ngomongin Eimantas Stanionis. rasanya kita lagi bahas sosok yang hidupnya cuma punya dua pilihan,
maju atau hancur.
Dari gaya bertarungnya saja udah kelihatan. tidak banyak gaya,
tapi nekan terus kayak mobil matic.
Menurut saya. dia ini tipe petinju yang “nggak bisa diem”.
Sekali bel ronde pertama bunyi. dia langsung nyerbu tanpa pikir panjang.
Kadang bikin lawan panik. tapi kadang juga bikin penonton geleng-geleng,
karena sekeras apapun dipukul, dia tetep aja maju.
Yang menarik. Stanionis ini datang dari Lithuania, negara yang jarang banget melahirkan petinju top dunia.
Jadi tiap kali dia naik ring. rasanya kayak nonton seseorang yang lagi berjuang bukan cuma buat diri sendiri. tapi buat membuktikan kalau negaranya juga bisa punya juara sejati.
Dan jujur saja, buat ukuran petarung dari negara kecil, pencapaiannya luar biasa.
Dari nol sampai akhirnya bisa nyentuh sabuk juara dunia WBA reguler kelas welter,
itu bukan hal yang datang cuma karena keberuntungan.
Stanionis pertama kali naik ring amatir waktu masih belasan tahun, sekitar 2009.
Masih bocah, tapi sudah keliatan keras dalam arti positif.
Dia bukan petinju yang paling cepat atau paling halus gayanya, tapi yang paling gigih.
Bayangin aja, selama bertahun-tahun dia ikut turnamen di berbagai negara,
lawannya ganti terus, tapi semangatnya tak pernah kendor.
Rekornya waktu amatir sih lumayan panjang — 48 menang, 17 kalah, dan 1 seri.
Tapi yang bikin orang respek itu bukan angkanya. melainkan cara dia bertarung.
Selalu nerobos, tak takut kena pukul, dan terus maju sampai bel terakhir.
Puncaknya datang tahun 2015. waktu dia juara Eropa di Bulgaria.
itu momen yang bikin orang Lithuania bangga banget.
Soalnya, jarang banget ada petinju dari sana yang bisa berdiri di podium tertinggi.
Dan dari situlah, kayaknya Stanionis mulai sadar: “Oke, mungkin ini saatnya naik ke level yang lebih besar.
Baca juga: Oscar collazo bekuk jayson vayson dan pertahankan gelar
Begitu pindah ke profesional. Stanionis tidak mau basa-basi.
Debutnya tahun 2017 lawan petinju Nigeria, Rasheed Lawal.
Banyak yang penasaran. bagaimana gaya juara amatir Eropa ini pas sudah tanpa headgear dan pakai sarung tinju pro.
Ternyata, jawabannya cepat banget, literally cepat.
Baru dua menit lewat dikit di ronde pertama, Lawal sudah KO.
Menurut saya. itu seperti cara Stanionis memperkenalkan diri ke dunia tinju…
keras, sederhana, dan langsung ke intinya. tak ada drama, tak ada gaya. Hantam dulu, pikir belakangan.
Dan dari situ, orang mulai melirik. Ini petinju bukan kaleng-kaleng.
April 2022 jadi malam yang nggak bakal dilupain fans-nya.
Di Texas .dia melawan Radzhab Butaev, sesama petarung gila tekanan.
Dua-duanya , dua-duanya tak mau mundur. Jadi bisa ditebak, pertarungannya brutal dari awal sampai akhir.
Saya nonton ulang fight-nya dan jujur. itu kayak nonton dua tembok yang saling hantam.
Setiap pukulan berbalas pukulan. Hidung Butaev mulai berdarah di tengah ronde,
tapi malah bikin pertarungan tambah panas.
Akhirnya. setelah 12 ronde yang bikin penonton berdiri, hasilnya Split Decision buat Stanionis.
Dan boom….dia resmi jadi juara dunia WBA reguler.
Bukan cuma menang, tapi bikin sejarah…
juara dunia pertama asal Lithuania di kelas welter. Keren banget.
Tiga tahun kemudian pada April 2025. datanglah ujian sesungguhnya.
Lawannya kali ini Jaron “Boots” Ennis. petinju muda Amerika yang skill-nya luar biasa lengkap.
saya waktu itu penasaran. bisa nggak Stanionis menahan teknik dan kecepatan Ennis?
Awal-awal sih masih seru. Stanionis maju kayak biasa, nyerbu, bikin Ennis agak kewalahan di ronde 1 sampai 3.
Tapi lama-lama, Ennis mulai menguasai jalannya duel.
Di ronde 6, Ennis nembak kombinasi body shot dan uppercut yang bikin Stanionis sedikit oleng.
Dia sempat mau lanjut tapi pelatihnya tahu ini udah bahaya. Jadi pertarungan dihentikan, dan Ennis menang lewat RTD.
Kekalahan itu menyakitkan, tapi menurut saya, bukan aib.
Stanionis lawan salah satu petinju paling berbakat di dunia. dan dia bertarung habis-habisan.
Banyak yang mungkin menyerah lebih cepat. tapi dia tetap berdiri sampai akhir. Itu mental juara sejati.
Setelah kalah dari Ennis. banyak yang mikir karier Stanionis udah mulai meredup.
Tapi dia tak mau pensiun diam-diam. Justru, dia milih balik tanding di Lithuania, depan pendukungnya sendiri.
Lawannya Jabulani Makhense dari Afrika Selatan. petinju cepat dan lincah, bukan bintang besar, tapi cukup berbahaya kalau diremehin.
Pengamatan saya. ini laga penting banget buat mental Stanionis.
Setelah kalah besar, apakah dia masih bisa bangkit dengan nyaman??
Kalau dia tampil seperti biasanya. menekan dari awal, banyak body shot, dan sabar nunggu ruang pukul kemungkinan besar Makhense bakal kehabisan tenaga di tengah ronde.
Saya pribadi prediksi dia bisa menang TKO di ronde 7 atau 8.
Dan kalau itu terjadi. ya, kariernya bisa kembali hidup. Tapi kalau kalah? Nah, itu baru bahaya.
Jujur, saya suka sama tipikal petinju kayak Stanionis.
Dia sedikit bicara. kalem, tapi selalu datang buat bertarung.
Kadang hasilnya tak sempurna, tapi semangatnya selalu terasa.
Dari bocah amatir di Lithuania sampai jadi juara dunia WBA. perjalanannya bener-bener panjang.
Dan meski sekarang statusnya mantan juara. banyak yang masih menunggu
apakah dia bisa bangkit lagi.
Yang jelas. selama dia masih punya tenaga buat maju dan anti takut kena pukul,
Stanionis akan selalu jadi petarung yang disegani.
Karena di atas ring, yang paling penting bukan cuma menang. tapi juga bagaimana berperang.
Dan soal itu, Stanionis sudah ngasih contoh yang sempurna.
#EimantasStanionis #TinjuDunia #BoxingNews #WBA #Welterweight #LithuaniaBoxing #StanionisVsMakhense #JaronEnnis #PetinjuDunia #BoxingUpdate










Pingback: Prediksi Gervonta Davis vs Jake Paul di Miami 2025