Tanggal 22 November 2025 nanti, mata para penggemar tinju bakal tertuju ke Riyadh, Arab Saudi. Malam itu, ANB Arena akan menjadi saksi duel besar antara David Benavidez dan Anthony Yarde. dua petinju yang datang dari latar belakang dan karakter bertarung yang hampir berlawanan.
Yang satu, monster Meksiko-Amerika dengan volume pukulan tanpa henti. Yang satu lagi, petarung Inggris yang mengandalkan kekuatan satu pukulan mematikan.
Sebagai penggemar tinju, saya pribadi merasa duel ini bakal jadi pertarungan yang penuh drama.
Bukan cuma soal sabuk WBC Light Heavyweight yang kini dipegang Benavidez. tapi juga soal dua pribadi yang punya cara sendiri untuk membuktikan harga diri mereka di atas ring.
Jika berbicara Benavidez. saya selalu ingat satu hal: anak ini lahir untuk bertarung. dia besar di Phoenix, Arizona, di keluarga yang nafasnya sudah tinju sejak pagi sampai malam.
Sang kakak, Jose Benavidez Jr., juga seorang petinju profesional. Jadi bisa dibilang, David sudah mencium bau sarung tinju sejak bisa berjalan.
Banyak orang menyebutnya “The Mexican Monster”, dan julukan itu bukan cuma tempelan. Tubuh besar, tangan panjang, dan tempo bertarung yang bikin lawan seolah kehabisan udara.
Floyd Mayweather bahkan pernah bilang, “Benavidez itu petinju yang tidak bisa kamu biarkan lepas.” Dan saya rasa Floyd benar.
Debut profesionalnya mungkin tak seheboh Canelo atau Gervonta Davis. tapi pelan-pelan, Benavidez membangun reputasinya lewat cara yang paling menakutkan: menang, menang, dan terus menang.
Pada 2017, di usia baru 20 tahun, dia sudah mencatat sejarah jadi juara dunia WBC Super Middleweight termuda. Lawannya waktu itu, Ronald Gavril, sempat memberi perlawanan.
Tapi semua juri sepakat: bocah muda ini punya masa depan panjang.
Tapi seperti banyak kisah besar. jalan Benavidez nggak selalu mulus. Dua kali dia kehilangan sabuknya bukan karena kalah, tapi karena kesalahan di luar ring. sekali karena doping, sekali lagi karena gagal timbang.
Buat sebagian orang, itu mungkin akhir cerita. Tapi bagi Benavidez, justru di situlah titik baliknya. Dia balik lagi ke gym, bekerja lebih keras, dan setiap kali naik ring, dia kelihatan makin buas.
Saya masih ingat ketika dia melawan David Lemieux pada 2022. Lemieux dikenal petarung tangguh dengan pukulan keras, tapi malam itu, Benavidez bikin dia seperti orang kebingungan.
Semuanya berakhir di ronde ketiga. Lemieux jatuh, dan dunia tahu: monster itu sudah lepas.
Lalu datang pertarungan melawan Caleb Plant pada 2023. salah satu duel paling emosional di kelas 168 pon. Keduanya saling sindir berbulan-bulan sebelum duel.
Tapi begitu bel dibunyikan, Benavidez menunjukkan siapa bosnya. Tekanan konstan, kombinasi tanpa henti, dan stamina seperti mesin.
Buat saya pribadi, itu momen di mana Benavidez bukan cuma menang pertarungan, tapi menang mental.
Tahun 2024, Benavidez akhirnya naik ke kelas Light Heavyweight. Banyak yang ragu. Katanya, badannya memang besar, tapi lawan di 175 pon lebih keras, lebih berpengalaman, dan punya dagu keras seperti karang.
Namun Benavidez nggak peduli. Dia langsung mengincar nama besar. Oleksandr Gvozdyk, mantan juara dunia yang dikenal punya teknik tinggi dan pengalaman menghadapi Artur Beterbiev.
Pertarungan itu digelar pada Juni 2024. Gvozdyk main rapi dan tenang, tapi Benavidez seperti orang yang kesetanandatang terus-menerus.
Dari ronde ke ronde, tekanan makin terasa. Akhirnya, juri memberi kemenangan angka mutlak untuk Benavidez, dan dia dinobatkan sebagai juara interim WBC Light Heavyweight.
Beberapa bulan kemudian, Dmitry Bivol resmi melepas sabuk WBC karena enggan menjalani trilogi melawan Beterbiev.
Otomatis, sabuk itu jadi milik Benavidez. Dan sekarang, petinju berusia 28 tahun ini datang ke Riyadh dengan misi: membuktikan bahwa dia bukan sekadar juara warisan, tapi raja sejati di kelas barunya.
Sementara di sisi lain, ada Anthony Yarde, si “Beast from the East”. Lahir di Hackney, London Timur, Yarde tumbuh di lingkungan keras.
dia bukan anak gym sejak kecil seperti Benavidez.
Baru umur 19 tahun, dia mulai serius berlatih tinju.
Bayangin, baru punya 12 pertarungan amatir, tapi nekat masuk ke dunia profesional di 2015. Itu gila, tapi justru di situ menariknya.
Tubuh Yarde seperti patung—berotot, padat, dan kuat. Banyak yang bilang dia lebih mirip binaragawan dari pada petinju, tapi begitu lihat cara dia bergerak, semua tahu: otot itu bukan pajangan.
Dia cepat, kuat, dan berani berdiri di depan siapa pun.
Awal kariernya di Inggris bisa dibilang mulus. Lawan demi lawan disingkirkan lewat KO brutal. Promotor Frank Warren melihat potensi besar dan mulai mendorong namanya ke panggung dunia.
Tahun 2019, kesempatan besar datang. Yarde dikirim ke Rusia untuk menantang Sergey “Krusher” Kovalev, sang juara dunia WBO.
Banyak yang menganggap ini terlalu cepat untuknya. Tapi Yarde tidak peduli. Dia datang ke Chelyabinsk dengan rasa percaya diri penuh.
Dan hebatnya, dia sempat hampir bikin sejarah. Di ronde kedelapan, Kovalev goyah. Penonton terdiam, Yarde menyerang habis-habisan.
Tapi karena pengalaman yang masih minim, dia kelelahan.
Kovalev membalik keadaan, dan di ronde ke-11, pertarungan dihentikan. Yarde kalah TKO.
Buat banyak petinju, kekalahan seperti itu bisa menghancurkan karier. Tapi Yarde bukan tipe yang menyerah. Dia balik lagi ke ring, dan pelan-pelan membangun dirinya.
Setelah kekalahan dari Kovalev, Yarde sempat terpuruk. Tahun 2020, dia kalah angka dari Lyndon Arthur—hasil yang mengejutkan publik Inggris.
Tapi dua tahun kemudian, dia menuntaskan dendamnya dengan KO brutal.
Pertarungan itu menunjukkan satu hal: Yarde mungkin jatuh, tapi dia selalu bangkit.
Lalu datang ujian berikutnya: melawan Artur Beterbiev pada Januari 2023.
Saya masih ingat pertarungan itu karena jarang sekali ada orang yang berani menekan Beterbiev seperti Yarde lakukan.
Dia menyerang. memukul, bahkan membuat sang juara mundur beberapa kali.
Sayangnya, di ronde kedelapan, Beterbiev mendaratkan kombinasi mematikan, dan wasit menghentikan laga.
Namun kali ini, tidak ada yang mencibir Yarde. Semua tahu, dia memberi Beterbiev salah satu pertarungan tersulit dalam kariernya.
Dan kini, dua jalur itu akhirnya bertemu. Benavidez, monster baru di kelas light heavyweight yang haus pembuktian. Yarde, petarung keras dari London Timur yang datang dengan mental baja.
Buat saya, duel ini menarik bukan cuma karena sabuknya. tapi karena pertarungan mental dan gaya.
Benavidez tipe “volume puncher”—melempar 80 sampai 100 pukulan per ronde tanpa lelah. Sementara Yarde lebih “sniper”, menunggu momen yang tepat untuk mendaratkan satu peluru mematikan.
Saya pribadi percaya, kuncinya nanti ada di ritme pertarungan. Kalau Benavidez berhasil memaksa tempo tinggi sejak awal. Yarde bisa kehabisan nafas di tengah laga.
Tapi kalau Yarde bisa mencuri timing di dua atau tiga ronde pertama. dia bisa mengubah segalanya hanya dengan satu pukulan bersih.
Baca juga: kisah menarik Michael conlan, jatuh bangun dalam karir nya
Benavidez unggul di stamina. Dia seperti punya paru-paru tambahan. Tiap ronde, tangannya nggak berhenti. Dia suka menekan dari awal, bikin lawan mundur. dan perlahan menghancurkan kepercayaan diri mereka.
Selain itu, tinggi dan jangkauannya jadi senjata besar. Dengan 188 cm dan reach panjang, dia bisa memotong jarak dan tetap nyaman di luar.
Sementara Yarde, dia bukan petinju yang ribet. Pukulan kanan lurus dan hook kirinya itu berbahaya banget. Kalau satu aja bersih kena, biasanya selesai.
Tapi kelemahannya. dia sering terlihat kehabisan bensin setelah ronde keenam kalau terlalu aktif.
Jadi, strategi dia mungkin adalah menghemat tenaga sambil menunggu lengah nya benavidez.
Kalau saya harus jujur, saya lebih condong ke Benavidez di pertarungan ini. Bukan karena saya meremehkan Yarde, tapi karena saya belum pernah melihat Yarde bisa bertahan lama melawan tekanan setinggi itu.
Beterbiev saja—yang lebih lambat dari Benavidez—bisa bikin Yarde habis nafas di ronde delapan. Jadi bayangkan kalau lawannya orang yang terus menekan tanpa berhenti dari bel pertama.
Tapi di sisi lain, Benavidez juga bukan tanpa celah. Dia cenderung terlalu terbuka waktu menyerang. dan itu bahaya kalau menghadapi power puncher seperti Yarde.
Kalau Yarde bisa membaca timing. dan mendaratkan counter bersih, hasilnya bisa jadi kejutan besar.
Saya membayangkan ronde pertama sampai ketiga akan jadi masa penjajakan. Benavidez mulai dengan jab panjang, mencoba mengalihkan perhatian,
sementara Yarde menunggu kesempatan untuk menyerang balik.
Ronde keempat hingga keenam, tempo mulai naik.
Benavidez mungkin sudah mulai mendesak Yarde ke tali ring, melempar kombinasi tiga sampai lima pukulan beruntun. Di sini stamina Yarde akan diuji.
Kalau sampai ronde ketujuh Yarde belum bisa mencuri momen KO, situasi akan berat. Karena dari pengalaman, Benavidez biasanya makin kuat saat lawan mulai melambat.
Saya rasa, pertarungan bisa selesai di ronde sembilan atau sepuluh lewat TKO untuk Benavidez. Tapi kalau Yarde berhasil bertahan sampai akhir. hasil angka bisa jadi lebih tipis dari dugaan.
Apapun hasilnya nanti. saya yakin pertarungan ini tidak akan membosankan.
Riyadh sekali lagi membuktikan diri sebagai rumah baru bagi duel besar dunia.
Benavidez datang dengan tekad menguasai kelas baru, sementara Yarde datang membawa harapan terakhir Inggris untuk merebut sabuk besar setelah era Joshua meredup.
Kalau kamu suka pertarungan penuh aksi, darah, dan drama, catat tanggalnya: 22 November 2025, Benavidez vs Yarde.
Satu hal pasti. malam itu, dua gaya berbeda akan saling menghancurkan.dan mungkin kita akan melihat lahirnya babak baru dalam sejarah light heavyweight dunia.
✅ Prediksi akhir pribadi:
David Benavidez menang TKO ronde 9 setelah duel keras yang menegangkan. Tapi kalau Yarde berhasil menemukan timing ajaibnya lebih cepat. dunia mungkin akan dapat kejutan besar di Riyadh.
#DavidBenavidez #AnthonyYarde #TinjuDunia #WBC #BoxingPrediction #RiyadhFightNight









Pingback: Agit kabayel vs Damian knyba 2026, Siapa yang akan Remuk?
Pingback: Carlos canizales kembali ke thailand desember 2025