yang kosong.

Bagi Lima, duel ini adalah kesempatan emas untuk menembus peta peringkat dunia. Namun, menghadapi McKenna yang saat itu sedang naik daun bukanlah perkara mudah. Selama 10 ronde penuh, Lima berusaha keras untuk menandingi agresivitas dan kecepatan lawannya. Meski memberikan perlawanan sengit, pada akhirnya juri memberikan kemenangan mutlak (unanimous decision/UD) kepada McKenna.
Kekalahan ini menjadi yang pertama dalam karier profesional Uisma Lima, sekaligus menguji mentalnya sebagai petarung. Namun, alih-alih terpuruk, pengalaman tersebut justru membuatnya semakin matang. Banyak pengamat menilai bahwa Lima menunjukkan ketangguhan luar biasa karena mampu bertahan hingga 10 ronde penuh melawan lawan tangguh, dan kekalahan itu menjadi pelajaran berharga untuk memperbaiki strategi serta ketahanan fisik di laga-laga berikutnya.
BACA JUGA: Profil janibek alimkhanuly sang juara penerus Gennady golovkin
Kebangkitan: Meraih Sabuk IBF Intercontinental.
Setelah menelan kekalahan pertama dalam kariernya, banyak yang menantikan bagaimana Uisma Lima akan merespons. Ternyata, ia membuktikan mental baja yang dimilikinya dengan bangkit lebih kuat. Puncaknya terjadi dalam duel penting menghadapi Haro Matevosyan, petinju Jerman kelahiran Armenia yang saat itu memiliki rekor tak terkalahkan 18-0 (9 KO).
Pertarungan berlangsung panas dan penuh tensi. Matevosyan dikenal memiliki gaya disiplin dan teknik solid khas Eropa Timur, sementara Lima datang dengan motivasi untuk kembali ke jalur kemenangan besar. Sejak ronde-ronde awal, keduanya saling jual beli pukulan dengan intensitas tinggi.
Meski Matevosyan memberikan perlawanan keras, ketangguhan fisik dan daya tahan Uisma Lima kembali menjadi pembeda. Setelah sembilan ronde yang sengit, lawan akhirnya tidak mampu melanjutkan pertarungan, sehingga duel dinyatakan selesai dengan kemenangan RTD (retired) di ronde ke-10 untuk Lima.
Kemenangan ini bukan hanya membuat Uisma Lima meraih sabuk IBF Intercontinental kelas super welter, tetapi juga menghancurkan rekor tak terkalahkan Matevosyan. Hasil tersebut menandai kebangkitan luar biasa dari seorang petinju Angola yang sempat diremehkan setelah kekalahannya di tahun 2023.
Kini, dengan sabuk bergengsi di pinggangnya, Lima semakin diperhitungkan sebagai salah satu ancaman nyata di panggung super welter internasional.
Tonton disini duel serunya oleh Sky sports”
Duel Bersejarah: Juara Dunia IBO Super Welter.
Momen terbesar dalam karier Uisma Lima datang pada 12 Desember 2024 di Toronto Casino, Kanada. Pada kesempatan itu, ia mendapat peluang emas untuk merebut gelar juara dunia IBO kelas super welter yang kosong. Lawannya bukan sembarangan, melainkan petinju tak terkalahkan asal India, Sukhdeep Singh Bhatti, yang saat itu membawa rekor impresif 19-0 (8 KO).
Duel ini sejak awal sudah diprediksi berlangsung ketat. Bhatti dikenal sebagai petarung disiplin dengan footwork rapi, sementara Lima datang dengan reputasi sebagai petinju tangguh yang berani menekan hingga ronde-ronde akhir. Benar saja, selama 12 ronde penuh, kedua petinju saling adu strategi dan fisik.
Bhatti beberapa kali mencoba menguasai jarak dengan kombinasi jab dan hook cepat, namun Lima tetap konsisten dengan tekanan agresifnya. Dengan stamina prima serta mental baja, Lima berhasil mencetak momen-momen penting yang membuatnya unggul di mata juri.
Pada akhirnya, setelah 12 ronde yang melelahkan, hasil mutlak diumumkan: Uisma Lima menang angka (unanimous decision/UD). Kemenangan ini tidak hanya memberinya sabuk IBO Super Welter, tetapi juga mengukuhkan statusnya sebagai salah satu petinju papan atas asal Afrika di level dunia.

Kemenangan bersejarah tersebut menegaskan kebangkitan luar biasa Lima: dari petinju tanpa karier amatir, debut pro di Spanyol, sempat jatuh dari peta perebutan sabuk, hingga akhirnya berdiri sebagai juara dunia IBO.
Pertahanan Gelar Pertama:
Setelah menjadi juara dunia IBO Super Welter, Uisma Lima segera mendapat ujian pertamanya pada 31 Mei 2025. Pertarungan itu digelar di Emperors Palace, Johannesburg, Afrika Selatan, melawan petinju tuan rumah yang tak terkalahkan, Shervantaigh Koopman. Saat itu, Koopman membawa rekor sempurna 15-0 (10 KO) dan memiliki reputasi sebagai salah satu prospek terbaik Afrika Selatan.
Duel ini sarat gengsi, karena selain mempertaruhkan sabuk juara, juga menjadi laga gengsi antara dua benua: Angola vs Afrika Selatan. Dari ronde awal, Koopman mencoba menguasai jalannya pertarungan dengan kombinasi cepat, sementara Lima tampil tenang dengan gaya agresif terkontrol.
Seiring berjalannya ronde, pengalaman Lima di laga besar mulai terlihat. Ia perlahan mengambil alih tempo, memanfaatkan kelemahan Koopman saat ditekan di dalam jarak dekat. Pukulan hook kiri dan kombinasi body shot Lima terus masuk, membuat pertahanan lawannya terkikis sedikit demi sedikit.
Puncaknya terjadi pada ronde ke-10. Setelah beberapa kali mendaratkan pukulan telak, Lima memaksa wasit menghentikan pertarungan. TKO ronde 10 resmi memastikan Uisma Lima berhasil mempertahankan sabuk IBO Super Welter untuk pertama kalinya.
Kemenangan ini semakin mempertegas status Lima sebagai juara dunia sah, bukan sekadar kebetulan. Ia membuktikan bahwa sabuk IBO di tangannya bukan hanya hasil sekali menang, melainkan cerminan konsistensi, daya tahan, dan determinasi tinggi.
Gaya Bertarung Uisma Lima.
Uisma Lima dikenal sebagai petinju dengan gaya agresif-tekno, yaitu perpaduan antara tekanan konstan dan kecerdikan membaca lawan. Meskipun ia tidak memiliki latar belakang amatir, gaya bertarungnya berkembang cepat berkat jam terbang di ring profesional.
- Tekanan Konstan
Lima punya kebiasaan maju terus sejak ronde awal. Ia jarang membiarkan lawan mengatur ritme. Dengan kombinasi pukulan cepat dan keras, ia sering memaksa lawan mundur dan bertahan. - Pukulan Tubuh yang Mematikan
Salah satu ciri khasnya adalah serangan ke tubuh lawan. Body shot milik Lima sering jadi senjata ampuh untuk melemahkan stamina lawan sebelum melancarkan serangan ke kepala. - Kekuatan Pukulan (Power Puncher)
Dari total 14 kemenangan yang ia raih, 10 di antaranya melalui KO/TKO. Ini membuktikan bahwa ia memiliki pukulan yang bertenaga, terutama hook kiri dan straight kanan. - Daya Tahan Tinggi
Lima juga dikenal punya chin kuat dan ketahanan fisik luar biasa. Ia tidak mudah goyah meski terkena pukulan telak. Hal ini terlihat jelas saat melawan Haro Matevosyan dan Shervantaigh Koopman, ketika ia mampu bertahan dari tekanan balik lawan sebelum membalikkan keadaan. - Mental Juara
Kelebihan paling menonjol dari Lima adalah mentalnya. Kekalahan dari Aaron McKenna pada 2023 tidak membuatnya jatuh, justru menjadi titik balik kebangkitannya. Setelah itu, ia menorehkan kemenangan beruntun atas lawan-lawan tangguh dan berhasil merebut sabuk dunia.
Kelebihan Utama Uisma Lima.
- Power KO tinggi → 10 KO dari 14 kemenangan.
- Pukulan ke tubuh efektif → sering merontokkan stamina lawan.
- Disiplin dalam bertahan → sulit ditembus dengan kombinasi lurus.
- Mental baja → tidak mudah panik saat tertinggal poin.
- Agresif & entertaining → gayanya membuat setiap duel selalu seru ditonton.
Kelemahan Uisma Lima.
Meski Uisma Lima sudah menunjukkan kapasitas sebagai juara dunia, tetap ada beberapa kelemahan yang perlu dicatat dan bisa jadi tantangan ke depan:
- Minim Pengalaman Amatir
Berbeda dengan banyak juara dunia lain yang memiliki ratusan laga amatir, Lima tidak punya latar belakang tersebut. Hal ini membuatnya kurang terbiasa menghadapi berbagai gaya lawan sejak dini, dan adaptasinya di ring kadang terlambat ketika bertemu lawan yang sangat teknis. - Pertahanan yang Masih Terbuka
Karena gaya bertarungnya cenderung agresif, Lima sering kali meninggalkan celah di bagian atas ketika maju menyerang. Lawan yang cepat dengan counter-punching akurat bisa memanfaatkan kelemahan ini. - Belum Teruji Melawan Nama Besar
Meskipun sudah menumbangkan beberapa lawan tak terkalahkan seperti Haro Matevosyan dan Shervantaigh Koopman, Lima belum menghadapi petinju elite papan atas dunia (kelas dunia versi WBA, WBC, IBF, atau WBO). Pertanyaannya: apakah gaya agresifnya bisa efektif melawan nama-nama top yang lebih berpengalaman? - Ketergantungan pada Power
Lima sering mengandalkan kekuatan pukulannya untuk menyelesaikan laga. Namun, ketika bertemu lawan yang bisa bertahan dan bergerak dengan baik, strategi itu bisa kurang efektif. Kekalahan dari Aaron McKenna pada 2023 adalah contoh bagaimana ia kesulitan saat power punching tidak cukup untuk mendominasi. - Kurang Mobilitas Kaki
Dibanding petinju dengan gaya boxer-mover, gerakan kaki Lima tidak terlalu cepat. Ia lebih suka maju dengan langkah berat untuk menekan, tapi ini bisa jadi masalah jika bertemu petinju yang punya footwork lincah.
Jadi, walaupun Uisma Lima punya gaya bertarung atraktif dan mematikan, ia masih memiliki beberapa area yang harus diperbaiki jika ingin bersaing dengan jajaran elite dunia.
Perjalanan karier Uisma Lima adalah bukti nyata bagaimana kerja keras, tekad, dan mental baja bisa mengangkat seorang petarung dari Angola menjadi juara dunia yang diperhitungkan. Tanpa latar belakang amatir yang biasanya menjadi fondasi bagi banyak petinju top dunia, Lima memulai karier profesionalnya pada 2019 di Spanyol. Dari sana, langkahnya tidak selalu mulus. Kekalahan dari Aaron McKenna pada 2023 sempat menjadi titik terendah, namun alih-alih menyerah, ia menjadikannya sebagai bahan bakar kebangkitan.
Kebangkitan itu membawanya ke jalur juara. Menumbangkan Haro Matevosyan yang tak terkalahkan, lalu merebut sabuk dunia IBO dari Sukhdeep Singh Bhatti, hingga mempertahankan gelarnya di kandang lawan melawan Shervantaigh Koopman, semua itu menunjukkan kualitas Lima sebagai petinju berbahaya di divisi super welter. Ia bukan sekadar juara, tapi simbol semangat juang bagi Angola—negara yang jarang sekali melahirkan bintang tinju dunia.
Gaya bertarung Lima yang agresif, penuh tenaga, dengan pukulan ke tubuh yang mematikan membuatnya selalu menjadi tontonan menarik di ring. Kelebihannya terletak pada power, stamina, dan mental juara. Namun, ia juga punya kelemahan yang harus dibenahi: pertahanan yang masih bisa ditembus, minimnya pengalaman menghadapi nama besar dunia, dan ketergantungan pada power punch. Jika bisa memperbaiki aspek-aspek tersebut, potensi Lima untuk menjadi juara unifikasi bahkan merebut sabuk dari badan-badan besar seperti WBC, WBA, IBF, atau WBO, terbuka lebar.
Bagi Angola, kehadiran Uisma Lima sangat berarti. Selama ini, negara tersebut tidak banyak dikenal di kancah tinju dunia. Sosok-sosok seperti Daniel Kabango “Lussa”, Adão N’Zuzi, dan Francisco Moniz lebih banyak dikenal di level nasional atau Olimpiade. Kini, dengan keberhasilan Lima, Angola memiliki wajah baru untuk ditampilkan di panggung internasional. Tak heran jika media Angola menyebutnya sebagai “kebanggaan nasional” dan publik melihatnya sebagai harapan baru olahraga mereka.
Secara global, Uisma Lima masih dalam proses membuktikan diri. Ia sudah punya sabuk dunia IBO dan mempertahankannya dengan gemilang. Namun, untuk benar-benar mendapatkan pengakuan luas, ia perlu menghadapi lawan dari jajaran elite divisi super welter. Nama-nama seperti Sebastian Fundora, Tim Tszyu, atau Jermell Charlo bisa menjadi lawan potensial yang sekaligus menjadi ujian terbesar dalam kariernya.
Apa pun yang akan terjadi, kisah Uisma Lima sudah menjadi inspirasi. Dari awal sederhana, tanpa karier amatir, hingga kini berdiri di puncak sebagai juara dunia, ia menunjukkan bahwa dengan tekad dan semangat pantang menyerah, batasan apa pun bisa ditembus. Bagi generasi muda Angola, Lima adalah bukti bahwa mimpi sebesar apa pun bisa diraih jika berani bekerja keras. Dan bagi dunia tinju, ia adalah nama yang patut terus diperhatikan di tahun-tahun mendatang.
#UismaLima #TinjuDunia #IBOSuperWelter #JuaraTinju #PetinjuAngola #BoxingNews #ProfilPetinju










Pingback: Profil junaid bonstan calon bintang 2025